Hidup, Setelah 17 Jam Tertindih Beton

Laporan, ISwanto. JA -- Padang

Sabtu, 03 Oktober 2009 – 08:36 WIB
Tim evakuasi dari Jepang sedang menyusuri reruntuhan beton di puing-puing hotel Ambacang, Padang.
Kota Padang yang indah, asri dan nyaman itu tiba-tiba menjadi garangGempa yang mengguncang, tidak saja meluluh lantakkan gedung dan bangunan yang megah, tetapi juga melumpuhkan sendi-sendi kehidupan di sana

BACA JUGA: Kalau Anak Saya Sembuh, Kami Pulang ke Mana

Rintih tangis sakit dan duka, menjadi warna baru di kota yang asri dalam sepekan ini
Semua itu, sebagai bukti bahwa KuasaNya, memang tak dapat ditolak

BACA JUGA: Batal Dandani Anggota Dewan, Puluhan Juta Melayang

Friska adalah salah satu gadis yang menerima keajaiban dariNya, masih bertahan setelah 17 jam tertindih beton
Rintihannya telah membuat keluarganya lega, bahwa Friska masih ada

BACA JUGA: Tembus Password Berganda, Baca Data Rusak




Wajahnya sembabSekujur badannya penuh memar dan membengkakItulah Friska Yulianita, wanita berusia 22 tahun asal Ranti yang menjadi korban yang berhasil diselamatkan setelah 17 jam tertindih bongkahan beton Hotel AmbacangFriska adalah salah satu peserta pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Pesisir SelatanIa berhasil diselamatkan tim evakuasi, tepat pukul 12.00 WIB, Kamis (1/10) lalu.

Ketika ditemukan, kondisinya sudah lemahMuka dan badannya sudah membengkakToh begitu, Friska masih bisa meminta tolong, dan meminta air minumKarena suara itulah, tim evakuasi berjuang mengeluarkan Friska dari reruntuhan beton yang menindihnya."Saya sudah tidak tahu apa-apalagiSekujur badanku terasa sakit," kata Friska mengisahkan cerita pilunya kepada wartawan JPNN yang menemuinya kemarin.

Ia mengisahkan, gempa datang beberapa saat setelah istirahat untuk menjalankan sholat Ashar"Usai Shalat, kami bercanda ria dengan teman-temanKami memang sedang istirahat, tetapi kami tidak keluar dari ruang pelatihan," ujarnya lirihBeberapa saat kemudian, tiba-tiba hotel bergoyangBeberapa orang berteriak ada gempa, ada gempa"Kami semua panik dan berlarian berebut pintuTetapi, pintu itu tidak mampu menampung ratusan orang yang berdesakan, berebut keluarSaya sempat lihat, banyak orang yang terjatuh," katanya.

Hanya hitungan detik, beberapa bagian hotel runtuh"Setelah itu, saya tidak tahu apa-apa lagi," ujar gadis asal Desa Suranti itu sembari menyeka air matanya yang terus melelehRupanya ia pingsan, begitu patahan beton hotel yang roboh menimpa tubuhnya"Setelah tertimpa beton itu, mungkin saya langsung pingsanBaru beberapa jam kemudian, saya sadarkan diriNamun, semuanya sudah serba gelapSeluruh badan tak bisa digerakkanSedangkan mulut tak lagi bisa berbicara," kenangnyaFriska tertimpa beton bangunan di lantai II hotel itu.

Setelah sadar, ia tidak bisa apa-apa lagiIa sempat pasrahIa juga tidak mendengar apa-apaSemula ia berpikir, sudah tak ada harapan lagiBadannya yang tertindih beton sudah mulai merasakan kesakitanIa mencoba untuk terus bertahanIa hanya bisa merintih kesakitan"Rasanya ingin berteriak meminta tolongTetapi, itu tak bisaMulut terasa terkunci rapatRasa takut, sakit, dan bingung berbaur menjadi satu," ujarnya.

Friska juga tak tahu persis kapan ia mulai sadarkan diriIa hanya tahu, ketika sadar suasana sudah gelap gulitaIa tidak bisa melihat apa-apa lagiKecuali merasakan beberapa bagian tubuhnya terasa sakit"Ketika saya menggerak-gerakan tangan, terasa di badan saya ada yang basahTetapi, setelah cium itu darahAh, tubuhku berdarah," ungkap Friska yang kini sedang menjalani perawatan di bawah tenda RS M Djamil itu.

Berdasarkan hasil evakuasi, Friska dapat di keluarkan dari runtuhan bangunan sekitar pukul 12.00 Wib, Kamis (1/10) dengan kondisi lemahSeluruh bagian badannya luka memar dan membengkak disertai dengan darah hitam yang sudah mengeringDi bawah tenda perawatan udara terasa panas, hanya kipasan tangan keluarga dengan secabik kertas menjadi harapan segar setiap tubuh yang lemah dan terlukaSemua korban merintih ingin meminta sesuatu yang dinginkan, namun kondisi tidak memadahiSemua keluarga yang mendapingi hanya mampu mengatakan sabar dan berzikir kepada setiap korban gempa.

Friska sekarang tak kuasa menahan tangis untuk meminta seteguk airTenggorokannya terasa kering di tambah udara tenda perawatan panasNamun keinginan Friska tidak bisa dipenuhi keluarganya yang membesuk karena ia akan dioperasiSebab dokter sendiri menyarankan, bahwa Friska harus puasa dalam beberp jam menunggu operasi."Tolong kasih minum, aku hausDari tadi tidak diurusi dan tidak dikasih minumTunda saja operasinya sampai beberapa hari lagi, aku masih kuat hidup," harap Friska meminta air kepada keuarganya sambil menangis.

Di bawah tenda darurat, Friska di temani Sias (ayah), Erni (ibu), Syafrisa (kakak) untuk menjaganyaKeluarga Friska juga tidak mampu berbuat banyak, semua hanya menunggu perintah dokter.Sias (51), pascagempa langsung pergi ke Kota Padang untuk mencari anakSejak Kamis pagi ia mencari anak diberbagai rumah sakit namun hasilnya nihilAkhirnya ia pulang kembali ke kampungnya sambil melihat televisi terkait berita gempaAkhirnya pada Jumat (2/10) sekitar pukul 10.00 Wib, ia dan keluarganya melihat wajah Friska ketika diangkat oleh sejulah anggota TNI dari reruntuhan bangunan

"Saya yakin tubuh perempuan yang diangkat anggota TNI melalui siara televisi itu anaknya sayaSebab beberapa kali wajahnya sempat tersorot kameraKami sekeluarga langsung menngis dan pergi ke RS M Djamil.Menurut Sias, sampai di RS M Djamil ia juga masih kesulitan mencari tempat anaknya di rawatHampir dua jam ia mondar-mandir keluar masuk tenda untuk melihat anaknyaSemua itu akibat minimnya sumber informasi di di tenda darurat(aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler