Hollywoodnya Jakarta! Senarai Kisah Masa Lalu Lokasari

Rabu, 03 Agustus 2016 – 08:52 WIB
Lukisan Aan Suryanto bertajuk Prinsen Park 1965 (80x120 cm). Gambar pada lukisan ini senafas dengan foto jadul bertajuk Prinsen Park Djakarta (1950). Foto: Glory Gallery.

jpnn.com - DULU, daerah ini dijuluki Hollywood-nya Jakarta. Kini, jadi pusat hiburan malam Jakarta. Inilah senarai riwayat Lokasari… 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Masa Lampau Pantai Barat hingga Pantai Timur Sumatera...Poros Maritim Dunia?

Sebelum menjadi presiden Republik Indonesia, Bung Karno pernah kecanduan dugem di Lokasari. Dulu pusat hiburan ibukota itu bernama Prinsen Park.

Prinsen Park dibangun oleh Tan Hin Hie (1891-1969), Si Raja Ikan Asin tak lama setelah tiba di Batavia pada 1913.

BACA JUGA: Bagi Bung Karno, ini Bukan Sembarang Lukisan

Jika sekarang di Lokasari banyak diskotek dan lain-lain, semasa bernama Prinsen Park,  hiburannya bioskop, teater, galeri musik dan "lain-lain". 

Di sana tempat berkumpulnya para seniman. Dan ada pula rumah produksi film. Artis macam Bing Slamet, Eddy Sud, Leila Sari dan kawan-kawan adalah penghuni Prinsen Park. 

BACA JUGA: Relief Candi Borobudur dan Rahasia Para Penemu Benua Amerika

"Kalau dewasa ini ada predikat Seniman Senen, Seniman Taman Ismail Marzuki, maka tempo dulu pernah ada predikat Seniman Sawah Besar," tulis Sutrisno dalam Bing Slamet: Hasil Karya dan Pengabdiannya.  

Alberthiene Endah dalam There Is No Shortcut to Success menulis, "Ibu Chandra, pemilik Disc Tara yang terkenal itu tak pernah membayangkan usahanya akan berkembang  demikian pesat. Mulanya ia hanya merekam di Prinsen Park, kawasan hiburan Lokasari untuk menghasilkan kaset-kaset yang bisa dijual."

Nah, Bung Karno pertama diajak ke Prinsen Park oleh B.R. Motik pada masa pendudukan Jepang (1942-1945).

Ternyata, Bung Karno... 

Almanak bertarekh 1942. Atas restu pemerintah Jepang, Bung Karno dibawa ke Jakarta dan menempati rumah di Oranye Boulevard, Menteng. Berdekatan dengan rumah Bung Hatta. Sekarang lokasinya di Jl. Diponegoro. 

Suatu hari Bung Karno bersama Mr. Sartono, pengacaranya sewaktu diadili Belanda di Bandung menyambangi kantor Perwabi, Perserikatan Warung Bangsa Indonesia yang dipimpin B.R. Motik, pemuda berusia 30 tahun.

Sejak itu, sebagaimana diceritakan B.R. Motik dalam otobiografinya Motik, dia berkawan dekat dengan Bung Karno. 

Sekali waktu, Motik mengajak Si Bung ke Prinsen Park, pusat hiburan malam yang mashur sejak zaman Hindia Belanda. 

Eh, Bung Karno ketagihan. "Aku kadang-kadang datang menjemputnya di rumahnya atau sebaliknya, Bung Karno datang ke rumahku," ungkap Motik yang tinggal di Jl. Banyumas, Menteng. 

Sekali-kali Bung Karno mengajak Inggit dan Asmara Hadi. Tapi, sambung Motik, lebih sering mereka hanya pergi malam-malam berduaan. "Apabila kami cuma pergi berduaan, tentu saja acara jadi lain," Motik bernostalgia.

Belakangan Motik baru mengetahui, masa-masa candu pergi gudem itu, Bung Karno dalam kondisi yang memang butuh hiburan. 

Si Bung baru saja kena malaria yang punya efek sewaktu-waktu menimbulkan ketegangan-ketegangan dalam jiwanya.

Dan di rumah, Inggit sedang merajuk lantaran Si Bung nikah lagi dengan Fatmawati. 

Motik sendiri mengaku pernah mendapati piring terbang ketika mengantar Bung Karno. Tak lama kemudian, Inggit angkat koper dari rumah itu.

Meski sama-sama masih jadi tempat dugem, jangan sekali-kali membayangkan dugem zaman doeloe sama persis dengan sekarang. 

"Prinsen Park jang kini namanja diretool mendjadi Lokasari, letaknja di Mangga Besar dan merupakan pusat tontonan di waktu malam dan boleh djuga disebut Pasar Malam ketjil," tulis R.O. Simatupang dalam Pedoman Tamasja Djakarta & Sekitarnja. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaut Indonesia Penemu Benua Amerika, Bukan Columbus! Ini Buktinya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler