MAKASSAR -- Sulsel baru saja menggelar pemilihan gubernur (pilgub) Sulsel, Selasa, 22 Januari. Sekitar empat juta dari total pemilih 6.283.811 sudah mencoblos sehingga pesta demokrasi Sulsel pun telah tergelar. Rakyat sudah menjatuhkan pilihannya pada salah satu kandidat.
Hingga kemarin, hasil resmi masih menunggu keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel. Namun lembaga-lembaga survei yang melakukan quick count sudah merilis pasangan Syahrul-Agus sebagai pemenang. Pasangan Sayang ini mengungguli pasangan Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Andi Rudiyanto Asapa-A Nawir Pasinringi (Garuda-Na).
Mereka punya komentar berbeda dengan hasil ini. Cagub nomor urut satu, Ilham Arief Sirajuddin mengaku menghormati hasil quick count, namun dia dan Aziz belum mau mengakui hasil quick count tersebut sebagai hasil final. "Saya sangat menghormati hasil quick count lembaga survei itu, tapi belum bisa saya akui sebagai hasil akhir," ujar Ilham di kediamannya di jalan Maipa, malam tadi.
Ilham mengungkapkan, tim IA masih sementara menginput hasil penghitungan suara dari tingkat TPS. Dari data yang diinfut dari 2000 lebih TPS kata Ilham, IA juga unggul dengan selisih delapan persen. "Mari kita sama-sama menunggu hasil KPU, saya juga berharap masyarakat bisa menunggu hasil resmi KPU, kami pun tidak ingin berlama-lama menunggu itu," tandas Ilham.
"Kalau pada akhirnya nanti faktanya menunjukkan bahwa kami kalah, maka itu kami harus mengatakan kami kalah.Tapi sekarang kami belum bisa mengatakan kalah karena masih sementara melakukan penginfutan data," sambungnya.
Data di internal IA kata Ilham menyebutkan bahwa pasangan IA menang di Makassar, Bone, Luwu Utara, Palopo, Luwu, Enrekang, Bantaeng, Bulukumba, dan Maros. Dia mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga situasi yang kondusuf di Sulsel serta menjaga hasil pelaksanaan pencoblosan di TPS.
Sedangkan cagub nomor urut dua, Syahrul Yasin Limpo berharap kemenangan yang diraih berdasarkan quick count merupakan kemenangan bersama seluruh masyarakat Sulsel. Proses demokrasi telah berjalan dengan partisipasi masyarakat memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS).
"Apa yang dicapai dari hasil pemilihan gubernur hari ini (kemarin, red) kemenangan dari seluruh rakyat Sulsel. Syahrul dan Agus hanya kebetulan saja dipilih lebih dari 50 persen rakyat Sulsel yang memilih. Demokrasi telah berjalan dan suara rakyat harus dihargai," tuturnya kepada wartawan di Gubernuran.
Beberapa lembaga survei melakukan hitung cepat dan menempatkan pasangan Sayang lebih unggul dibanding dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Syahrul mengemukakan, keunggulannya pada perghitungan cepat perolehan suara merupakan orientasi awal kemenangan.
Dia mengakui hasil hitung cepat itu belum final, tetapi masih menunggu perhitungan resmi KPU Sulsel. "Semua harus tetap menjaga hasil di tempat pemungutan suara dan pastikan tidak ada kecurangan yang mencoba mengubah data," tegas Syahrul kepada semua pendukungnya yang memberinya selamat di Gubernuran dan kediaman orang tuanya di Jalan Haji Bau.
Kemenangan yang berhasil diraih pada pemilihan gubernur yang baru saja berlangsung dianggap Syahrul pertanda adanya hal baik yang dinikmati masyarakat Sulsel dalam lima tahun. Pilgub menjadi peradilan rakyat untuknya atas kinerja pemerintahan yang dilakukan dalam periode pertama kepemimpinan menakhodai Sulsel bersama Agus Arifin Nu'mang.
Dia meyakini bahwa hasil yang diperoleh pada pilgub bukan sebuah rekayasa atau akrobatik maupun kecurangan. "Ini hasil kerja yang dinilai masyarakat Sulsel yang cerdas dan menggunakan hati dalam menilai. Kemenangan ini milik rakyat, Syahrul-Agus hanya kebetulan mendapatkan suara lebih dari 50 persen," tuturnya.
Syahrul meminta seluruh pendukungnya tidak melakukan euforia berlebihan menanggapi kemenangan dari hasil quick count. Semua tim, relawan, dan pendukung harus kembali secara utuh memperlihatkan yang terbaik.
Sementara itu, pasangan Andi Rudiyanto Asapa-A Nawir Pasinringi (Garuda-Na) mengaku tidak ada persoalan dengan hasil quick count. "Saya hargai quick count, tapi Garuda-Na punya real count dan nantinya akan diolah. Garuda-Na tetap menunggu keputusan dari KPU sebagai lembaga resmi," kata Rudi.
Bupati Sinjai dua periode ini mengatakan, siapapun yang terpilih merupakan pilihan dan kemenangan masyarakat Sulsel karena itulah bentuk demokrasi. Hanya saja, dia menyesalkan dan mengecam adanya praktik money politics yang terjadi pada detik-detik terakhir sebelum pencoblosan. "Penegakkan demokrasi yang baik adalah dengan penegakan hukum yang baik pula. Sehingga Panwas dan kepolisian harus mengusut tuntas pelanggaran yang terjadi," tuturnya.
Jika terbukti, lanjutnya, siapapun yang terpilih terbukti melakukan pelanggaran Pilgub harus diturunkan, meskipun sudah terpilih. "Ada yang sampai dibayar Rp5 juta per suara, dan ini memang ada buktinya bukan mencurigai. Jadi tadi malam (kemarin malam, red) itu betapa banyaknya uang yang beredar di Sulsel, sampai mengalahkan Jakarta. Saya berharap, siapapun yang berbuat demikian agar mengakui dosanya," ujar Rudi.
Rudi kemudian mengimbau pendukungnya agar tetap tenang dan bekerja seperti biasa sambil menunggu keputusan resmi dari KPU Sulsel.
Rudi mengecam praktek money politics yang terjadi beberapa jelang pencoblosan. Menurutnya, praktik tersebut merupakan pembodohan dan penghinaan terhadap demokrasi. "Itu tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Kalau memang tulus memimpin harusnya tindakan seperti itu tidak dilakukan," tegas Rudi usai pencoblosan.
Bupati Sinjai dua periode tersebut menyebutkan bahwa pihaknnya sejak awal tidak mengerahkan pejabat maupun pendukung Garuda- Na untuk melakukan praktik tidak terpuji tersebut. Alasannya, dia menciptakan politik yang bersih dan memberikan pembelajaran politik yang benar-benar menjunjung harkat masyarakat. Praktik kotor tersebut harus dilawan. "Harusnya Panwas serius memproses hal tersebut, dan tidak menghentikan penyelidikan. Panwas sendiri tidak mampu melakukan pekerjaannya," katanya. (fajar)
Hingga kemarin, hasil resmi masih menunggu keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel. Namun lembaga-lembaga survei yang melakukan quick count sudah merilis pasangan Syahrul-Agus sebagai pemenang. Pasangan Sayang ini mengungguli pasangan Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Andi Rudiyanto Asapa-A Nawir Pasinringi (Garuda-Na).
Mereka punya komentar berbeda dengan hasil ini. Cagub nomor urut satu, Ilham Arief Sirajuddin mengaku menghormati hasil quick count, namun dia dan Aziz belum mau mengakui hasil quick count tersebut sebagai hasil final. "Saya sangat menghormati hasil quick count lembaga survei itu, tapi belum bisa saya akui sebagai hasil akhir," ujar Ilham di kediamannya di jalan Maipa, malam tadi.
Ilham mengungkapkan, tim IA masih sementara menginput hasil penghitungan suara dari tingkat TPS. Dari data yang diinfut dari 2000 lebih TPS kata Ilham, IA juga unggul dengan selisih delapan persen. "Mari kita sama-sama menunggu hasil KPU, saya juga berharap masyarakat bisa menunggu hasil resmi KPU, kami pun tidak ingin berlama-lama menunggu itu," tandas Ilham.
"Kalau pada akhirnya nanti faktanya menunjukkan bahwa kami kalah, maka itu kami harus mengatakan kami kalah.Tapi sekarang kami belum bisa mengatakan kalah karena masih sementara melakukan penginfutan data," sambungnya.
Data di internal IA kata Ilham menyebutkan bahwa pasangan IA menang di Makassar, Bone, Luwu Utara, Palopo, Luwu, Enrekang, Bantaeng, Bulukumba, dan Maros. Dia mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga situasi yang kondusuf di Sulsel serta menjaga hasil pelaksanaan pencoblosan di TPS.
Sedangkan cagub nomor urut dua, Syahrul Yasin Limpo berharap kemenangan yang diraih berdasarkan quick count merupakan kemenangan bersama seluruh masyarakat Sulsel. Proses demokrasi telah berjalan dengan partisipasi masyarakat memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS).
"Apa yang dicapai dari hasil pemilihan gubernur hari ini (kemarin, red) kemenangan dari seluruh rakyat Sulsel. Syahrul dan Agus hanya kebetulan saja dipilih lebih dari 50 persen rakyat Sulsel yang memilih. Demokrasi telah berjalan dan suara rakyat harus dihargai," tuturnya kepada wartawan di Gubernuran.
Beberapa lembaga survei melakukan hitung cepat dan menempatkan pasangan Sayang lebih unggul dibanding dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Syahrul mengemukakan, keunggulannya pada perghitungan cepat perolehan suara merupakan orientasi awal kemenangan.
Dia mengakui hasil hitung cepat itu belum final, tetapi masih menunggu perhitungan resmi KPU Sulsel. "Semua harus tetap menjaga hasil di tempat pemungutan suara dan pastikan tidak ada kecurangan yang mencoba mengubah data," tegas Syahrul kepada semua pendukungnya yang memberinya selamat di Gubernuran dan kediaman orang tuanya di Jalan Haji Bau.
Kemenangan yang berhasil diraih pada pemilihan gubernur yang baru saja berlangsung dianggap Syahrul pertanda adanya hal baik yang dinikmati masyarakat Sulsel dalam lima tahun. Pilgub menjadi peradilan rakyat untuknya atas kinerja pemerintahan yang dilakukan dalam periode pertama kepemimpinan menakhodai Sulsel bersama Agus Arifin Nu'mang.
Dia meyakini bahwa hasil yang diperoleh pada pilgub bukan sebuah rekayasa atau akrobatik maupun kecurangan. "Ini hasil kerja yang dinilai masyarakat Sulsel yang cerdas dan menggunakan hati dalam menilai. Kemenangan ini milik rakyat, Syahrul-Agus hanya kebetulan mendapatkan suara lebih dari 50 persen," tuturnya.
Syahrul meminta seluruh pendukungnya tidak melakukan euforia berlebihan menanggapi kemenangan dari hasil quick count. Semua tim, relawan, dan pendukung harus kembali secara utuh memperlihatkan yang terbaik.
Sementara itu, pasangan Andi Rudiyanto Asapa-A Nawir Pasinringi (Garuda-Na) mengaku tidak ada persoalan dengan hasil quick count. "Saya hargai quick count, tapi Garuda-Na punya real count dan nantinya akan diolah. Garuda-Na tetap menunggu keputusan dari KPU sebagai lembaga resmi," kata Rudi.
Bupati Sinjai dua periode ini mengatakan, siapapun yang terpilih merupakan pilihan dan kemenangan masyarakat Sulsel karena itulah bentuk demokrasi. Hanya saja, dia menyesalkan dan mengecam adanya praktik money politics yang terjadi pada detik-detik terakhir sebelum pencoblosan. "Penegakkan demokrasi yang baik adalah dengan penegakan hukum yang baik pula. Sehingga Panwas dan kepolisian harus mengusut tuntas pelanggaran yang terjadi," tuturnya.
Jika terbukti, lanjutnya, siapapun yang terpilih terbukti melakukan pelanggaran Pilgub harus diturunkan, meskipun sudah terpilih. "Ada yang sampai dibayar Rp5 juta per suara, dan ini memang ada buktinya bukan mencurigai. Jadi tadi malam (kemarin malam, red) itu betapa banyaknya uang yang beredar di Sulsel, sampai mengalahkan Jakarta. Saya berharap, siapapun yang berbuat demikian agar mengakui dosanya," ujar Rudi.
Rudi kemudian mengimbau pendukungnya agar tetap tenang dan bekerja seperti biasa sambil menunggu keputusan resmi dari KPU Sulsel.
Rudi mengecam praktek money politics yang terjadi beberapa jelang pencoblosan. Menurutnya, praktik tersebut merupakan pembodohan dan penghinaan terhadap demokrasi. "Itu tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Kalau memang tulus memimpin harusnya tindakan seperti itu tidak dilakukan," tegas Rudi usai pencoblosan.
Bupati Sinjai dua periode tersebut menyebutkan bahwa pihaknnya sejak awal tidak mengerahkan pejabat maupun pendukung Garuda- Na untuk melakukan praktik tidak terpuji tersebut. Alasannya, dia menciptakan politik yang bersih dan memberikan pembelajaran politik yang benar-benar menjunjung harkat masyarakat. Praktik kotor tersebut harus dilawan. "Harusnya Panwas serius memproses hal tersebut, dan tidak menghentikan penyelidikan. Panwas sendiri tidak mampu melakukan pekerjaannya," katanya. (fajar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Dituding Hilangkan Hak Politik Warga Negara
Redaktur : Tim Redaksi