Huawei: Amerika Terlalu Meremehkan Kami

Rabu, 22 Mei 2019 – 13:48 WIB
Huawei. Foto: AFP

jpnn.com, BEIJING - Pendiri Huawei Ren Zhengfei buka suara terkait dengan blokir yang dilakukan penyuplai teknologi dari AS. Menurut dia, produsen ponsel terbesar kedua di dunia itu tak akan goyah hanya karena tekanan Presiden Donald Trump. Sayang, banyak investor dan pengamat ekonomi yang meragukan klaim tersebut.

Saat diwawancarai media lokal kemarin, Selasa (21/5), Ren memilih tak ambil pusing terhadap keputusan berbagai perusahaan teknologi dari AS. Menurut dia, tak ada proyek perusahaan yang akan terhenti. Terutama pengembangan jaringan telekomunikasi 5G di level global.

BACA JUGA: Long H-March

''AS sepertinya terlalu meremehkan kekuatan kami. Soal teknologi 5G, tak ada yang bisa mengejar kami dalam dua atau tiga tahun ke depan,'' tegasnya menurut Agence France-Presse.

Berbeda dengan Huawei, pemerintah AS justru bersikap sedikit melunak. Setelah banyak perusahaan teknologi mengumumkan tindak lanjut mereka, Kementerian Perdagangan justru mengeluarkan penangguhan. Penangguhan itu mengizinkan perusahaan AS untuk tetap berbisnis dengan Huawei selama 90 hari ke depan.

BACA JUGA: Diblokir Google dkk, Huawei Kembangkan Sistem Operasi Sendiri?

''Izin sementara tersebut kamu keluarkan agar perusahaan bisa memperkirakan dampak jangka panjang,'' ungkap Menteri Perdagangan Wilbur Ross.

Pemerintah AS sepertinya kelabakan melihat kondisi industri teknologi pasca pemblokiran. Sehabis pengumuman, saham-saham industri teknologi anjlok. Saham Alphabet, induk usaha Google, turun 2 persen. Saham produsen cip dan peranti keras ponsel ikut merosot. Logika para investor, kehilangan salah satu klien terbesar perusahaan pasti akan mengurangi keuntungan.

BACA JUGA: Inikah Akhir Dari Huawei?

''Kalau kami sebenarnya tak peduli ada penangguhan 90 hari itu. Tak ada dampak langsung terhadap kami,'' timpal Ren.

BACA JUGA: Inikah Akhir Dari Huawei?

Ayah Meng Wanzhou, petinggi Huawei yang sedang tertahan di Kanada, tersebut mengklaim bahwa amunisi bisnisnya sudah cukup. Soal peranti lunak, raksasa teknologi itu sudah mengembangkan sistem operasi jauh hari sebelum Presiden AS mengeluarkan perintah eksekutif. Soal peranti keras, Ren menyatakan bahwa setengah dari cip yang digunakan sudah diproduksi di dalam negeri.

''Kami bisa saja membuat cip yang sama dengan AS. Tapi, bukan berarti kami tak mau membeli produk mereka,'' tegasnya.

Sayang, tak semua percaya dengan klaim Ren. Pengamat pasar modal dunia merasa bahwa ambisi Huawei rentan gagal. Terutama misi untuk membangun ekosistem mandiri buat ponsel mereka. Menciptakan sistem operasi yang bisa menarik hati konsumen tak semudah membalik telapak tangan. Butuh lebih banyak dari sekadar modal dan programer andal.

''Lihat saja perusahaan seperti Nokia, BlackBerry, dan Microsoft. Mereka semua gagal dalam upaya serupa,'' ungkap Ryan Whalen, wakil direktur Law and Technology Centre di University of Hong Kong.

Padahal, saingan Huawei di pasar global bukan hanya satu atau dua perusahaan. Raja smartphone Samsung tak berminat mengendurkan laju penjualan. Harga sahamnya meningkat 2,7 persen saat bursa Seoul ditutup kemarin. Kuda hitam seperti Xiaomi dan Oppo sudah menjamah pasar Eropa. (bil/c22/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cari Muka, Trump Dukung UU Anti-Aborsi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler