Hijabers Bermain Padu Padan Baju Second

Sabtu, 13 September 2014 – 10:58 WIB
TETAP STYLISH: Maria Salsabila, Nuroh Nagib, dan Novi Budianti memperagakan koleksi baju secondhand mereka. Dimas Alif/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - SURABAYA – Memburu penampilan, para hijabers, perempuan-perempuan dengan busana style jilbab, bisa bermain padu padan dengan baju-baju secondhand. Harganya murah. Selain itu, kalau pandai memilih, kualitas baju bekas pakai itu tidak kalah dengan yang anyar.

Salah seorang perempuan yang mengaku menggemari baju secondhand adalah Nuroh Nagib. Dia alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya. Katanya, baju bekas itu murah. ’’Tapi, memilihnya tidak asal. Kalau beli baju second, bagian paling sulit itu memilihnya,’’ terang Nuroh.

BACA JUGA: Pakaian Anak Kembar tak Harus Sama

Karena bekas, baju tersebut tentu rawan cacat. Maka, saat memilih, wajib meneliti baik-baik. Kalau cacat, tidak usah dibeli. Cacat itu kerap terjadi pada bagian kerah, lengan, dan depan baju. Apalagi biasanya baju-baju yang dibutuhkan perempuan berjilbab adalah baju-baju panjang.

Supaya tetap terlihat fashionable dengan baju secondhand, jeli-jelilah melihat semua bagian baju. Nuroh suka memadu-padankan gaun-gaun simpel. Misalnya, denim overall dengan full color blouse. ’’Kalau bajunya sudah ramai, jilbabnya simpel saja,’’ imbuhnya. Misalnya, jilbab paris atau jilbab two tone. Opsi lainnya adalah leather jacket dengan kaus atau blus bermotif. Asal pintar mengemasnya, baju second akan terlihat baru.

BACA JUGA: 57 Persen Pasutri tak Miliki Surat Nikah

Aries Nugroho, owner salah satu butik yang menjual baju secondhand untuk hijabers, punya beberapa tip. Menurut dia, baju tangan kedua tidak harus ber-cutting retro. Banyak pula yang modelnya artis luar negeri. Misalnya, long coat, animal print, dan leather jacket. ’’Konsep second memang tidak selalu retro. Barang retro juga belum tentu second,’’ ucap Hoho, sapaannya. Sebagai pemilik butik khusus baju second, Hoho merasakan minat masyarakat yang kian meningkat.

Menurut Hoho, ada dua letak rawan cacat pada sepotong baju. Khususnya pada kemeja, kaus, dan jaket. ’’Harus segera dilihat bagian ketiak dan kerah bagian belakang,’’ ucapnya. Karena itu, ketika belanja di supplier, Hoho selalu menyortir pakaian.

BACA JUGA: Langsung Kerja Usai Melahirkan? Pikir-Pikir Dulu

Dia mengutamakan tiga hal. Pertama, memilih baju yang tidak cacat atau minim kecacatan. Kedua, baju yang modelnya masih diminati masyarakat seperti dress, blazer, jaket, kaus, overall, dan sweter. Terakhir adalah merek. Brand biasanya mempunyai daya tarik bagi para konsumen. Meski secondhand, bila bermerek, biasanya selalu dilirik pembeli. (ina/c6/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Makanan Ini Justru Bikin Makin Lapar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler