Hmmm... Inilah Sebab Bandar Narkoba Memilih Indonesia

Sabtu, 25 Maret 2017 – 19:26 WIB
Sabu-sabu dan alat pengisapnya atau bong. Foto: Jawa Pos Radar Jogja

jpnn.com, JAKARTA - Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Ricky Yanuarfi menyatakan, Indonesia merupakan pasar paling bagus se-Asia untuk perdagangan narkoba. Karenanya, narkoba dalam jumlah besar terus membanjiri Indonesia.

Merujuk survei BNN, selama 10 tahun terakhir sekitar 212 ton ganja beredar di Indonesia. Sedangkan untuk sabu-sabu jumlahnya mencapai 230 ton.

BACA JUGA: Ckckck..Ternyata Ridho Sudah Dua Tahun Jadi Pemakai

“Ini yang muncul permukaan, bagaimana yang lain. Kalau dibiarkan mau jadi apa Indonesia," kata Ricky dalam diskusi bertema Pasang Surut Perang Narkoba di Indonesia yang digelar komunitas Jurnalis Trunojoyo di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (25/3).

Dia menjelaskan, luasnya lautan Indonesia memiliki banyak pintu masuk bagi penyelundup narkoba. "Hampir 60 persen narkoba masuk ke Indonesia lewat jalur laut karena luasnya dan panjangnya garis pantai kita," katanya.

BACA JUGA: BNN: Kalau Dianggap Gaya Hidup, Siapa pun Bisa Kena

Selain itu, sindikat narkoba pun semakin canggih dalam memasukkan narkoba ke Indonesia. Sebab, mereka juga menggunakan kemajuan teknologi.

"Mereka punya speedboat yang kecepatannya lebih cepat, kemudian punya telekomunikasi yang lebih canggih dari kami,” katanya.

Kasubdit Narkotika Direktorat Penindakan dan Penyidikan Ditjen Bea Cukai Eko Darmanto menambahkan, panjangnya garis pantai di Indonesia yang mencapai 18 ribu kilometer juga membuat narkoba mudah masuk ke tanah air. Menurutnya, kondisi itu tak sebanding dengan jumlah pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai.

BACA JUGA: Billy Syahputra: Ngerokok aja gak, Boro-boro Kayak Gitu

"Pegawai Bea Cukai itu hanya sebelas ribu, kalau  ditaruh satu orang per satu kilometer itu juga tidak cukup dibandingkan pajang pantai," ujar Eko.

Selain itu, katanya, harga jual narkoba di Indonesia bisa tinggi. Itulah yang membuat para bandar memilih Indonesia.

Dia mencontohkan, harga sepaket sabu-sabu di Tiongkok sekitar USD 5-10. “Artinya,  antara Rp 60 ribu sampai 200 ribu itu paling mahal," kata Eko di kesempatan sama.

Namun begitu sabu-sabu sampai di Indonesia, kata dia, harganya melonjak menjadi USD 100 atau sekitar Rp 1,3 juta.  Bahkan, kata dia, bisa menjadi Rp 2 juta per gram. "Sekilonya bisa mencapai Rp 2 miliar," ungkap Eko.

Kepala Korps Pembinaan Masyarakat Baharkam Polri Irjen Arkian Lubis tak menampik fakta itu. Indonesia memang punya tantangan tersendiri dengan kondisi geografis yang ada.

Selain itu, konsumen narkoba di Indonesia memang besar. "Bahkan narkoba jenis apa pun laku di Indonesia," katanya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tes Masuk Polri Titipan Langsung Dicoret


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler