jpnn.com, WASHINGTON - Amerika Serikat meyakini bahwa milisi Kurdi di wilayah utara Suriah tidak mampu melawan agresi militer Turki. Namun, bukannya memberi bantuan, Paman Sam malah merelakan wilayah sekutu mereka dalam perang melawan ISIS tersebut dicaplok Turki.
"Pandangan kami bahwa mereka (milisi Kurdi) tidak memiliki kemampuan militer untuk mempertahankan daerah-daerah ini dan sebab itu kami pikir bahwa gencatan senjata ini akan jauh lebih baik," kata Utusan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey kepada awak media, Jumat (18/10).
BACA JUGA: Amerika Tak Berdaya, Turki Caplok Suriah Utara
Seperti diberitakan, Turki sepakat menghentikan sementara operasi militernya setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di Ankara, Kamis (17/10). Sebagai imbalannya, milisi YPG wajib keluar dari zona aman di Suriah bagian utara dalam waktu lima hari.
Kini Turki tinggal berunding dengan Rusia dan pemerintah Suriah soal sisa wilayah zona aman yang ingin mereka caplok. "Kini Turki memiliki diskusi mereka sendiri soal daerah lain di timur laut dan di Manbij sebelah barat Eufrat," katanya.
BACA JUGA: Gara-Gara Turki, Dua Anggota ISIS Asal Belgia Kabur dari Penjara di Suriah
Seperti diketahui, Turki menginvasi Suriah dengan tujuan membentuk zona aman bagi pengungsi perang saudara di negara itu. Namun, banyak pihak yang meyakini rezim Erdogan hanya mencari alasan untuk menghabisi milisi Kurdi di wilayah tersebut.
Milisi YPG sebenarnya punya harapan bertahan kalau saja pasukan AS masih ada di wilayah mereka. Sayangnya, sehari sebelum invasi Turki, Presiden AS Donald Trump menarik semua personel militer dari Suriah bagian utara. (ant/dil/jpnn)
BACA JUGA: Sekjen PBB: Ratusan Ribu Warga Sipil Menderita karena Ulah Turki
Redaktur & Reporter : Adil