jpnn.com - SLEMAN - Lagi, Gunung Merapi kembali mengeluarkan hembuskan pada dini kemarin (20/4). Hembusan disertai suara gemuruh itu terjadi sekitar pukul 04.26 hingga pukul 04.40.
Dari pantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta, hembusan itu mengarah ke barat daya. Hanya, petugas pemantau tak dapat melihat secara jelas visual Gunung Merapi karena tertutup kabut.
BACA JUGA: BKD Masih Tunggu Berkas Verifikasi Honorer K2
Hembusan itu membuat sejumlah desa sekitar Gunung Merapi terjadi hujan abu tipis. Hujan abu itu terjadi di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi, Ngaglik, dan Kalasan,
"Sleman, sebagian wilayah Dukun Magelang, dan Klaten. Suara gemuruh disusul hujan abu tersebut membuat warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi sempat panik.
BACA JUGA: 20 Wajah Baru Diprediksi Duduk di Dewan
Warga sempat keluar rumah untuk memastikan siutasi pascahembusan. Setelah hembusan itu berakhir, warga pun kembali ke rumah masing-masing dan melakukan aktivitas seperti biasa. Pagi hari, sebagian warga ke sawah untuk bercocok tanam dan mencari rumput untuk ternak.
Dari pantaun Radar Jogja (Grup JPNN), hujan abu terjadi hingga siang kemarin. Bahkan, hujan abu sampai ke Kota Jogja lantaran terbawa tiupan angin yang cukup kencang. Warga yang keluar rumah pun terpaksa mengenakan masker untuk menghindari abu.
BACA JUGA: Buol Mencekam, Dua Warga Ditembak Polisi
"Sampai pukul 05.00 saya tidak bisa melihat kondisi Gunung Merapi karena situasinya gelap," kata Walijo, warga Glagaharjo, Cangkringan kemarin.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang Lasimin mengatakan setelah mengeluarkan hembusan sekitar 16 menit, Gunung Merapi kembali normal. Namun demikian, ia tidak dapat melihat secara langsung visualisasi pucuk Gunung Merapi karena tertutup kabut putih. "Hembusan membuat hujan abu di sekitar Kaliurang pada pukul 05.35," papar Lasiman.
Kepala BPPTKG Jogjakarta Subandrio mengatakan hembusan yang terjadi pukul 04.26 hingga pukul 04.44 itu merupakan erupsi kecil atau letusan kecil. Hembusan itu terjadi selama 16 menit.
Sebelum letusan terjadi didahului gemuruh yang berasal dari Dalam Gunung Merapi. Kemudian disusul lontaran material pijar dari mulut Gunung Merapi. "Ketinggian lontaran material diperkirakan sekitar 1 kilometer," kata Subandrio kemarin.
Meski saat letusan terlihat api pijar tapi itu bukan letusan magmatis. Hal itu merupakan letusan yang diakibatkan aktivitas gas yang ada didalam perut Gunung Merapi. Pemicunya ialah terjadi pelepasan gas yang ada didalam perut Gunung Merapi. Gas itu keluar karena ada gempa tektonik yang terjadi beberapa hari terakhir ini.
"Gempa tektonik mempercepat pelepasan gas yang ada di dalam perut Gunung Merapi. Bahkan, sebelum letusan kecil tadi pagi juga didahului adanya gempa tektonik," ungkap Subandrio.
Subandrio memastikan Gunung Merapi masih berstatus normal. Ia menghimbau kepada masyarakat di sekitar Gunung Merpai supaya tidak khawatir dan pahik. Hanya, ia meminta warga tetap waspada untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Saat ini kondisi Gunung Merapi sudah kembali normal," jelas Subandrio. (mar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Korban Perahu Tenggelam di Larantuka Ditemukan
Redaktur : Tim Redaksi