Hindari Pamer Eksisteni dengan Kegaduhan Politik

Minggu, 09 Desember 2012 – 03:28 WIB
PALEMBANG - Staf Khusus Presiden, A Yani Basuki menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus mengingatkan para pembantunya di kabinet fokus bekerja demi kemajuan bersama. Menurutnya, Presiden sudah mengingatkan agar para menteri tetap fokus bekerja demi rakyat tanpa terpengaruh kegaduhan politik yang sewaktu-waktu bisa muncul.

Hal itu disampaikan Yani saat hadir sebagai pembahas dalam bedah buku "Memimpin di Era Politik Gaduh" di IAIN Raden Fatah, Palembang, Sabtu (8/12). “Presiden berkali-kali menekankan dalam sidang kabinet bahwasannya kita bisa mencapai lebih dari yang ada hari ini jika semua elemen politik bersatu dan mengedepankan kepentingan nasional,” katanya.

Lebih lanjut Yani mengatakan, reformasi memang telah mengubah banyak hal di negeri ini, termasuk pembagian kekuasaan yang tak lagi terpusat di Presiden. Namun menurutnya, yang juga perlu dicermati adalah cara masing-masing pemegang kekuasaan negara menunjukkan eksistensinya.

"Ditambah dengan adanya iklim kebebasan sekarang ini, parade eksistensi itu justru mengarah pada show of power dan kurang mengabaikan pentingnya soliditas," ucap perwira tinggi TNI AD berpangkat Brigadir Jenderal itu.

Karenanya Yani juga mengingatkan agar reformasi tidak hanya sekedar adanya perubahan. Menurutnya, hal yang tak kalah pentin dalam reformasi adalah keberlanjutan upaya untuk menuju perbaikan. "Jika hanya mengakomodir perubahan tanpa memikirkan keberlanjutan, maka yang terjadi hanyalah kegaduhan seperti saat ini," tegasnya.

Sedangkan Zaenal A Budiyono selaku penulis buku "Memimpin di Era Politik Gaduh” mengatakan, pemerintahan SBY bisa konsisten menunjukkan kemajuan meski terus diserang secara politik. Ia mencontohkan kenaikan anggaran pendidikan dan kesehatan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Anggaran pendidikan nasional misalnya, pada 2002 hanya Rp 13,6 triliun atau sekitar 3,8% dari APBN tahun itu. "Tapi pada 2009 jumlahnya naik enam kali lipat, menjadi 20 persen dari APBN, yang nilainya sekitar Rp 207,41 triliun," katanya.

Demikian pula dengan anggaran kesehatan yang pada APBN 2004 baru sekitar Rp 5,8 Triliun, maka pada 2009 lalu saja sudah meningkat hampir empat kali lipat menjadi sekitar Rp 20,3 Triliun.

"Indikator positif ekonomi di atas juga linear dengan pencapaian kita di dunia internasional. Citra Indonesia yang sempat terpuruk pada penghujung era orde baru, beberapa tahun terakhir makin membaik," katanya.

Salah satu yang juga perlu dicatat, kata Zaenal, adalah keberhasilan Indonesia dalam berbagai hal yang diakui dunia internasional. "Bahkan Indonesia juga dipercaya masuk ke dalam Dewan HAM PBB dan Dewan Keamanan. Ini sesuatu yang di masa lalu sangat mustahil, mengingat track record kita yang dianggap sebagai negara pelanggar HAM," pungkasnya.(gus/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lusa, Hasil Investigasi Kasus Aceng Dilapor ke Mendagri

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler