"Nose wheel (hidung) pesawat nancap ke tanah. Tidak ada korban,” tegas Kepala Kepala Komunikasi Publik, Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, menjawab JPNN, Jumat (19/10).
Dijelaskan Bambang, pesawat Boeing 737-400 itu mendarat di runway 15 Bandara Supadio. Saat mendarat, cuaca hujan dengan jarak pandang sekitar 1.500-1.800 meter.
Bambang menerangkan sekitar pukul 17.00, para penumpang pesawat langsung dievakuasi. Bandara Supadio sempat ditutup selama satu jam. “Dampaknya satu pesawat Batavia BTV205 tujuan Jakarta-Pontianak dialihkan ke Palembang,” katanya.
Bambang menyatakan, penyebab tergelincirnya pesawat ini masih belum bisa dipastikan. “Kalau penyebab belum bisa disimpulkan,” tegasnya.
Insiden pesawat tergelincir di Supadio bukan pertama kalinya terjadi tahun ini. Pesawat Sriwijaya Air SJ-188 jenis Boeing 737-400 beregisterasi PK CJV juga tergelincir saat mendarat di Bandara Supadio, Jumat 1 Juni 2012 sekira pukul 12.45. Saat itu, 163 penumpang panik, namun berhasil keluar dengan selamat kendati ada yang terjun bebas dari pintu keluar.
Pengamat Penerbangan, Dudi Subagyo, mengatakan, banyak faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab tergelincirnya pesawat. Dia menyebut, di antaranya adalah karena hujan.
“Selain itu bisa karena aqua plane, seperti anda membuang batu ke permukaan air dan batunya terlihat melompat-lompat. Tapi, untuk ini (insiden di Supadio), saya tidak tahu pasti bagaimana penyebab tergelincirnya,” kata Dudi menjawab JPNN, Jumat (19/10), malam dihubungi dari Jakarta.
Ia menambahkan, selain itu bisa saja karena pendaratan dilakukan tidak pada tempat pendaratan, atau mungkin agak sedikit melewati. Namun, dia mengakui, untuk insiden yang terjadi di Supadio ini dirinya belum tahu seperti apa penyebabnya.
“Bisa juga karena ada angin sehingga pesawat lebih tedorong. Tapi, dalam hal (insiden) ini saya tidak tahu. Tapi, banyak faktor banyak sekali, termasuk landasan pacu,” kata dia.
Lantas apa saran Dudi? Dia menegaskan, kalau pesawat itu ternyata mendarat di luar tempat pendaratan yang sebenarnya, maka penerbang harus latihan lagi. “Dan kalau itu aqua planning, jangan turun kalau begitu. Pihak bandara juga harus memberi tahu dua awak cockpit,” katanya.
Dia menambahkan, kalau ternyata landasan pacu yang kurang panjang, sudah pasti harus diperpanjang landasan pacu tersebut. “Bersyukur tidak terjadi apa-apa. Kalau saja terguling, bahaya. Kalau itu terjadi bisa ada korban jiwa, luka-luka,” kata Dudi. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandeng Semen Padang, Musnahkan Limbah B3
Redaktur : Tim Redaksi