Hong Kong Memanas, Tiongkok Siapkan Praktik Baru Formula Satu Negara Dua Sistem

Senin, 19 Agustus 2019 – 23:19 WIB
Demonstrasi warga Hong Kong menentang RUU Ekstradisi ke Tiongkok. Foto: Kyodo News

jpnn.com, BEIJING - Dewan Negara Tiongkok menginginkan Kota Shenzhen dikembangkan lebih jauh dan terintegrasi dengan Hong Kong dan Makau. Arahan tersebut muncul di tengah krisis kepercayaan warga Hong Kong terhadap pemerintah pusat.

Hong Kong, salah satu pelabuhan tersibuk di dunia, berada di ambang resesi pertamanya dalam satu dasawarsa. Protes anti-pemerintah yang tak kunjung usai membuat wisatawan takut, sehingga berimbas pada penjualan ritel dan investasi.

BACA JUGA: CEO Pahlawan

Terdapat 19 arahan Dewan Negara yang diterbitkan media pemerintah Harian Rakyat. Salah satu di antaranya menyerukan perkembangan ekonomi Shenzhen, sehingga mampu menembus peringkat kota terbaik dunia pada 2025.

Pada 1990-an, reformasi berorientasi pasar dan dukungan pemerintah mengubah Shenzhen dari desa biasa menjadi pusat sektor manufaktur dan teknologi Tiongkok. Kota itu sekarang menampung markas global Tencent, raksasa media sosial Tiongkok, dan Huawei yang merupakan produsen telepon genggam terbesar kedua di dunia.

BACA JUGA: Korut dan Tiongkok Genjot Kerja Sama Militer

Dewan Negara juga menyerukan modernisasi tata kelola sosial di Shenzhen melalui pengaplikasian komprehensif big data, cloud computing, kecerdasan buatan dan teknologi lainnya.

BACA JUGA: Tiongkok Mulai Menyalahkan Amerika atas Kerusuhan Hong Kong

BACA JUGA: Meriahnya Perayaan HUT RI di Ibu Kota Tiongkok

Selain itu, integrasi budaya dan ekonomi Shenzhen dengan Hong Kong dan Makau melalui pendanaan untuk rumah sakit, upaya bantuan bencana bersama dan pertukaran budaya, juga jadi salah satu poin. Arahan tersebut diklaim sebagai upaya mengembangkan Hong Kong-Macao Greater Bay Area dan memperkaya praktik baru dari kebijakan satu negara, dua sistem.

Hong Kong kembali dari Inggris ke pemerintahan Tiongkok pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjanjikan kebebasan luas yang ditolak oleh warga di daratan Tiongkok, tetapi banyak di kota itu yang percaya Beijing telah mengikis kebebasan itu.

Protes Hong Kong dimulai sebagai penentangan terhadap RUU ekstradisi yang sekarang ditangguhkan  dan telah mendorong seruan yang lebih luas untuk demokrasi. Pekan lalu pasukan paramiliter Tiongkok melakukan latihan di luar stadion olahraga utama di Shenzhen, memicu spekulasi bahwa mereka mungkin akan digunakan di Hong Kong. (ant/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Laser Jadi Senjata Andalan Demonstran Hong Kong


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler