Hidup Baru Perempuan Afghan Korban KDRT

Kamis, 20 Desember 2012 – 22:33 WIB
Aesha Mohamamdzai dalam sampul Majalah TIME edisi Agustus 2010. Foto: TIME
BETHESDA - Masih ingat dengan seorang perempuan Afghanistan yang menggemparkan dunia setelah menjadi sampul majalah Time Agustus 2010? Saat itu, perempuan bernama Aisha atau Aesha Mohammadzai itu kehilangan hidung dan daun telinganya karena diiris sang suami. Itu terjadi karena dia ingin melepaskan diri dari pernikahan.

Saat ini, Aisha telah menikmati kehidupan barunya di Amerika Serikat (AS). Dia kini tinggal di Kota Bethesda, Negara Bagian Maryland. Tim dokter pun tengah berupaya merekonstruksi wajahnya.

Dua tahun lalu dia meninggalkan Afghanistan. Selama enam bulan terakhir ini, perempuan yang biasa dipanggil Bibi Aisha itu menjalani operasi plastik di Rumah Sakit Bethesda, Maryland.

Sebagai konsekuensi dari proses medis untuk mengubah kehidupannya itu, kepala bagian depan Aisha membengkak dan menghitam. Gumpalan daging yang terpasang di bekas hidungnya yang teriris terlihat masih kaku. Proses operasi wajahnya sudah berlangsung separo jalan.

Ketika diwawancarai jaringan berita CNN Selasa lalu (18/12), Aisha yang tidak pernah sekolah atau merayakan ulang tahunnya itu menyatakan bahwa kini dia tidak takut lagi melihat wajahnya di depan kaca. "Saya tidak peduli," ungkapnya. "Setiap orang punya masalah. Awalnya, saya sangat takut. Bahkan, saya takut melihat wajah saya sendiri di depan kaca," lanjutnya.

Perempuan yang terpaksa menikah dalam usia 14 tahun dan lantas menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu pun menuturkan perasaannya saat ini. "Dulu saya takut untuk berpikir bagaimana nasib dan masa depan saya. Tetapi, sekarang saya tidak takut lagi. Sekarang saya tahu arti hidup dan juga bagaimana menjalaninya. Di sana (Afghanistan) saya tidak tahu bagaimana caranya menjalani hidup," paparnya.

Aisha diserahkan kepada seorang milisi Taliban sebagai kompensasi atas pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anggota keluarganya. Karena terus menjadi korban KDRT, dia pun lari saat berusia 18 tahun. Setelah tertangkap, dia pun dikembalikan kepada mertuanya.

Lalu, suami bersama mertua dan tiga anggota keluarga lain membawa Aisha ke sebuah gunung. Hidung dan dua telinganya dipotong, serta dia dibiarkan sekarat di gunung. Aisha kemudian diselamatkan para pekerja kemanusiaan dan medis serta tentara AS. Selanjutnya, dia dibawa ke sebuah tempat rahasia di Kota Kabul sebelum diterbangkan ke Negeri Paman Sam.

Tim dokter memasang tempurung silikon yang dapat mengembung pada bawah kulit kepala bagian depan Aisha. Lantas, tempurung itu secara berkala diisi cairan untuk mengembangkan kulitnya dan menjadi tambahan jaringan untuk hidungnya yang baru.

Dokter juga mengambil jaringan kulit dari lengan bawah dan mencangkokkannya ke wajah perempuan yang berusia sekitar 21-22 tahun itu. Tujuannya adalah membentuk garis dalam dan bagian bawah hidungnya.

Langkah selanjutnya adalah mengambil tulang rawan dari bagian rusuk di bawah dada Aesha. Tulang rawan itu akan digunakan untuk membentuk kerangka hidungnya. Lantas, daging dari kulit kepala yang digelembungkan tadi akan dipakai untuk menutupi kerangka hidung tersebut.

Kisah tragis Aisha pertama kali diungkap Time. Majalah itu pun menampilkan wajah "seram" Aisha pada sampul dan laporannya. Foto-foto itu pun menuai reaksi dunia dan menggambarkan penindasan atas perempuan Afghanistan.

Di tempat barunya sekarang, Aisha lebih suka menonton film-film Bollywood ketimbang film televisi Amerika. Dia berada di Maryland sekitar 16 bulan setelah tiba di AS. Sebelumnya, Aisha sempat tinggal di California dan New York.

Aisha menjalani perawatan di the Walter Reed National Military Medical Centre di Bethesda. Pasangan suami istri Mati dan Jamila Arsala mengadopsi Aisha di Maryland. Pasangan itu memiliki anak perempuan berusia 15 tahun yang bernama Miena Ahmadzai. Keduanya pun menjadi teman baik.

Saat ini, Aisha mendapatkan hidung prostetik (buatan). Operasi plastik total belum dilakukan karena emosi Aisha dianggap belum cukup stabil dalam usianya kini. Padahal, dia harus merasakan sakit dan menjalani operasi panjang.

"Apa yang sudah terjadi adalah bagian dari hidup dan diri saya. Semuanya (kenangan buruk) telah tertanam kuat di dalam benak dan diri saya," kata Aisha kepada CNN. "Tetapi, saya harus terus hidup. Saya juha harus mencintai dan menyayangi (orang lain)," lanjutnya. (dailymail/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Park Geun-hye Presiden Perempuan Pertama Korsel

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler