Honorer Tua itu Lirih Ucapkan Takbir, Menangis, Lantas Dipeluk Rekan-rekannya

Rabu, 26 Februari 2014 – 15:44 WIB
Ama (47), tak kuasa menahan tangis saat diminta berorasi di depan ribuan honorer di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (26/2). Foto: Natalia Laurens/JPNN.com

jpnn.com - SEORANG honorer asal Cirebon, Ama (47), tak kuasa menahan tangis saat diminta berorasi di depan ribuan honorer di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (26/2).

Ibu tiga anak yang sudah 29 tahun menjadi honorer di sebuah Puskesmas di Cirebon ini sampai kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya.

BACA JUGA: Mendulang Berkah Macet Jakarta, Tiap Bulan Kirimi Istri Rp 2 Juta

Ia terdiam beberapa saat di atas sebuah mobil bak terbuka sambil melihat Istana Merdeka yang megah di hadapan Monas.

"Saya enggak tahu harus bilang apa. Sudah 29 tahun saya mengabdi dan menunggu. Sampai sekarang pun saya tidak pernah mendapatkan keadilan dari pemerintah," tuturnya hampir tak terdengar karena terisak.

BACA JUGA: Mengunjungi Abashiri Prison Museum, Penjara Paling Ketat di Era Meiji

Sambil disemangati rekan-rekan honorer lainnya, akhirnya Ama kembali bersuara. Sambil menahan airmata ia bertakbir lirih. "Allahu Akbar," kata dia.

"Saya dari tahun 85 sampai sekarang masih seperti ini. Apa pemerintah tidak ada yang tergugah dengan nasib kami," tanyanya.

BACA JUGA: Sorban Dilepas, Dahlan Iskan Menitikkan Air Mata

Ama tidak dapat berorasi lebih lama lagi, karena ia terus menangis. Saat turun dari mobil pick up tersebut, ia langsung dipeluk dan disambut tangis sesama rekannya dari Cirebon.

Ama mengaku dulu ia bertugas di Puskesmas Kali Buntu yang letaknya cukup jauh dari pusat kota, sehingga ia sama sekali tidak memperoleh informasi mengenai tes CPNS. Saat itu, gajinya hanya Rp 150 ribu.

Pada tahun 2007, ia dipindahtugaskan ke Puskesmas Gebang yang cukup dekat wilayah perkotaan. Barulah, ia mengalami sedikit kenaikan gaji menjadi Rp 850 ribu.

"Dulu kami jalan kaki 18 km kalau kerja. Mau cicil motor, gaji enggak cukup. Untung saya dikasih tahu teman soal tes ini, makanya, saya ikut. Tapi ternyata tak lolos. Saya harus apa lagi sekarang. Umur saya sudah segini, apa bisa tes lagi," keluhnya.

Ama menyatakan ia sudah tak punya banyak tuntutan lagi. Ia hanya berharap pemerintah mengangkatnya menjadi PNS, bersama teman-temannya yang lain. (flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puaskan Hobi dari Pinggir Jendela


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler