Pakaian Anak Kembar tak Harus Sama

Sabtu, 13 September 2014 – 03:13 WIB
Foto Ilustrasi: Dite Surendra/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Berpakaian sama, sepatu dengan warna persis, dan berjalan selalu berdekatan. Itulah pemandangan menggemaskan saat melihat anak kembar. Sebagian besar orang tua mempersiapkan segala hal tersebut sejak bayi masih di dalam kandungan.

Secara fisik, anak kembar memang memiliki bentuk tubuh dan wajah yang hampir sama. Hanya ada pembeda tipis. Misalnya, lesung pipi, rambut, dan tahi lalat. Meski demikian, orang tua tidak harus ’’memaksakan’’ agar kedua anak kembarnya selalu berpenampilan sama.

BACA JUGA: 57 Persen Pasutri tak Miliki Surat Nikah

Eli Prasetyo MPsi menjelaskan, meski memiliki fisik yang hampir sama, anak kembar adalah dua pribadi yang berbeda. Mereka lahir dalam waktu hampir sama, namun tetap saja sebagai dua individu yang berbeda. Mereka memiliki kebutuhan masing-masing. Ada saatnya sama, ada saatnya pula mereka berbeda.

Orang tua wajib memperhatikan dan memberikan support sesuai kebutuhan masing-masing. Misalnya, kata Eli, satu membutuhkan sepatu, yang lain membutuhkan baju. Orang tua tetap wajib membelikan segala keperluan mereka berdua, tetapi tidak harus disamakan.

BACA JUGA: Langsung Kerja Usai Melahirkan? Pikir-Pikir Dulu

’’Tidak mungkin kan. Yang satu butuh A, yang lain butuh B, namun dibelikan A dua-duanya. Satu jadi korban,’’ ungkap dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Widya Mandala Surabaya tersebut.

Pembedaan itu lebih baik dilakukan orang tua sejak dini. Tidak perlu langsung, hal tersebut dapat berlangsung secara bertahap dan pelan-pelan. Anak kembar dikaruniai sebuah ’’koneksi’’ yang kuat satu sama lain. Jalinan itu dianggap lebih besar apabila dibandingkan dengan hubungan antara kakak dan adik dalam satu keluarga. Hal itulah yang sering menjadi tantangan orang tua untuk memisahkan dua anak kembar.

BACA JUGA: Makanan Ini Justru Bikin Makin Lapar

Pada dasarnya, sifat anak terbentuk dari kebiasaan. Jika orang tua membiasakan anak kembarnya melakukan segala sesuatu tidak selalu sama, kebiasaan tersebut akan tertanam di benak mereka. Dengan demikian, dapat tercipta dua sosok individu yang mandiri atau tidak saling ketergantungan satu sama lain. Manfaat positif lain, mereka menjadi pribadi yang percaya diri dalam mengambil keputusan.

Hal tersebut dapat dibentuk sejak dini. Dosen 32 tahun itu memberikan contoh. Saat anak sudah memilih baju sendiri atau sekitar usia dua tahun, orang tua wajib memberikan kebebasan.

Selain itu, Eli menganjurkan kepada orang tua untuk tidak memasukkan anak kembar dalam satu sekolah, bahkan satu kelas yang sama. Terkadang hal tersebut berdampak negatif. Memang mereka akan terlihat lebih akrab dan akur. Tetapi, percaya atau tidak, hal itu justru akan menjadi sebuah bentuk ketergantungan. Jika salah satu pergi, yang lain bakal lemah. ’’Ada kalanya suatu saat mereka merasa tidak nyaman selalu disamakan,’’ tegasnya.

Kondisi tersebut lebih buruk lagi saat salah seorang dari anak kembar tersebut lebih menonjol. ’’Secara fisik pasti terlihat sama, namun kemampuan mereka tetap memiliki perbedaan. Mungkin yang satu menonjol di akademis, yang lain lebih suka beraktivitas nonakademis. Itu sering terjadi,’’ jelas dosen kelahiran Solo, 26 Juni 1982, itu.

Terutama kembar beda jenis kelamin, perempuan dan laki-laki. Perkembangan otak (kosakata dan cepat tanggap) anak perempuan lebih cepat. Sementara itu, perkembangan motorik (gerakan) anak laki-laki lebih cepat. Pola asuh yang tepat menentukan kepribadian pada masa mendatang. Yang terpenting memberikan perhatian dan kasih sayang secara seimbang.

Prinsip kembar tidak selalu sama tersebut diterapkan pasangan Hernis Pambudi dan Bayu Suliyanto. Mereka dianugerahi sepasang anak kembar. Kini Dara Joe Djaya Raynor dan Noah Joe Djaya Raynor berusia dua tahun.

Sejak lahir, Hernis dan Bayu tidak mematok selalu membeli barang yang sama untuk keduanya. Pasangan yang sama-sama berusia 29 tahun itu memilih barang yang dibutuhkan anak. ’’Mereka memang kembar, namun beda jenis kelamin. Tentu saja tidak wajib sama. Satu suka boneka, satu lagi suka mobil-mobilan. Dara suka buah, satu lagi lebih memilih makan roti,’’ ujarnya.

Hernis mengakui, meski sering bertengkar, mereka memiliki koneksi yang kuat. Dara dan Noah saling melindungi dan menyayangi. Saat Noah dalam kesulitan, Dara selalu memberikan ’’sinyal’’ minta pertolongan untuk saudara kembarnya tersebut.

’’Pernah suatu ketika, Noah main kabel listrik, Dara langsung teriak-teriak memanggil kami. Awalnya, kami kira hanya cari perhatian. Namun, teriakan itu merupakan bentuk minta pertolongan untuk Noah,’’ terang perempuan berambut panjang tersebut. (bri/c6/nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingin Langsing, Makan Bayam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler