HIPMI Anugerahi SBY Award

Sabtu, 01 September 2012 – 10:08 WIB
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat penghargaan lifetime achievement award dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Penghargaan itu diberikan karena sejumlah capaian Indonesia, khususnya bidang ekonomi, di bawah kepemimpinan SBY.

"Sejak awal tahun 2004 pertumbuhan ekonomi meningkat dan ini membahagiakan di tengah dunia yang mengalami perlambatan ekonomi," kata Ketua HIPMI Raja Sapta Oktohari dalam silaturahmi keluarga besar HIPMI di Balai Kartini, tadi malam. Indonesia, lanjut dia, juga mampu selamat dari krisis global, baik karena imbas krisis yang terjadi di Amerika maupun Eropa.

Capaian lain, kata dia, adalah dukungan terhadap kebijakan yang mendukung pertumbuhan (pro growth), penciptaan lapangan kerja (pro job), dan pengurangan angka kemiskinan (pro poor). "Indonesia bukan negara auto pilot dan Indonesia jauh dari negara gagal," kata Okto.

Dia juga menyebut peran SBY yang ditunjuk menjadi ketua bersama dalam high level panel oleh PBB bersama dengan perdana menteri Inggris dan presiden Liberia untuk menyiapkan pengganti Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir 2015.

Presiden SBY dalam sambutannya mengatakan, setidaknya ada empat hal agar ekonomi bisa terus tumbuh dan aman. Terutama dalam merespon kemungkinan terjadinya krisis. "Fundamental ekonomi kita harus semakin kuat," katanya.

Kedua, saat terjadi krisis, kata SBY, harus ada kolaborasi dengan semua pihak. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, dan ekonom. Dia lantas mencontohkan pertemuan pada 6 Oktober 2008, saat pemerintah bertemu dengan pelaku usaha untuk mengantisipasi dampak krisis saat itu.

Faktor yang ketiga, kata SBY, adalah respon kebijakan yang diambil saat terjadi krisis. Menurutnya, krisis tahun 1998 terjadi karena ada faktor dari IMF, kebijakan dalam negeri, dan situasi keamanan yang tidak mendukung. Salah satu yang perlu dilakukan adalah menjaga kemampuan daya beli masyarakat. "Kalau rakyat bisa membeli barang dan jasa tidak mungkin perusahaan tutup dan terjadi pengangguran baru karena masih ada pembelian barang dan jasa," urainya.

Selain itu, APBN juga mengeluarkan stimulus untuk proteksi sosial bagi masyarakat yang terimbas dampak krisis. "Kalau ada krisis, ada yang mesti kempes kantongnya, maka pilihan kita jangan rakyat yang tidak punya apa-apa, lebih baik negara yang kantongnya kempes," urainya.

Sementara faktor keempat adalah keyakinan dan percaya diri. SBY mengatakan, saat terjadi krisis 2008, dunia percaya pada Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga yakin bisa mengatasi krisis. (fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konflik Pasca Tragedi Sampang Bisa Meluas

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler