Hubungan Jokowi dan Mahfud MD Baik-Baik Saja, Tak Ada Dendam

Kamis, 16 Agustus 2018 – 11:03 WIB
Mahfud MD. Foto: Jawapos.com

jpnn.com, JAKARTA - Mahfud MD mengakui dia bukan satu-satunya orang yang menjadi 'korban dari pemberi harapan palsu' alias PHP dalam keputusan yang diambil Presiden Joko Widodo.

Diakuinya Presiden Jokowi juga bukan melakukan hal itu dengan sengaja. Tapi karena terdesak situasi.

BACA JUGA: Mahfud MD dan Andi Arief Picu Guncangan Pertama

Sejak awal, kata Mantan Ketua MK itu, Jokowi sudah memutuskan namanya sebagai pendamping dan mengenyampingkan sembilan nama lainnya. Tapi desakan koalisi membuat Jokowi, sapaan presiden, tak berkutik.

"Saya dipanggil ke istana, Pak Jokowi menjelaskan peristiwanya, dihadapkan pada situasi serba sulit. Clear, Pak Jokowi mengatakan sampai kemarin sore (Rabu, 8/8)) memang sudah saya perintahkan mengerucut Pak Mahfud," ujar Mahfud MD dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Omongan Blakblakan Mahfud MD Dinilai Langgar Etika Politik

Tiba-tiba sore harinya (menjelang deklarasi-red) koalisi parpol datang dan mengajukan calon-calon sendiri yang berbeda.

Meskipun pilihan cawapres sebenarnya kepada Mahfud MD, tapi Jokowi mengaku tidak bisa menolak keinginan koalisi parpol. Apalagi posisi Jokowi yang bukan Ketua Partai.

BACA JUGA: Hasto Pastikan Prof Mahfud Sudah Legawa, Nih Buktinya

"Saya enggak bisa kemudian menolak. Saya kan bukan ketua partai, sementara ini koalisi harus ditanda tangani," ujarnya menirukan apa yang disampaikan Jokowi.

Mahfud sendiri menyatakan jika, keputusan Jokowi tidak salah. Andai dirinya dihadapkan pada posisi tersebut, mungkin akan melakukan hal yang sama.

"Saya katakan kepada Pak Jokowi tidak usah merasa bersalah. Saya terima ini dengan ikhlas, negara ini harus berjalan, mari kita maju kedepan. Nah itu yang saya sampaikan," jelasnya.

Dijelaskannya, keluarganya tidak mempersoalkan hal ini. Apalagi istri dan anak-anaknya memang tidak pernah antusias dan berlebihan menanggapi hal-hal seperti ini.

"Kan kami memang sudah terbiasa menikmati hal-hal yang seperti itu dan tidak pernah menganggap sesuatu itu sebagai hal yang serba pasti didalam kegiatan-kegiatan kehidupan politik saya. Paling cuma nelpon, gimana abah?, ya saya bilang nggak apa-apa. Oh ya sudah asal sehat saja. Anak saya cuma ketawa-ketawa saja di telepon," ungkapnya.

Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) ini juga menyatakan masalahnya dengan Presiden Jokowi sudah selesai dengan baik, tidak ada sakit hati, dan masalah lainnya.

Hingga kini masih baik hubungan keduanya meskipun ada kehebohan soal capres dan cawapres 2019.

"Sudah selesai dengan baik, hubungan kami masih seperti biasa. Itu realitas politik yang tidak terhindarkan, politik itu musimnya bisa berubah secara cepat dan tiba-tiba. dan saya sudah katakan ya tidak apa-apa. Saya harus lebih mengutamakan mekanisme dan agenda konstitusional itu harus jalan tidak usah diributkan karena itu biasa terjadi. Saya bukan yang pertama di Indonesia yang mengalami hal itu, hanya saya lebih dramatis saja," pungkasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kegagalan Mahfud MD Jadi Cawapres Seperti Lomba Lari


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler