Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali

laporan Wartawan Jawa Pos, KARDONO SETYORAKHMADI, dari Davao

Selasa, 29 September 2009 – 11:28 WIB
Davao pernah mempunyai julukan seram: The Killing FieldSelama masa itu sering terjadi gesekan antara polisi dan tentara Filipina versus pemberontak komunis dan Moro

BACA JUGA: Minimal, Diberi Izin Ganti Kain Kafan

Selain itu, kota tersebut menjadi tempat yang nyaman (safe heaven) bagi kelompok kriminal.



DAVAO adalah kota yang pernah mengalami semua jenis kekerasan
Pengeboman, pembunuhan, perang antargeng, dan perang tentara dengan kelompok separatis

BACA JUGA: Dua Jam Jalan Kaki atau Tinggal di Pondokan Darurat

Tapi, itu sebelum 1991
"Totally mess (benar-benar kacau)," kata Attorney Melchor Y

BACA JUGA: JI Wariskan Kemampuan Rakit Senjata

Quintain, sekretaris kota (Sekkota) Davao, kepada JPNN.

Menurut Quintain, saat itu kotanya "terbelah" menjadi pusat dua kelompok separatisDavao Utara dikuasai milisi pimpinan Commander Parago, seorang jenderal perang dari NPA (New People"s Army, kelompok militan komunis)Sementara sisi selatan menjadi basis kelompok pemberontak muslim Moro National Liberation Front (MNLF).

Maka, bisa dipahami jika Davao menjadi episentrum konflik di Pulau MindanaoTembak-menembak sering terjadi ketika polisi dan tentara masuk dan berusaha mengambil kontrol"Seperti laboratorium perang miniKonflik bersenjata hampir tiap hari terjadiPengeboman berkali-kali terjadi," tutur Quintain

Kondisi yang kacau juga menjadi "berkah" bagi para penjahat kelas kakapBahkan, sejumlah kriminal yang beraksi di Manila maupun Cebu (kota terbesar kedua di Filipina), selalu kabur ke DavaoMareka aman karena boleh dibilang polisi dan tentara tak mempunyai jangkauan untuk masuk ke kota Davao"(Saat itu) kami tak bisa membangun apa-apaTiap hari hanya terdengar tembakan, orang tewas, tembakan, orang tewasKami tak bisa membangun," ujar Quintain.
 
Begitu angkernya kondisi Davao sehingga kawasan bisnis paling ramai saat itu (hingga sekarang), Magsasay Avenue, sudah senyap saat waktu magrib lengserKegiatan bisnis langsung berhenti"Warga tak ada yang berani keluar (rumah) lebih dari pukul 19.00Urusan bisa gawatKalau tidak kena peluru nyasar, bisa kena rampokSerbasalah," katanya

Tak ada turis yang berani datang"Yang datang hanyalah orang-orang yang berkepentingan," imbuhnyaNamun, segalanya berubah ketika Rodrigo Roa Duterte terpilih menjadi wali kota Davao pada 1988Saat itu usianya 43 tahunDia memenagi pilwali tiga kali erturut-turut pada 1988, 1992, dan 1995Karena aturan pemerintah Filipina (setelah tiga kali tak boleh lagi menjabat), pada 1998 Duterte menjadi anggota kongres di Manila hingga 2001Dia kemudian maju dan memenangi pilwali lagi pada 2001, 2004, dan 2007

Lewat tangan besi Duterte-lah Davao berubah drastisPendekatan yang dilakukan pria yang dijuluki majalah Times pada 2002 sebagai The Punisher tersebut memang berbedaAlih-alih memerangi, Duterte merangkul kedua kelompok revolusioner (NPA dan MNLF)Bahkan, dia berani mendatangi "sarang" Commander Parago, mempertanyakan aktivitas yang mengganggu ketenteraman warga kota

"Masalahnya ya ekonomiSaya bilang ke mereka, saya tidak ada urusan dengan ideologi dan saya menghormatinyaNamun, saya meminta mereka membantu keamananSaya rekrut mereka sebagai keamanan," ungkap DuterteBegitu pula MNLFDuterte lalu menjadikan Nur Misuari (chairman MNLF) sebagai sahabatSemua kebutuhan dicukupi dengan satu syarat, Nur Misuari dan anak buahnya mau menjaga keamanan dan tak beraksi di Davao

Untuk lebih mengambil hati mereka, Duterte membuat langkah kontroversialDia menjamin keamanan pentolan NPA dan MNLF dari penangkapan"Sepanjang mereka (NPA dan MNLF) tidak melakukan aksi kekerasan, semuanya aman di sini, malah akan saya fasilitasi," tuturnya
Janji Duterte bukan sekadar isapan jempolPada 1990-an, ketika Nur Misuari tak puas dengan pemerintah Filipina dan mengobarkan pemberontakan bersenjata di Jolo, dia menjadi buron yang dicari penguasa di ManilaAnehnya, Duterte malah menyediakan rumah "persembunyian" untuk Nur Misuari di DavaoTindakan ini bisa dianalogikan sama kontroversialnya dengan seorang wali kota di Indonesia menyediakan rumah dan safe house untuk pimpinan OPM.

Namun, Duterte tak ambil pusingDia pun menjadi pemrakarsa perundingan damai Misuari dengan pemerintah FilipinaSelama di Davao, Duterte menjamin keselamatan MisuariBahkan, ketika perundingan berlangsung, dia mengeluarkan aturan tegas: tidak boleh ada senjata yang masuk ke DavaoTentara dan milisi MNLF pun harus menaatinya tanpa kecuali"Kalau mau perang, perang saja di hutan-hutanKalau di kota, harus berunding," tuturnya.
 
Di sisi lain, tentara dan polisi juga menghormatinyaSebab, beberapa kali perwira tentara maupun polisi, termasuk seorang jenderal bintang satu, diculik NPA, Duterte-lah yang membebaskannyaMaka, pada 1991, boleh dibilang pria yang sebelumnya seorang prosecutor (jaksa penuntut umum) telah memegang dua kelompok bersenjata dengan baikMerasa dicukupi kebutuhannya, bahkan dicarikan pekerjaan, kelompok-kelompok revolusioner itu pun "patuh"Secara tak langsung, Duterte sukses melakukan deradikalisasi kelompok militanSesuatu yang masih sangat sulit dilakukan di Indonesia.
 
Selanjutnya, Duterte tinggal menangani bandit dan kriminal jalananIni tak terlampau sulitDia mempunyai banyak sumber melimpah ruah untuk melakukan "pembersihan" tersebutYakni, orang-orang dari NPA dan MNLF yang bisa dipekerjakanTentu saja dengan diam-diamSebab, sampai saat ini Duterte tetap tak mau dikaitkan dengan upaya "pembersihan" tersebut.

Selain melakukan pembersihan, Duterte menegakkan hukum secara ketatYang terbaru, Davao mengeluarkan regulasi lalu lintasUntuk keamanan, seorang pengendara sepeda motor harus memakai helm full face dan sepatuSepeda motor juga tak boleh dimodifikasi macam-macam yang membahayakanSeorang staf KJRI di Davao pernah terkena tilang gara-gara tak mengenakan sepatu saat mengendarai sepeda motorDia pun harus membayar denda 500 peso (sekitar Rp 100 ribu)
Penegakan yang dilakukan Duterte mendapat respons masyarakatDari yang semula chaotic, masyarakat Davao kini adalah masyarakat yang tertibBar dan tempat dugem pun sampai harus membuat ruang khusus merokok, karena memang dilarang merokok di dalam gedung dan ruang publikJuga, seseorang tak bisa membuka pintu taksi dari samping kiri (Filipina menggunakan jalur kanan), karena itu sudah merupakan aturan "yang didasarkan logika memang berbahaya membuka pintu dari samping kiri pada lajur kananHasilnya adalah sebuah ledakan ekonomi di DavaoKota yang kini berani mengklaim sebagai kota "teraman di Asia Tenggara" tersebut pun semakin makmur.

Kalau pada 1991 hanya ada satu mal, kini Davao memiliki enam mal besar-besar di penjuru kotaDua mal lagi segera menyusul diresmikanSelain itu, ada 40 universitas di Davao yang siap memasok SDM terdidik untuk menggerakkan laju ekonomiNamun, di atas semua itu, yang paling penting kota ini mampu membuat banyak turis mancanegara datangSepanjang 2008, setiap bulan tercatat sekitar 4.000 turis datang ke Davao"Seperempat di antaranya warga Korea," kata kepala Dinas Pariwisata Davao.
 
Selain dari devisa yang dihasilkan oleh 200 ribu buruh migran Filipina asal Davao di berbagai negara, ekspor buah serta ikan, para turis mancanegara inilah yang membuat ekonomi Davao semakin maju pesatIni semua berkat dua kata kunci Duterte dalam menjalankan pemerintahannya: Peace and OrderDamai dan Tertib(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Kamp yang Didirikan Dulamatin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler