Hikayat Syech Albar, Ayah Rockstar Ahmad Albar Perintis Musik Dangdut

Kamis, 19 November 2015 – 17:22 WIB
Sampul piringan hitam His Master's Voice. Foto: Public Domain.

jpnn.com - SYECH Albar. Ayah kandung rocker Ahmad Albar ini seorang pemusik gambus yang sohor di Surabaya, Jawa Timur.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: DISERSI…Tentara Perang Dunia 2 Ini Lantas Menculik Bung Karno

Bersama Orkes Gambus Al Wathon, Syech Albar sangat produktif merilis album. 

"Satu yang paling terkenal album Zakhratoel Hoesoen yang dirilis 1937," tulis Dennie Sakrie, dalam buku 100 tahun musik Indonesia

BACA JUGA: Di Balik Foto Bung Karno Dengan Para Wanita Ini, Ada Cerita...

Syech Albar lahir di Surabaya pada 1908. Dendang karyanya, "sudah direkam sejak 1935 dalam piringan hitam His Master's Voice," tulis Alwi Shahab dalam buku Saudagar Baghdad dari Betawi..

Suara dan petikan gambus Syech Albar, sebagaimana dicuplik dari buku itu, bukan saja digemari di Indonesia, tapi juga di Timur Tengah.  

BACA JUGA: Mungkinkah Bung Karno Melupakan Orang Ini?

Instrumen musik khas padang pasir ini terdiri dari gambus (mandolin) bersenar tiga sampai 12, biola, gendang, tabla dan seruling.

"Orkes ini mengiringi tari zapin," tulis Windoro Adi dalam Batavia 1740.

Zapin berasal dari kata zafn, bahasa Arab yang maknanya gerakan kaki cepat mengikuti irama musik nan riang.

Jalan yang dirintis Syeh Albar ini, sebagaimana diceritakan Abah Alwi--demikian Alwi Shahab biasa disapa--diikuti oleh pemuda-pemuda keturunan Arab di berbagai tempat.

"Pemainnya juga bukan hanya didominasi keturunan Arab, tapi juga penduduk setempat," tutur Abah Alwi. 

Hal senada juga dikisahkan Windoro Adi. Menurut dia, begitu populer di Batavia pada era 1940-an, gambus yang mulanya hanya dimainkan di kalangan kaum Hadrami dan India Gujarat, mulai dapat panggung di tempat hajatan di lima tanah Betawi.

Nah, di Kampung Arab, Pekojan, Jakarta Barat, pernah ada Orkes Gambus Al Usysyaag. Didirikan oleh seorang seniman muda bernama Husein Aidid, pada 1947.

Pada masa itu, radio juga sudah mulai marak. NIROM (sekarang RRI), kerapkali memutar lagu-lagu gambus dan juga lagu Melayu. 

Kabarnya, padu padan kedua musik ini kemudian hari melahirkan dangdut. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ROMANTIS BETUL…Gaya Pacaran Bung Karno dengan Gadis Jepang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler