jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membuka seminar internasional bertema "Peran Perguruan Tinggi dalam Penguatan Pemikiran Islam Moderat" di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Senin (14/8).
Seminar internasional ini dihadiri Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islamy, Dr. Mohammad Abdulkarim Alissa.
BACA JUGA: Indonesia Punya Pilar Kukuh untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan Nasional
Dalam kesempatan itu Hidayat Nur Wahid mengungkapkan bahwa Indonesia tidak hanya besar dalam jumlah penduduk beragama Islam, tapi juga dalam jumlah pendidikan Islam.
"Indonesia juga terbesar di dunia dalam jumlah pesantren, pendidikan Islam, perguruan tinggi Islam. Ini yang sering dilupakan," kata Hidayat.
BACA JUGA: Pendidikan Berperan Dalam Membangun Akidah yang Benar Tentang Islam
Meski besar dalam segi kuantitas, lanjut Hidayat, persoalannya adalah bagaimana meningkatan mutu atau kualitas pendidikan Islam.
Hidayat memberi contoh tentang penguasaan bahasa asing seperti bahasa Arab, bahasa Inggris. "Kemampuan untuk bahasa asing seperti bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Cina, perlu dikuatkan," ujar Hidayat.
BACA JUGA: Kedaulatan dan Kekuasaan Jangan Ditukar dengan Harga Murah!
Hidayat juga mengungkapkan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang memasukkan tujuan pendidikan dalam konstitusi.
Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kemudian Pasal 31 ayat 5 berbunyi pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
"Dengan demikian pendidikan menyeimbangkan antara iman, takwa, ahlak mulia dengan kecerdasan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi agama," katanya.
Dengan kata lain, pendidikan yang berkualitas termasuk di perguruan tinggu, menghasilkan (pemikiran) Islam yang moderat. Ini menegaskan bahwa arus besar bukanlah atheisme, sekularisme, radikalisme, melainkan moderat.
"Yang ingin dikembangkan adalah Islam yang moderat. Islam yang jauh dari intoleran, radikal. Tapi Islam yang rahmatan lil alamin," tambahnya.
Seminar internasional ini merupakan kerjasama antara Moeslem World League yang berpusat di Mekkah dengan Universitas Al Azhar Indonesia.
Hadir dalam seminar ini Rektor UAI Dr Ahmad H. Lubis, Ketua ICMI Jimly Ashiddiqie, Dien Syamsuddin, gubernur DKI terpilih Anies Baswedan. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR: Inti Demokrasi Pancasila adalah Keberpihakan Pada Rakyat
Redaktur : Tim Redaksi