Hmm.., Jadi ini Penyebab Temuan Kasus COVID-19 Terus Naik?

Senin, 19 Juli 2021 – 16:27 WIB
Ilustrasi - Warga memadati klinik, guna melakukan swab antigen. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr Siti Nadia Tarmizi menyebut penyebab temuan kasus penderita COVID-19 terus naik belakangan ini.

Menurutnya, hal tersebut merupakan imbas dari makin gencarnya pengujian dan testing yang dilakukan pemerintah guna mitigasi risiko kian menyebarnya virus corona.

BACA JUGA: Ada Ajakan Menentang PPKM Darurat, Begini Pedagang Menyikapinya

Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Kamis (15/7) menembus angka 56.757 jiwa.

Jumlah tersebut meningkat dibanding sehari sebelumnya 54.517 kasus.

BACA JUGA: Begini Imbauan Mahfud Soal Pelaksanaan Salat Iduladha 1442 H

Sementara jumlah kasus positif pada Jumat (16/7) mencapai 54 ribu kasus.

"Mayoritas penularan terjadi di Pulau Jawa. Kalau dilihat dari 34 provinsi, kenaikan kasus terjadi di 13 provinsi."

BACA JUGA: Kementerian ATR/BPN Evaluasi Kinerja Kakanwil BPN Provinsi, Begini Hasilnya

"Memang yang 11 provinsi itu menurun, yang lain cenderung angkanya lebih sama dengan sehari sebelumnya," ujar Nadia dalam keterangannya.

Menurutnya, kenaikan angka kasus ini merupakan salah satu dampak dari usaha pemerintah menaikkan angka testing harian.

"Jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya, positivity rate menurun dan ini sejalan dengan jumlah testing yang dilakukan."

"Jumlah orang yang dilakukan tes sudah sampai 182.000 orang. Di sisi lain tentunya dilihat kasus sembuh sebanyak 19.000. Ini juga naik dibandingkan sehari sebelumnya," kata dr Nadia.

Dia juga menjelaskan, dilihat jumlah kasus yang ditemukan, hampir tiga sampai empat kali lipat dibandingkan puncak kasus yang ditemukan pada Desember 2020 dan Januari 2021 lalu.

Artinya, saat ini jumlah testing memang ditingkatkan, sementara pada Desember 2020 dan Januari 2021 masih terbatas penggunaan rapid antigen untuk diagnosis atau mendeteksi orang yang sakit.

"Saat ini dengan kombinasi pemeriksaan menggunakan PCR dan rapid antigen, bertujuan agar dapat segera menemukan orang sakit supaya kemudian bisa dipisahkan dari orang yang sehat, sehingga tidak ada penularan lagi pada orang di sekitarnya," katanya.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Dr Hermawan Saputra menilai wajar terjadi peningkatan angka positif seiring dengan dilakukannya peningkatan testing dan kapasitas testing memang harus terus ditingkatkan.

"Jadi sekarang kasus aktif berdasarkan data ada 480 ribu lebih dan kasus suspect lebih dari 200 ribu."

"Jadi kurang lebih ada 680 ribu yang jumlahnya probable to case sebenarnya."

"Karena itu memang target untuk testing ini harus terus ditingkatkan dan bahkan sebenarnya idealnya 900 ribu-1 juta testing per hari."

"Namun demikian, memang setuju upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini sudah luar biasa. Ada perkembangan dan progress dari hari ke hari," katanya.

Peningkatan angka testing ini akan menyebabkan temuan banyak kasus positif COVID-19, tetapi hal itu penting dan harus dilakukan.

"Jangan khawatir jika didapatkan angka kenaikan yang tiap hari memecahkan rekor."

"Kenaikan kasus akibat dari angka testing tinggi ini sebenarnya bagus untuk mitigasi risiko agar bisa memiliki perencanaan yang lebih baik untuk mempercepat penanganan dan menghindari kematian yang lebih besar. Itu yang paling penting," katanya.

Dr Hermawan juga berpendapat pola pemeriksaan testing selama ini rendah karena sifatnya yang masif-pasif.

Testing dilakukan kepada orang yang sudah di rumah sakit, atau orang sudah ada di fasilitas kesehatan lain seperti klinik, puskesmas, atau balai pengobatan.

"Padahal yang diperlukan sebenarnya dalam perspektif epidemiologi itu yang disebut active case finding."

"Yaitu upaya dengan cepat di hulu harus terus meningkatkan pada populasi-populasi yang memang berisiko sekali karena adanya angka-angka yang sudah terjadi indikasi massive transmission atau local transmission di lapangan," katanya.(Antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler