Mengunjungi Abashiri Prison Museum, Penjara Paling Ketat di Era Meiji

Shiratori Berhasil Kabur berkat Miso Soup

Senin, 24 Februari 2014 – 09:29 WIB

jpnn.com - Penjara Abashiri di bagian utara Pulau Hokkaido, Jepang, kini menjadi museum yang banyak dikunjungi wisatawan.Bagaimana kondisinya? Berikut laporan wartawan Jawa Pos TOMY C. GUTOMO yang mengunjungi museum tersebut.

= = = = = = = = = = = =

BACA JUGA: Sorban Dilepas, Dahlan Iskan Menitikkan Air Mata

KAISAR Meiji atau Matsuhito berhasil mengantarkan Jepang menjadi negara yang disegani. Restorasi Meiji membuat Jepang bangkit dari ketertinggalan.

Salah satu peninggalan pemerintahan era Meiji di Hokkaido adalah bangunan penjara yang besar dan megah di Abashiri. Karena sistem keamanannya yang sangat ketat, hampir tidak ada tahanan yang bisa lolos dari penjara tersebut. Kalaupun bisa melarikan diri, mereka akan mati kedinginan atau dimakan binatang buas. Sebab, penjara tersebut dikelilingi hutan dan berada di dataran tinggi.

BACA JUGA: Puaskan Hobi dari Pinggir Jendela

Penjara Abashiri dibangun pada 1890 dengan nama Abashiri City Hall. Awalnya bangunan itu dibuat untuk mencegah Hokkaido diambil oleh Rusia. Para tahanan dikirim untuk membuat jalan sepanjang lebih dari 200 km sebagai bukti pengembangan Jepang di Hokkaido. Pembangunan jalan itu memakan korban jiwa 100 orang lebih, baik dari tahanan maupun sipir. Penyebabnya adalah kedinginan.

Nama City Hall diganti menjadi Abashiri Prison pada 1903 dan difungsikan hingga 1983. Bangunan penjara yang serbakayu itu kemudian dipindahkan ke lokasi museum sekarang. “Di lokasi asli yang berjarak beberapa kilometer dari museum sudah dibangun penjara baru yang modern dan manusiawi," ujar Takada Koji, petugas Abashiri Prison Museum.

BACA JUGA: Mengunjungi Epsom College, Kampus Asrama Inggris Pertama di Malaysia

Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi museum penjara Abashiri adalah saat musim salju. Dengan suhu mencapai minus delapan derajat Celsius, kita bisa merasakan betapa menderitanya penghuni penjara itu di masa lalu. Tak heran ratusan tahanan mati karena kedinginan dan kurang gizi. Setiap tahun tidak kurang dari 350 ribu wisatawan mengunjungi tempat wisata itu.

Sebelum masuk ke kompleks penjara Abashiri, pengunjung harus melewati jembatan kayu yang membelah sungai Abashiri. Jembatan sepanjang 50 meter itu dulu merupakan satu-satunya akses untuk masuk atau keluar dari penjara. Tiket masuk musem dibanderol 1.050 yen atau Rp 126 ribu (1 yen = Rp 120).

Museum penjara itu sangat luas, mencapai 17 hektare dengan 38 bangunan di dalamnya. Setelah melewati pintu gerbang, masuk government building. Gedung tersebut dibangun pada 1912, yang di era Meiji desain dan fiturnya menggabungkan arsitektur Timur dan Barat. Di gedung tersebut setiap pengunjung mendapat welcome drink berupa amasake. Rasanya mirip air tape. "Ini soft sake, tidak mengandung alkohol," kata Koji.

Ada beberapa bagian yang merupakan bangunan asli penjara Abashiri yang dipindah ke museum tersebut. Yakni, preaching place, radial five wings prison house (rumah tahanan lima sayap), gedung pertanian Futamigaoka, government building, sel hukuman bagi tahanan bermasalah (punishment brick chamber), pintu samping (side gate), pondok penjaga (keepers lodge), dan kuil danau Futamigaoka. Yang menjadi andalan di museum tersebut adalah rumah tahanan lima sayap. Bangunan berbahan kayu itu sangat khas karena memiliki lima koridor dengan total 600 sel. Desain gedung seluas 3.333,72 meter persegi itu dibuat sangat efisien. Satu pos penjaga bisa mengamati seluruh koridor.

“Pemerintahan Meiji mengklaim ini merupakan gedung penjara paling modern di zaman itu. Bangunannya diadopsi dari penjara Leuven, Belgia,” kata Koji.

Setiap sel luasnya hanya 4,95 meter persegi atau sekitar 2 x 2,5 meter. Setiap sel sebenarnya didesain untuk dihuni seorang tahanan. Namun, pada kenyataannya penjara itu terisi sampai seribu tahanan.

Di salah satu koridor terdapat patung tahanan yang sedang merangkak di plafon gedung. Itu adalah patung Yoshie Shiratori, tahanan yang menghuni sel 24 di koridor 4. Shiratori dijuluki sebagai prison break magician of the showa era. Dia kali pertama ditahan di Aomori karena kasus pembunuhan pada 1936. Dia berhasil kabur menggunakan kabel untuk membuka kunci.

Shiratori kemudian tertangkap dan dijebloskan di penjara Akita pada 1942. Di situ dia juga berhasil kabur. Pada 1943 Shiratori tertangkap lagi dan dibawa ke Hokkaido untuk dijebloskan ke Abashiri Prison yang terkenal sebagai penjara paling ketat di Jepang.

Namun, dia juga berhasil kabur dari penjara Abashiri pada 1944 saat musim panas. Setiap hari Shiratori menumpahkan miso soup jatah makannya ke borgol dan gembok sel. Setelah satu tahun empat bulan, rantai borgolnya aus dan bisa terlepas. Begitu juga gembok di pintu selnya. Dengan mudah dia naik ke atap dan melarikan diri.

Dua tahun kemudian Shiratori dikabarkan meninggal di penjara Sapporo. Namun, ada juga kabar yang menyebutkan bahwa dia melarikan diri dari penjara tersebut. "Kisah Shiratori ini dituangkan dalam novel berjudul Hagoku pada 1983 oleh Akira Yoshimura. Dari novel itu dibuat film TV di NHK pada 1985," ujar Koji. Penjara Abashiri sendiri pernah difilmkan pada 1965 dengan judul A Man from Abashiri Prison. Film tersebut disutradarai Teruo Ishii dan dibintangi Ken Takakura.

Bagian lain yang menarik dari penjara Abashiri adalah tempat mandi (bathhouse) para tahanan. Di salah satu bangunan terdapat kolam mandi yang bisa diisi hingga 30 tahanan. Karena tahanan di penjara Abashiri mencapai seribu orang, dibuat sistem bergilir yang sangat ketat. Setiap tahanan hanya diberi waktu mandi 15 menit. "Jatah mandinya juga hanya dua atau tiga kali sebulan," ujar Toshihiro Kamba, pemandu dari Japan Guide Association.

Tahanan yang hampir habis masa hukumannya dan berkelakuan baik, diberi kesempatan bekerja di kebun atau di lingkungan penjara. Mereka tidak harus seharian berada di sel. Namun, yang melanggar aturan ditempatkan di sel khusus di luar gedung. Bisa dibayangkan di musim salju mereka akan kedinginan di sel hukuman tersebut.

Tidak lengkap rasanya ke penjara Abashiri tanpa mencicipi makanan para tahanan. Pengunjung bisa menikmati makan siang di gedung pertanian Futamigaoka. Ada dua menu yang disediakan, masing-masing seharga 800 yen dan 700 yen. Lauknya berupa ikan, miso soup, dan sayuran. Kalau yang 800 yen, ada tambahan mi.

Di museum tersebut juga ditampilkan miniatur penjara Abashiri baru alias yang sekarang masih digunakan. Kondisi selnya jauh lebih manusiawi. Di dalamnya terdapat kasur, televisi, penghangat ruangan, wastafel, kamar mandi dalam, rak buku, selimut, dan baju tidur. Alasnya berupa tatami, tikar tradisional Jepang yang dibuat dari jerami yang ditenun. "Ini kondisi penjara Abashiri saat ini. Sudah sangat modern dan nyaman bagi para tahanan," kata Toshi, sapaan Toshihiro Kamba, sambil menunjukkan contoh ruang tahanan.

Selain museum penjara, di Abashiri terdapat museum lain yang tak kalah menarik. Yakni, Okhotsk Ryu Hyo Museum atau Drift Ice Museum. Ini adalah museum es yang cukup terkenal di Abashiri. Setiap tahun museum ini dikunjungi 120 ribu wisatawan. Sebenarnya paling enak mengunjungi museum tersebut saat summer. Sebab, saat musim salju, rasanya akan sama saja, di luar atau di dalam.

Dengan membayar 520 yen atau Rp 62.400, pengunjung bisa menikmati koleksi ikan dan hewan yang muncul di musim salju. Di museum tersebut ada satu ruangan es yang suhunya minus 18 derajat Celsius. Setiap pengunjung yang masuk ruang itu dibekali sapu tangan basah. Saat di dalamnya sapu tangan itu harus dikibas-kibaskan di udara. Hasilnya, sapu tangan itu kaku alias beku.

Dari puncak gedung museum, kita bisa menyaksikan danau Abashiri dan Sakura Park yang sangat indah. Ketika musim salju seperti sekarang, danau itu tertutup es. Begitu juga taman Sakura yang hanya terlihat putih.(*/c2/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalan Terhuyung-huyung, Sudah Sepekan Terbaring di Rumah Sakit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler