Hortikultura Bakal Jadi Sektor Primadona Generasi Milenial

Rabu, 28 November 2018 – 15:07 WIB
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi menjadi pembicara dan kuliah umum di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, Sulawesi Selatan. Foto: Kementan

jpnn.com, GOWA - Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi optimistis subsektor hortikultura bakal menjadi primadona bagi generasi milenial.

Pasalnya, subsektor ini sangat prospektif mendongkrak nilai ekonomi dan pendapatan petani, khususnya generasi muda.

BACA JUGA: Terobosan Kebijakan Kementan Hasilkan Capaian Penting

"Silakan cek di lapangan, betapa petani muda yang terjun menggeluti usaha hortikultura bisa sedemikian sukses secara ekonomi. Tak hanya kaya raya dari segi kecukupan ekonomi dan mandiri, mereka juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat lainnya. Pemuda di Tangerang dan Lembang Jawa Barat bukti nyatanya, raup ratusan juta per bulan," kata Suwandi saat menjadi pembicara dan kuliah umum di hadapan lebih dari 400 mahasiwa dan civitas akademika Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (28/11).

Suwandi menjelaskan, inovasi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengubah STPP menjadi Polbangtan dimaksudkan untuk mencetak regenerasi muda pertanian termasuk hortikultura berkelas dunia.

BACA JUGA: Mentan Amran Minta Semua Polbangtan Berstandar Internasional

"Seluruh aktivitas usaha hortikultura mulai hulu hingga hilir sangat menantang untuk dikembangkan pemuda generasi milenial. Tak hanya itu, bisnis hilir tataniaga hingga ekspor hortikultura sangat menjanjikan," tambah Suwandi.

Suwandi mencontohkan pemuda bernama Bagas yang berbudi daya melon di lahan dekat Bandara Cengkareng.

BACA JUGA: Kubis Indonesia Semakin Mendunia

Modal yang dikeluarkan Bagas Rp 120 juta hingga Rp 150 juta per hektare. Hanya dalam waktu 70 hari sudah panen dan bisa meraup pendapatan Rp 200 juta hingga Rp 250 juta dengan keuntungan Rp 80 juta hingga Rp 100 juta.

"Tidak hanya bisnis melon, Bagas juga mengoordinasi 30 jenis sayuran dipasok ke supermarket di Jakarta dengan omzet Rp 100 juta per hari," ungkap Suwandi.

Contoh lain, lanjut Suwandi, di banyak kabupaten sentra, budi daya menanam cabai bisa panen delapan hingga sepuluh ton per hektare. Biaya produksi Rp 8 ribu sampai 10 ribu per kg.

Hasilnya bisa dijual Rp 16 ribu sampai 20 ribu per kilogram. Ini tidak jauh berbeda dengan budi daya bawang merah juga menguntungkan.

"Di Sembalun juga ada Mas Azis, tokoh pengusaha muda dan penggerak yang sukses di bisnis benih bawang putih bekerja sama dengan BUMN dan swasta, omzetnya kini mencapai miliaran. Yang jelas pendapatannya bisa ngalah-ngalahin pendapatan PNS," ucap Suwandi.

Menurut Suwandi, selama ini petani hortikultura lebih maju dan berani investasi walaupun dengan risiko faktor alam dan musim. Bahkan mampu mengelola alam dengan adaptif dan ramah lingkungan sehingga usaha taninya bisa bertahan dan berkelanjutan.

"Besarnya risiko itu sudah terukur dan sebanding dengan besarnya potensi pendapatan yang diterima petani hortikultura," ujar Suwandi.

Suwandi menegaskan seiring perubahan trend konsumsi masyarakat Indonesia dan dunia, kini mulai menjamur pengusaha muda yang menanam komoditas hortikultura eksotik seperti tanaman hias, sayuran untuk pangsa pasar khusus supermarket dan ekspor.

Pengusaha muda juga membangun kebun buah buah skala orchad seperti mangga garifta di Lamongan, mangga gedonggincu di Indramayu Cirebon dan sekitarnya, durian di Banyumas, Banyuwangi dan lainnya, edamame di Jember, jeruk di Garut, Malang, Brastagi, Sambas dan lainnya.

"Peluang bisnis hortikultura di lini hilir, yaitu industri olahan produk hortikultura sangat menjanjikan mulai dari olahan cabai, bawang merah, keripik pisang, jus, selai, jam dan sebagainya. Kuncinya di teknologi pengolahan, manajemen industri, pengemasan dan jejaring marketingnya," tegas Suwandi.

Dihubungi terpisah, Maufur, petani muda asal Tegal yang kini menekuni usaha budi daya bawang putih mengaku bersyukur bisa terjun di pertanian khususnya hortikultura.

Selain nilai ekonominya yang lumayan besar, bisa membantu membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.

"Bahkan para pemuda yang tadinya banyak urbanisasi ke kota besar, kini pada pulang kampung terjun kembali ke pertanian setelah menyadari besarnya hasil yang bisa diperoleh," ujar Maufur. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Capaian Sektor Pertanian Hasil Kerjasama Kementan dengan TNI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler