jpnn.com, JAKARTA - Sistem seleksi penerimaan anggota Polri terus diperbaiki.
Yang terbaru, Korps Bhayangkara menerapkan surat pernyataan untuk tidak melakukan kolusi pada pendaftar.
BACA JUGA: Mayat Terduga Teroris Sudah di RS Polri, Nih Fotonya
Bila, ada ternyata calon polisi itu dititipkan seseorang, maka akan dilakukan diskualifikasi.
Asisten Sumber Daya Manusia (ASDM) Kapolri Irjen Arief Sulistyanto menjelaskan, kemungkinan penyimpangan dalam seleski anggota Polri itu bisa dari berbagai pihak, internal dan eksternal.
BACA JUGA: Dor, Satu Terduga Teroris Tewas di Cilegon
Seperti, personil, keluarga calon polisi dan pihak lain. ”Kondisi itu membuat perlunya perbaikan sistem,” paparnya, seperti diberitakan Jawa Pos.
Karena itu, dalam seleksi kali ini dilakukan pakta integritas untuk setiap calon polisi tersebut. Dalam pakta integritas tersebut ada poin yang menyebutkan siap untuk didiskualifikasi.
BACA JUGA: Penempatan Komjen Syafruddin Pas demi Memajukan Pindad
”Kalau ternyata ada anggota polisi yang kemudian menelepon Kapolda atau Karo SDM, anak ini bisa langsung didiskualifikasi,” tuturnya.
Sementara untuk para tester atau personel yang terlibat dalam seleksi dilakukan sumpah untuk tidak melakukan korupsi dan kolusi dalam seleksi tersebut.
”Saya merasa ini sangat efektif, di Polda dulu korupsi kolusi langsung menurun,” ujarnya.
Dia menuturkan, sumpah untuk personil yang melakukan seleksi itu merupakan upaya untuk menghadirkan Tuhan dalam seleksi tersebut. Sehingga, niat jahat kemudian bisa dieliminir.
”Ada yang protes, karena dulu sudah disumpah saat awal jadi Polisi. Tapi, saya minta harus ikut sumpah lagi,” terangnya.
Sementara Komisioner Kompolnas Bekto Suprapto menuturkan, upaya pihak lain untuk menitipkan seseorang untuk masuk menjadi anggota Polri itu memang banyak terjadi. ”Ada yang dari internal sendiri dan dari lainnya,” tuturnya.
Hal tersebut harus ditolak karena mempertaruhkan Polri. Sebab, anak-anak ini merupakan calon petinggi Polri masa depan. ”Kalau seleksinya tidak baik, tentu akan berpengaruh,” ujarnya.
Sementara Pakar Komunikasi Effendy Ghazali menjelaskan bahwa setelah berkomunikasi dengan Kompolnas, ternyata ada kejadian ironis.
Yakni, ada yang berupaya untuk titip pada Kompolnas. ”Ini ironis ya, ibaratnya Kompolnas itu Polisi Militernya, tapi dipaksa untuk melanggar aturan,” ujarnya.
Menurutnya, yang melakukan upaya titip orang untuk masuk seleksi Polri itu berada di sekitar senayan.
Kondisi tersebut tentunya harus diubah. ”Jangan sampai ini mengorbankan Polri,” paparnya. (idr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pati Polri Banyak Dibutuhkan Instansi Lain
Redaktur & Reporter : Soetomo