Warga Singapura akan bisa mengunjungi Hong Kong untuk pertama kalinya tanpa karantina sejak Maret 2020. (AP: Vincent Yu)
Koridor perjalanan yang sudah lama direncanakan antara Hong Kong dan Singapura akhirnya disepakati dan akan dimulai pada tanggal 26 Mei 2021.
Pada awalnya, koridor perjalanan antarkota yang dikenal sebagai pusat keuangan dan bisnis di Asia tersebut akan dimulai bulan November tahun lalu tetapi dibatalkan karena peningkatan kasus COVID-19 di Hong Kong.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Prihatin Praktik Mafia Meloloskan Penumpang dari Kewajiban Karantina
Menurut Menteri Urusan Bisnis Hong Kong Edward Yau dan Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung dalam keterangan persnya, skema ini akan dimulai dengan satu penerbangan per sehari dari masing-masing kota, dengan penumpang maksimal 200 orang untuk setiap penerbangan.
Mereka yang akan melakukan perjalanan harus terlebih dahulu menjalani tes dan menunjukkan hasil negatif, sebelum dan sesudah mendarat.
BACA JUGA: Seberapa Mungkin Kru dan Kapal Selam KRI Nanggala Dievakuasi dari Dasar Laut?
Warga Hong Kong hanya bisa terbang ke Singapura paling cepat 14 hari setelah mereka mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19.
Mereka yang bepergian ini tidak perlu menjalani karantina dan tidak ada pembatasan apapun mengenai alasan mengapa mereka harus bepergian.
BACA JUGA: Analisis Pakar Australia soal Pencarian KRI Nanggala 402
Namun, koridor perjalanan ini akan dihentikan bila angka rata-rata kasus dalam tujuh hari di salah satu kota naik di atas lima kasus. Kasus naik sedikit di Hong Kong dan Singapura
Menurut Menteri Urusan Bisnis Hong Kong Edward Yau, kesepakatan koridor ini bisa tercapai berkat kerjasama berbagai pihak.
"Kedua pemerintahan sudah mencapai kesepakatan dan akan menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat berkenaan dengan perkembangan epidemi terbaru.
"Tujuan kami adalah menemukan keseimbangan antara kesehatan publik dengan kemudahan melakukan perjalanan sehingga publik akan merasa tenang dalam kepastian."
Sementara itu Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung mengatakan kondisi saat ini mendukung adanya pembukaan koridor perjalanan.
"Kedua belah pihak harus betul-betul waspada dalam satu bulan ke depan, sehingga kami bisa melaksanakan penerbangan pertama dengan mulus," katanya.
"Ini akan menjadi koridor perjalanan yang signifikan antara dua pusat layanan keuangan dan penerbangan di Asia.
Bagi Hong Kong yang sudah melarang kedatangan orang yang bukan penduduk tetap sejak bulan Maret 2020, kesepakatan dengan Singapura ini merupakan kesepakatan perjalanan bilateral pertama dengan wilayah lain.
Singapura sendiri sudah mencapai kesepakatan bagi perjalanan bisnis dan pejabat, dan membuka penerbangan bagi warga biasa dari negeri seperti Brunei, Tiongkok dan Selandia Baru.
Baik Hong Kong dan Singapura mengatakan mereka sedang dalam proses pembicaraan dengan berbagai negara, termasuk Australia dan Selandia Baru, sebagai penjajakan pembukaan koridor perjalanan serupa.
Situasi COVID-19 di kedua wilayah relatif terkendali dibandingkan negara-negara maju lainnya.
Namun, terjadi peningkatan kasus dalam seminggu terakhir, setelah Hong Kong melaporklan adanya varian N501Y yang menyebar di kalangan warga lokal, sementara Singapura sedang menyelidiki kasus yang muncul di tempat tinggal para pekerja migran.
Kawasan permukiman asrama migran ini menjadi pusat wabah di Singapura tahun laluyang mencatat ribuan kasus.
Para pemegang izin tinggal sementara di Singapura yang bekerja untuk membangun gedung, pabrik dan galangan kapal yang tinggal di asrama tidak termasuk dalam koridor perjalanan.
Menurut pihak berwenang, di awal pembukaan koridor, hanya Cathay Pacific dan Singapore Airlines yang akan menjadi maskapai penerbangan yang digunakan.
"Bila koridor perjalanan ini berjalan sukses, saya kira ini akan memberikan dampak penting bagi seluruh dunia," kata Ong Ye Kung Menteri Transportasi Singapura.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari .
ABC/wires
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dampak Perang Dagang Australia dengan Tiongkok