jpnn.com, BOGOR - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid tampil di depan para santri tingkat SMA Pondok Pesantren Terpadu Darul Quran Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
Sebelumnya, pada pagi hari dia membuka dan memberi pengarahan sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Universitas Ibn Khaldun Bogor, hari ini.
BACA JUGA: Mari Baca Alquran Lewat Qsoft
Di depan sekitar 200 siswa-siswi SMA Darul Quran, Hidayat tampil santai.
Dia mengawali pengarahannya dalam bahasa Arab yang disambut hangat para santri.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR: Pemahaman Pancasila Jauh Berbeda dengan Zaman Dulu
Tapi, kemudian Hidayat melanjutkan pidatonya dalam bahasa Indonesia diselingi bahasa Arab.
"Di siang hari ini, apa pun kondisinya, pendidikan kita tidak pendidikan tidak pernah kehilangan jati dirinya, melanjutkan apa yang menjadi tradisi," ujar Hidayat.
BACA JUGA: Datangi Zulkifli Hasan, Ratusan Kiai Ingin Sempurnakan UUD
Menurut Hidayat, dari dulu yang namanya pendidikan keislaman sangat berpihak pada negara, menyelamatkan Indonesia dari penjajahan Belanda atau penjajah lainnya.
"Begitulah sejarahnya. Kita melanjutkan sejarah dengan peran yang sangat baik. Dan, kemudian di kokohkan kembali melalui sosialisasi Empat Pilar MPR. Sosialisasi ini kami lakukan bukan karena MPR mencari-cari pekerjaan, tapi karena perintah Undang-undang (UU No. 17 Tahun 2014)," tegasnya.
Sosialisasi yang sudah dilakukan sejak MPR dipimpin Hidayat Nur Wahid (2004-2009) ini penting untuk mereka yang kadang lupa atau dibuat lupa karena ditutup-tutupi.
Misalnya, siapa yang membuat atau memenangkan sayembara membuat lambang negara, Garuda Pancasila. Atau pencipta lagu Hari Kemerdekaan.
Pencipta Garuda Pancasila adalah seorang habib yang masih keturunan Nabi Muhammad SAW, dan seorang Sultan dari Kerajaan Islam di Pontianak, Kalimantan Barat.
Namanya, Sultan Abdul Hamid Alkadri. Sementara pencipta lagu Hari Kemerdekaan adalah Muhammad bin Husein Al Mutahar yang juga seorang Habib.
"Inilah yang kadang dilupakan atau tidak diketahui sehingga pelajar kita, mahasiswa kita, para santri kita belum ketemu di mana relasi bangsa Indonesia dan umat Islam, sehingga dengan mudah terjadi salah paham. Karena tidak ada dalam Alquran dan hadis dianggap bid'ah, Republik Indonesia dianggap bid'ah. Padahal tidak semua bid'ah," katanya.
Maka, kata Hidayat, inilah yang harus dikoreksi. Supaya masyarakat tidak salah jalan, tidak salah paham, yang kemudian mudah diajak menjadi radikalisme, komunisme, liberalisme, atau ateis.
Nah, sosialisasi ini dijalankan, tambah Hidayat, supaya warga bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, khususnya lagi kalangan terpelajar, santri, paham betul bagaimana sistem di Indonesia dan bagaimana relasinya dengan umat.
"Serta bagaimana kita mengisi kemerdekaan Indonesia ini, supaya warisan perjuangan ini bisa kita jaga," pungkasnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar Sosialisasi 4 Pilar, MPR Tidak Mencari-cari Pekerjaan
Redaktur & Reporter : Natalia