JAKARTA - Wakil Ketua DPR, Pramono Anung muncul di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (22/1) siang. Tapi politisi PDI Perjuangan itu bukan untuk berurusan dengan pengadilan, atau menjadi saksi kasus korupsi. Pram -sapaan Pramono- ada di Pengadilan Tipikor untuk memberi dukungan pada Hotasi Nababan, mantan Dirut Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang didakwa korupsi penyewaan pesawat.
"Hotasi adalah sahabat lama saya. Saya melihat kebijakan yang dilakukan Hotasi waktu menjabat (Dirut MNA, red) demi kepentingan orang banyak," kata Pramono saat menunggu giliran persidangan Hotasi dengan agenda pembacaan pledoi.
Pramono mengaku kenal betul sosok dan kepribadian Hotasi. Karenanya saat Hotasi menyandang terdakwa korupsi dan dituntut empat tahun penjara, Pramono melihat hal itu sebagai upaya membidik kolega yang dikenalnya sejak sama-sama kuliah di ITB itu.
"Saya melihat ada semacam target kepada Hotasi. Karena saat ini tidak ada orang dengan reputasi seperti Hotasi, tetapi malah dililit masalah. Saya sebagai kawan lama jengkel ternyata hukum di Indonesia masih bisa dipermainkan," keluhnya.
Pramono menganggap perintah Hotasi tentang pembayaran uang jaminan USD 1 juta untuk penyewaan dua unit pesawat merupakan kebijakan perusahaan yang diambil atas pertimbangan profesional. Karenanya, kata Pramono, harusnya Hotasi tak bisa dipidanakan hanya karena pesawat yang disewa ternyata tak dikirim oleh penyedia pesawat.
Seperti diketahui, Hotasi dan bekas anak buahnya, Tony Sudjiarto didakwa korupsi karena MNA sudah mengeluarkan uang USD 1 juta untuk membayar uang sewa dua unit Boeing 737 yang tak jadi dikirim oleh Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG) selaku penyedia pesawat. Dalam proses persidangan terungkap uang jaminan justru diselewengkan petinggi TALG. Namun jaksa yang tetap yakin Hotasi bersalah, mengajukan tuntutan hukuman empat tahun penjara dan denda Rp 500 juta. (ara/jpnn)
"Hotasi adalah sahabat lama saya. Saya melihat kebijakan yang dilakukan Hotasi waktu menjabat (Dirut MNA, red) demi kepentingan orang banyak," kata Pramono saat menunggu giliran persidangan Hotasi dengan agenda pembacaan pledoi.
Pramono mengaku kenal betul sosok dan kepribadian Hotasi. Karenanya saat Hotasi menyandang terdakwa korupsi dan dituntut empat tahun penjara, Pramono melihat hal itu sebagai upaya membidik kolega yang dikenalnya sejak sama-sama kuliah di ITB itu.
"Saya melihat ada semacam target kepada Hotasi. Karena saat ini tidak ada orang dengan reputasi seperti Hotasi, tetapi malah dililit masalah. Saya sebagai kawan lama jengkel ternyata hukum di Indonesia masih bisa dipermainkan," keluhnya.
Pramono menganggap perintah Hotasi tentang pembayaran uang jaminan USD 1 juta untuk penyewaan dua unit pesawat merupakan kebijakan perusahaan yang diambil atas pertimbangan profesional. Karenanya, kata Pramono, harusnya Hotasi tak bisa dipidanakan hanya karena pesawat yang disewa ternyata tak dikirim oleh penyedia pesawat.
Seperti diketahui, Hotasi dan bekas anak buahnya, Tony Sudjiarto didakwa korupsi karena MNA sudah mengeluarkan uang USD 1 juta untuk membayar uang sewa dua unit Boeing 737 yang tak jadi dikirim oleh Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG) selaku penyedia pesawat. Dalam proses persidangan terungkap uang jaminan justru diselewengkan petinggi TALG. Namun jaksa yang tetap yakin Hotasi bersalah, mengajukan tuntutan hukuman empat tahun penjara dan denda Rp 500 juta. (ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggarkan Rp 20 M Lebih untuk Beli Kuda dan Anjing
Redaktur : Tim Redaksi