jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan pentingnya mengenang nilai historis dari jasa-jasa para ulama dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan pada momentum HUT ke-76 RI.
"Sebagaimana semangat Al Qur'an yang menegaskan nilai penting sejarah bagi kemajuan peradaban, maka tidak dipungkiri bahwa slogan Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) harus dibuktikan dengan tindakan nyata," ucap Hidayat, Minggu (16/8).
BACA JUGA: Merdeka! PDIP Tampilkan Simbol Khusus di Upacara Kemerdekaan RI
Hal itu disampaikannya dalam acara Doa Bersama untuk Keselamatan Negeri, menyongsong peringatan HUT Kemerdekaan RI yang diselenggarakan secara virtual oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Jakarta Pusat Minggu malam.
Tindakan nyata terkait Jas Merah yang dimaksud Hidayat, di antaranya dengan merawat catatan emas sejarah para ulama dan umat Islam yang bersama para pejuang dari berbagai kalangan dan latar belakang agama/organisasi memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA: Ada yang Kenal dengan Pencuri Ini, Aksinya Terekam CCTV dan Viral, Lihat!
"Maka seharusnya kita juga Jas Hijau: Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama, Umara dan Umat," lanjut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Anggota DPR RI Dapil II DKI Jakarta itu juga mengingatkan pentingnya menempatkan secara utuh catatan historis jasa ulama, umara dan umat Islam bagi kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA: Pak Solikin Membeber Pembicaraan Terakhir dengan FM yang Ditangkap Densus 88
Dia menerangkan bahwa para ulama dan santri dari beragam latar belakang menjadi yang terdepan dalam menghadirkan dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Mereka berasal dari berbagai ormas, seperti NU, Muhammadiyah, PUI, Persis, dll, serta organisasi politik Islam, seperti Syarikat Islam, PII, Masyumi dll. Juga para habaib, seperti Habib Ali Kwitang, Habib Idrus al Jufri, Habib Husein alMutahar dan para santri.
Selanjutnya, kiprah para umara seperti Sultan Hamengkubuwono IX. Demikian halnya para raja Mataram dan Yogyakarta sebelum menyandang gelar Khalifatullah, ternyata totalitas memperjuangkan dan mempertahankan Republik Indonesia yang baru lahir, salah satunya dengan menggabungkan Kerajaan Mataram ke pengakuan RI dan menyumbangkan 6 juta Gulden kepada pemerintah RI.
"Juga Sultan Syarif Kasim II yang menggabungkan Kesultanan Islam Siak kepada RI dan memberi hibah sebesar 13 juta Gulden. Atau Sultan Syarif Hamid alQadri II di Pontianak yang menggabungkan kerajaannya ke RI dan sumbangkan 300 senjata serta meriam mendukung kemerdekaan RI," tutur HNW -sapaan Hidayat Nur Wahid.
Wakil ketua Majelis Syura PKS itu menegaskan bahwa persatuan yang dicontohkan para ulama, habaib dan umara bersama pejuang-pejuang bangsa, merupakan pelajaran terpenting di masa kini.
"Semua catatan sejarah emas itu membuktikan bahwa umat Islam bersatu dalam rangka memenangkan perjuangan bersama pejuang-pejuang kebangsaan lainnya. Oleh karena itu, pelajaran tersebut menjadi semakin relevan bagi para Ulama dan umat pada hari ini," ucap HNW.
BACA JUGA: Usai Membobol ATM, ARW Langsung Beli Mobil BMW, RA Bayar Utang Ratusan Juta
Pelajaran pentingnya, kata dia, agar anak bangsa tidak terpecah-belah dan semakin kokoh dalam merawat kemerdekaan yang terwujud atas berkat rahmat Allah SWT, sebagaimana termaktub pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.
Menurut HNW, jika dahulu para ulama dan umat bersatu padu melawan ancaman bagi Republik Indonesia seperti komunisme, maka pada hari ini tidak kalah penting adalah menjaga agar sejarah tersebut tidak diputarbalikkan. Atau dijadikan ajang untuk mengadu domba di antara umat, ulama, dan habaib, apalagi mengadu domba antara umat Islam dengan negara maupun TNI/Polri.
"Insyaallah sampai saat ini seluruh elemen umat Islam bersatu-padu menentangnya. Semoga segala upaya-upaya yang mengancam bangsa, dan memecah belah ini bisa gagal dengan bersatunya umat Islam untuk menjaga dan merawat kemerdekaan Indonesia," tandas HNW.
Dia juga menyampaikan pentingnya persatuan dalam merawat kemerdekaan Republik Indonesia. Terutama dengan cara melawan segala bentuk penjajahan gaya baru. Baik penjajahan sosial budaya dengan serangan dekadensi moral melalui berbagai media, penjajahan ekonomi dalam bentuk jeratan utang, dan penjajahan dalam bentuk pandemi Covid-19.
"Termasuk juga penjajahan ideologi komunisme yang berusaha dinormalisasi oleh sebagian kalangan," tegas HNW.
Mantan ketua MPR itu juga menekankan bahwa bangsa ini berkewajiban melawan penjajahan Israel terhadap Palestina, karena Palestina adalah negara sahabat yang sedari awal telah diperjuangkan hak-haknya oleh Presiden Sukarno.
"Dengan kita bersatu-padu melawan ancaman penjajahan, itu merupakan cara kita merawat dan mensyukuri kemerdekaan yang merupakan anugerah tak ternilai dari Allah SWT," tandas Hidayat Nur Wahid. (*/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam