Kubis Indonesia Semakin Mendunia

Selasa, 27 November 2018 – 12:43 WIB
Kubis Indonesia. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia memiliki beragam komoditas hortikultura. Dari ratusan jenis komoditas tersebut, hanya puluhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satunya adalah kubis.

Meski memiliki potensi ekonomi yang luar biasa,  kubis sering dipandang sebelah mata.

BACA JUGA: Capaian Sektor Pertanian Hasil Kerjasama Kementan dengan TNI

Kubis sering dikonotasikan bernilai gizi rendah.  Beberapa orang berpantang memakannya. Kubis kadang dituduh sebagai penyebab asam lambung.

Selama ini kubis sudah sangat akrab dengan ibu-ibu rumah tangga. Kubis bisa digunakan untuk beberapa masakan seperti sup, gado-gado, soto, dan pecel lele.

BACA JUGA: Kubis Indonesia Menjangkau Dunia  

Kubis biasa ditanam di daerah dataran tinggi. Namun, saat ini juga sudah berkembang kubis di dataran menengah dan rendah. Ada dua jenis kubis yang biasa diproduksi oleh petani yaitu kubis daun dan bunga kol atau brokoli.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS),  rata-rata ekspor kubis Indonesia per tahun dalam kurun 2013 -2017 mencapai 4.500 ton. 

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Paparkan Capaian Kinerja Empat Tahun

Pada periode Januari - Agustus 2018 mencapai 24,6 ribu ton. Angka itu naik dari periode yang sama pada 2017 yang sebanyak 22,1 ribu ton.

Kubis bahkan mencatatkan diri sebagai komoditas sayuran yang paling banyak diekspor dibanding jenis sayuran lain seperti jagung manis, bawang merah, selada dan sebagainya.

"Kubis Indonesia mampu menembus pasar luar negeri seperti Jepang, Malaysia, Taiwan, Singapura hingga Uni Emirat Arab,” ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Prihasto Setyanto, Selasa (27/11).

Produksi kubis rata-rata per tahun selama lima tahun terakhir mencapai 1.463.126 ton. Pada 2017 lalu produksi mencapai 1.442.624 ton setahun dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia.

"Kelebihan kubis Indonesia, selain harganya relatif murah, juga mampu dipasok secara kontinu dari sentra-sentra utama seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah penghasil kubis lainnya,” imbuh Prihasto.

Kementerian Pertanian akan fokus pada perbaikan kualitas kubis Indonesia melalui gerakan budidaya ramah lingkungan. 

Prihasto menjelaskan, selama ini masyarakat dalam maupun luar negeri masih banyak yang khawatir mengonsumsi kubis asal Indonesia karena isu residu pestisida.

“Kami terus imbau petani mempraktikkan cara budidaya yang lebih ramah lingkungan dengan menekan penggunaan pestisida. Selain isu pestisida, kami akan dorong perbaikan sistem penanaman kubis di lahan berlereng agar memperhatikan prinsip konservasi,” terang pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.

Ketua Gapoktan Hataki Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Nandang  mengaku senang menanam kubis karena mudah dan hasilnya pun lumayan.

"Biaya produksi per tanaman hanya sekitar Rp 2.000 per kubis. Hasilnya bisa 3-5 kilo per tanaman. Kalau harga per kilonya Rp 3.000 - Rp 4.000, hasilnya sudah sangat lumayan,” kata Nandang.

Produksi kubis miliknya bisa mencapai 40 ton per hektare. Dengan umur tanaman 90 hari, satu hari dia biasa menanam dua kali. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dengan Kebijakan Mentan Amran, Durian Kini Surplus 733 Ton


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler