jpnn.com, BANJARMASIN - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan, organisasinya adalah rumah besar bagi petani.
Mantan panglima TNI itu juga bertekad melindungi petani dari praktik-praktik yang merugikan.
BACA JUGA: Gagalkan Penyelundupan 1 Ton Sabu-Sabu, TNI AL Panen Pujian
"HKTI harus menjadi solusi bagi setiap permasalahan petani dan pertanian Indonesia. Sebab, HKTI adalah mitra strategis pemerintah yang menjalankan program propetani. HKTI harus juga menjadi bridging antarinstitusi, kelembagaan serta pebisnis lokal maupun besar yang menguntungkan petani," kata Moeldoko dalam pelantikan pengurus HKTI wilayah provinsi, kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan periode 2017-2022 di gedung Mahligai Pancasila, Kota Banjarmasin, Sabtu (10/2).
Moeldoko juga mengapresiasi kerja keras Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam membawa perubahan di sektor pertanian.
BACA JUGA: Moeldoko Usul TNI Dilibatkan Demi Ketahanan Pangan
Amran sendiri memang menghadiri pelantikan tersebut. Moeldoko mengatakan, HKTI siap bersinergi dengan pemerintah dalam menyelesaikan masalah pertanian.
"Apa pun kebijakan pemerintah, HKTI berikan dukungan sepenuhnya. Jika ada hal yang merugikan petani, bila perlu HKTI demo di depan kantor Kementan. Namun, saya yakin Pak Mentan telah memberikan kebijakan yang bisa dirasakan masyarakat banyak," tegas Moeldoko.
BACA JUGA: Moeldoko: Pertumbuhan Industri dan Pertanian Harus Imbang
Mentan Amran juga memuji peran serta HKTI dalam membantu pemerintah menyejahterakan petani.
Menurut Amran, HKTI di bawah kepemimpinan Moeldoko semakin menunjukkan komitmennya membawa sektor pertanian ke arah lebih baik lagi.
"Kami lihat beliau (Moeldoko) ikhlas membantu petani. Sekarang ditakdirkan menjadi Kepala Kantor Staf Kepresidenan," kata Amran.
Amran mengajak seluruh petani untuk mengubah paradigma. Para petani harus melek teknologi dalam meningkatkan produksi.
Selain itu, para petani harus bersinergi dengan peneliti dari perguruan tinggi.
Dia juga memaparkan pencapiian sektor pertanian selama tiga tahun terakhir.
"Jagung dulu impor 3,6 juta ton, setara Rp 10 sampai Rp12 triliun. Kamis sudah mau ekspor lagi ke Filipina," ucap Amran.
Dia menambahkan, produksi jagung kini berlipat ganda karena ada kebijakan yang diubah.
Kesejahteraan petani diutamakan sehingga kini jagung bisa ekspor. Hal ini juga dialami oleh komoditas lainnya seperti bawang merah dan beras.
"Bawang merah juga sudah ekspor. Dulu langganan impor setiap tahun. Sekarang ekspor ke enam negara. Serangan balik dari Indonesia. Beras juga sudah diekspor ke negara tetangga,” tegas Amran. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Sampaikan Pesan Penting untuk Generasi Milenial
Redaktur & Reporter : Ragil