Hiii Serem...Banyak Tengkorak di Gua Ini, Mistis Banget

Rabu, 30 September 2015 – 09:16 WIB
Gua Tengkorak di Desa Lawolatu Kecamatan Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara. Foto: Muh Rusli/Kendari Pos/JPNN

DI wilayah Sulawesi Tenggara cukup banyak ditemukan gua tengkorak. Tak hanya di Konawe Utara, gua tengkorak juga ditemukan di Desa Lawolatu Kecamatan Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara.
----------
Laporan Muh. Rusli
----------
Tulang belulang di Gua Lawolatu lebih tertata dengan bagus dibanding gua tengkorak di Konut. Apalagi keindahan gua yang dihiasi stalaktik dan stalaknig menjadikan lokasi itu menarik minat wisatawan. Gua Lawolatu kini dijadikan sebagai objek wisata mistik dan budaya.

Gua Lawalatu dikenal dengan nama Gua Tengkorak berjarak kurang lebih 45 km dari ibu kota kabupaten Kolaka Utara. Lokasi gua tersebut tidak begitu jauh dari kompleks perumahan warga yang bisa ditempuh dengan menggunakan roda dua menyusuri jalan perkebunan.

BACA JUGA: Bermain Bola di Atas Sungai, Kok Bisa?

Gua Tengkorak itu sendiri posisinya berada di puncak bukit bebatuan yang dikelilingi pepohonan besar dan rumput liar sehingga tidak tampak dari luar. Untuk sampai ke mulut gua, pengunjung harus mempersiapkan spiritnya dengan berjalan menanjak meskipun hanya berjarak puluhan meter saja dari kaki bukit.

Saat berada di mulut gua, puluhan tulang rangka manusia hingga tempurung kepala tersusun rapi di bebatuan. Beberapa diantaranya juga terlihat berserakan di tanah dengan kondisi yang sudah rusak, entah karena faktor masa atau karena tangan jahil manusia.

BACA JUGA: MENGHARUKAN! Sepenggal Kisah Pilu Budi Waseso

Beberapa serpihan alat rumah tangga yang terbuat dari keramik juga ditemukan tidak utuh lagi yang tampaknya sengaja dirusak.

Gua Tengkorak memiliki lambung yang lumayan luas, diperkirakan selebar 15 meter dan ketinggian langit-langit kisaran kurang lebih 10-20 meter. Disaat Anda menelusuri ke dalam gua, hampir setiap meter permukaan tanah terdapat bekas galian orang-orang yang sengaja memburu harta peninggalan si "tengkorak" yang ikut ditimbun di tempat tersebut.

BACA JUGA: Ada Perang Api... Awas, Jangan Ditiru di Rumah

Lambung gua tersebut tidaklah begitu gelap namun menjadi tempat favorit bagi kelelawar menggelantung karena langit-langit lubang raksasa itu terdapat sejumlah kubah dengan luas bervariasi.

Konon, di dalam gua itu terkadang pengunjung atau pemburu harta karung tersesat dan tidak tahu jalan keluar karena dilihatnya semua buntu. Padahal gua itu memiliki mulut yang sangat luas.

Di gua tersebut, wartawan Kendari Pos (Jawa Pos Group) kebetulan menjumpai salah satu tokoh masyarakat bernama Usman, bersama beberapa masyarakat setempat yang lebih dahulu datang berkunjung. Meski dikemukakan Usman bahwa dirinya baru kali pertamanya mengunjungi lokasi tersebut sepanjang hidupnya, namun selama ini sudah kerap mendengar keberadaan lokasi gua tersebut yang diyakini merupakan tempat pekuburan umum masyarakat masa lampau.

Ia sendiri tidak berani menebak etnis tulang belulang yang saat itu disaksikan berserakan di dalam gua. Sebab, jika kembali mengulur masa lalu, diperkirakan keberadaannya sebelum Islam masuk ke Kolaka Utara.

"Tidak ada yang tau pasti kapan tengkorak-tengkorak itu diletakkan karena sudah ada sebelumnya. Sudah ada arkeolog meneliti tetapi tidak diketahui juga kapan pastinya kuburan massal itu dimulai," ujar Usman.

Prediksi sebelum Islam masuk karena ditemukannya beberapa bekas penyimpanan jenasah yang terbuat dari bahan kayu. Artinya, keberadaannya setelah meninggal hanya cukup diletakkan dalam gua. Dimakamkan tanpa dimasukkan ke liang lahat. Orang-orang masa tersebut ketika meninggal maka dimakamkan di dalam gua dengan cara diletakkan hingga membusuk yang diikutsertakan barang-barang peninggalannya termasuk perhiasannya.

"Terkadang orang biasa dapat cincin dan saya sudah pernah dikasi cincin batu permata yang orang dapat di gua ini. Lubang-lubang galian itu sengaja digali orang-orang untuk cari pusaka," bebernya.

Telah ada beberapa barang-barang peninggalan yang ditemukan baik gong, keris hingga sinangke (parang) yang mencirikan identitas senjata tajam khas Luwu dan Tolaki. Namun semua benda peninggalan tersebut sudah tidak ada yang tersisa sama sekali di dalam gua selain tinggal tulang belulang semata.

"Semuanya diambil orang. Sebenarnya pemakamannya sama seperti kebiasaan orang Tanah Toraja (Tator). Tetapi dari dari beberapa peninggalan juga ditemukan suku khas lain seperti sinangke, apakah itu memang milik orang Luwu atau Tolaki. Jadi tidak jelas ini etnik apa sebenarnya yang dimakamkan di sini zaman dulu," tuturnya.

Gua tengkorak itu baru ditemukan oleh masyarakat sekitar tahun 1970-an atau 1980-an. Itu pun diketahui setelah pemerintah mulai memetakan lokasi-lokasi perkebunan yang akan digarap warga untuk bercocok tanam. Sebelumnya merupakan kawasan hutan lebat yang ternyata pernah dijamah orang terdahulu.

"Tidak ada yang tahu, seandanya tidak ada pembukaan lahan ya tidak akan ditahu sampai sekarang bahwa ada gua besar dan banyak tengkorak di dalamnya," ujarnya.

Namun, ia juga memprediksi bahwa kemungkinan tidak hanya tulang belulang dari zaman purba, namun kemungkinan menjadi kuburan massal zaman penjajahan. Lokasi tersebut juga memungkinkan menjadi lokasi persembunyian masyarakat pada zaman penjajahan. Tulang belulang mereka pun bisa saja bercampur dengan tulang belulang masyarakat purba.

Gua tengkorak hingga saat ini terus dikunjungi oleh masyarakat Bumi Anoa maupun dari luar Sultra. Rencananya, Bupati Kolut Rusda Mahmud 2016 akan mengelola gua ini sebagai salah satu objek wisata andalan yang akan dikomersilan kedepannya. (*)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata, Daging Beruang Madu itu Dimasak Rica-Rica


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler