Hotel Peninggalan Sejarah Indonesia yang Wajib Dicoba, Ada Bekas Jenderal VOC

Sabtu, 20 Agustus 2022 – 11:55 WIB
Kompilasi foto hotel The Hermitage Jakarta. (ANTARA/HO Pegipegi)

jpnn.com, JAKARTA - Hotel The Hermitage Jakarta satu dari lima bangunan tua yang menjadi saksi bisu perjalanan bangsa Indonesia.

Bangunan yang terletak di Cikini adalah peninggalan zaman kolonial Belanda.

BACA JUGA: Sambut HUT Ke-77 RI, Hotel Santika Premiere Bintaro Tawarkan Paket Gebyar Merdeka

Selain The Hermitage Jakarta, berikut ini lima hotel yang dialihfungsikan dari gedung bersejarah di Indonesia:

1. Horison Arcadia Surabaya

BACA JUGA: Karier Irjen Ferdy Sambo di Polri Terancam Tamat, Komjen Agung: Kadiv Propam Sudah Melaporkan

Gedung yang kini menjadi Hotel Horison Arcadia Surabaya dulu merupakan kantor perusahaan bidang perkebunan milik Belanda, Geo Wehry & co, dibangun pada 1916.

Setelah penjajahan Belanda berakhir, gedung ini sempat tidak terurus.

BACA JUGA: Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Tersangka, Pernyataan Perempuan Ini Bikin Penasaran

Pada 2017 Grup Brasali mengambil alih kepemilikannya dan mengubahnya menjadi hotel.

Bangunan ini direnovasi, namun, mempertahankan bagian fasad dengan ciri khas bata dan warna merah marun.

2. Hotel Salak The Heritage

Gedung hotel ikonik di Kota Bogor, Jawa Barat, ini pada zaman dahulu merupakan tempat istirahat Gubernur Jenderal VOC dan pejabat pemerintahan Belanda.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, gedung itu menjadi markas militer Jepang. Setelah merdeka, Indonesia menguasai gedung tersebut.

Bangunan ini digunakan untuk pemerintahan Indonesia, baru pada 1998 beralih fungsi menjadi Hotel Salak The Heritage. Penginapan ini tidak jauh dari Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor.

Kompilasi foto Hotel Salak The Heritage. (ANTARA/HO Pegipegi)

3. The Hermitage Jakarta

Dari tampak luar sudah terlihat bahwa gedung Hotel The Hermitage Jakarta adalah peninggalan zaman kolonial Belanda.

Diikuti dari siaran pers Pegipegi, Sabtu, gedung ini dibangun pada 1920 sebagai pusat telekomunikasi pemerintah Hindia Belanda, Telefoongebouw.

Beberapa tahun setelah Telefoongebouw, bangunan yang terletak di Cikini ini digunakan sebagai kantor pemerintahan.

Pada 1999, lokasi tersebut menjadi Universitas Bung Karno, namun, tidak bertahan lama.

Baru pada 2008 gedung ini berubah menjadi penginapan sambil mempertahankan nilai sejarahnya, terutama dari gaya bangunan dan interior.

Tujuh tahun kemudian, perusahaan Tribute Portofolio mengambil alih kepemilikannya dan mengubahnya menjadi hotel The Hermitage Jakarta.

4. Sriwijaya Hotel Jakarta

Bangunan ini berdiri sejak 1863, berupa toko roti milik seseorang bernama Conrad Alexander Willem Cavadino.

Toko tersebut menjual aneka cokelat, permen, cerutu tradisional Belanda, anggur dan bahan makanan berkualitas terbaik.

Lokasi toko berada di Rijswijk dan Citadelweg, sekarang bernama Jalan Veteran dan Jalan Veteran I. Toko ini merupakan kesukaan para bangsawan.

Saking populernya, sang pemilik mengubahnya menjadi hotel, bernama Hotel Cavadino.

Orang-orang kaya datang menginap untuk merasakan suasana kota yang asri dan menikmati roti buatan Cavadino.

Hotel ini berubah nama menjadi Hotel du Lion d'Or pada 1899, bertahan selama 42 tahun. Nama hotel berubah lagi menjadi Park Hotel.

Sejak 1950-an, namanya menjadi Hotel Sriwijaya.

5. Hotel Lengkong GKPRI

Sejarah mencatat bangunan warisan Belanda ini digunakan sebagai Gedung Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (GKPRI).

Masalah biaya menyebabkan koperasi terpuruk dan bangunan sempat terbengkalai.

Pemerintah kemudian mengambil alih gedung ini untuk tempat pendidikan.

Pada Agustus 2004, gedung GKPRI menjadi penginapan bernama Hotel Lengkong, diambil dari nama Jalan Lengkong Besar, Bandung, Jawa Barat, tempat hotel berada.

Hotel ini tercatat sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi, sambil dioperasikan sebagai hotel sampai hari ini. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler