Honorer K2 Nyambi jadi Buruh Bangunan, Ada yang Tanam Jamur

Kamis, 12 April 2018 – 16:41 WIB
Honorer K2 nyambi jadi petani jamur. Foto: istimewa

jpnn.com - Hingga saat ini nasib honorer K2 (kategori dua) masih terkatung-katung, tidak jelas kapan akan diangkat menjadi CPNS. Pasalnya, Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dan pemerintah belum melanjutkan pembahasan revisi UU ASN (Undang-Undang Aparatur Sipil Negara).

Mesya Mohamad - Jakarta

BACA JUGA: Tunggu Jadwal Pendaftaran CPNS 2018 dan Penetapan Formasi

Pemerintah, dalam hal ini Kemenpan-RB, masih fokus menyelesaikan pendataan honorer K2, untuk memastikan mana yang asli dan mana yang bodong.

Untuk bertahan hidup, banyak honorer K2 kerja serabutan lantaran honornya baru diterima per triwulan.

BACA JUGA: Kabar Baik bagi Para Honorer K2

Koodinator wilayah (Korwil) Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Aceh Taufik Yahya mengaku terpaksa menjadi buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Taufik yang bekerja sebagai operator sekolah dibayar Rp 500 ribu per bulan. Itupun dirapel tiga bulan sekali. Kalau ada uang, Taufik bisa menerima Rp 1,5 juta tapi kalau sekolah kekurangan dana terpaksa tidak menerima bayaran.

BACA JUGA: Kapan Pendaftaran CPNS 2018 Dibuka?

"Saya kerja bangunan tidak menentu. Ada yang pulang sekolah ada yang libur sekolah. Gaji saya sebagai buruh bangunan Rp 70 ribu per hari. Miris memang tapi faktanya memang begitu. Di sekolah saya jadi operator, di desa jadi buruh bangunan," ungkap Taufik kepada JPNN, Kamis (11/4).

Nia Kurniasih, koordinator daerah (Korda) FHK2I Bandung Barat juga kerja serabutan demi menambah pendapatannya. Kurang lebih empat tahun ini, dia berdagang makanan. Apapun dijual agar bisa menyambung hidup.

"Setelah otak saya agak mandeg karena terbentur persoalan ekonomi, menunggu nasib baik untuk diangkat PNS tak kunjung datang, akhirnya saya mulai dengan dagang ice cream homemade dengan modal Rp 25 ribu. Itu saya titip ke warung dan kantin sekolah. Setelah itu, saya menjajal dunia catering dua tahun berjalan," bebernya.

Sementara Korwil FHK2I Jawa Timur Eko Mardiono memilih kerja sampingan menjadi petani jamur. Menurut dia, 100 persen honorer K2 pria kerja serabutan untuk menutupi biaya hidup. Usai melaksanakan kewajiban di sekolah langsung kerja sampingan.

"Di sekolah kami dihormati, pulang sekolah kami kerja serabutan. Kayak saya hidup di kota besar tapi masih jadi petani," ucapya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru PNS Gajinya Besar, Jangan Asal Angkat dari Honorer


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler