jpnn.com - MANADO - "Oh Tuhan.. Banjir lagi." Jerit warga Kelurahan Banjer Jumat (24/1) malam. Hujan deras membuat sebagian Manado banjir lagi. Meski tidak sedahsyat banjir 15 Januari lalu, banjir ini sempat membuat warga Manado panik.
Kepanikan ini kian bertambah setelah informasi beredar, pintu air di Tanggari, Minahasa telah dibuka sekira pukul 21.00 Wita.
BACA JUGA: JK Pinjamkan 2 Helikopter PMI Bantu Korban Banjir Pati
Manado Post (JPNN Group) melaporkan, di perempatan Banjer ketinggian air meluber ke jalan hingga satu meter. Air warna coklat telah menggenangi ruas jalan hingga memasuki pemukiman warga Banjer dan Dendengan Dalam sekira pukul 23.00 Wita.
Sebagian warga yang berhamburan ke luar mencari tempat lebih tinggi sudah kembali ke rumah masing-masing. Mereka mulai panik dengan air yang menggenangi ruas jalan. Ada juga warga sekedar memantau kondisi sungai yang terus bergerak naik.
BACA JUGA: Banjir Bandang Kembali Terjang Sulut, 2 Tewas, 27 Hilang
“Kami sudah pasrah dengan keadaan yang terjadi, semua barang-barang sudah habis. Ini lagi banjir ulang,” keluh Sri warga Kelurahan Banjer.
Korban banjir lainnya, Subhan mengatakan warga panik karena trauma dengan banjir bandang yang terjadi sebelumnya. “Tiap hari so nda mo ta sono kalo mo tidor, gara-gara banjir ini, apalagi kalo so musim hujan (Setiap hari kami sulit tidur, gara-gara banjir. Apalagi kalau sudah musim hujan,” tambah Subhan dan Sri sambil mengamankan barang-barangnya dari banjir.
BACA JUGA: Mulai Siapkan Ahli Kereta Api
Suasana terasa mencekam, karena kondisi jalan gelap. Beruntung menjelang pukul 23.50, hujan mulai mereda. Air pun pelan-pelan mulai surut hingga 0,5 meter. Ketinggian air masih sulit dipastikan, karena sampai Sabtu (25/1) pukul 00.30 air masih menggenangi jalan.
Di tempat lain, tak jauh berbeda. Seperti di Kelurahan Tikala, Dendengan Luar, Sario, Ternate Tanjung, Paal 4, Perkamil ketinggian air mencapai 0,5 meter. Di kampung Argentina di Kelurahan Tanjung, belasan rumah di sepadan sungai sudah tergenang lagi.
Sedangkan Di Ketang Baru, sekira pukul 23.00 Wita air terus merayap sampai batas atas tanggul. Ketinggian tanggul sekira 3 meter. ‘’Air sudah masuk sekira 20 an rumah di Ketang Baru. Hanya saja penghuni rumah masih di lokasi pengungsian. Permukaan air sudah 25 cm sentuh bagian atas tanggul. Beruntung hujan mulai reda,’’ kata Ade Palamani warga Ketang Baru yang rumahnya sekira 50 meter dari tanggul sungai.
Hal yang sama terjadi di kelurahan Dendengan Dalam Lingkungan V. Warga terlihat panik. Sesekali aparat kepolisian mengamankan warga yang melihat derasnya air di aliran DAS Tondano, di tambah ruas jalan Dendengan Dalam sudah digenangi air mencapai ketinggian satu meter.
“Barang-barang cepat diangkat.Dipindahkan ke tempat lebih aman. Karena air di sungai sudah meluap,” teriak warga di Dendengan Dalam. Kepanikan warga makin bertambah, ketika PLN mematikan aliran listrik.
Di kawasan pesisir sungai Wanea dan Sario air sempat naik hingga menyentuh badan jalan. Di bantaran sungai Sario dan Wanea, sekira pukul 21.00 debit air telah meluber hingga di atas jembatan Sario. Saksi mata mengaku sempat menyisakan 10 cm capai badan jalan.
Di jembatan Sario dan jembatan Wanea debit air sempat naik hingga di atas jalan. Tapi, sekira pukul 23.40 hujan reda membuat air berangsur surut hingga mencapai satu meter. Menurut warga sekitar, camat Sario dan jajaran kepolisian, telah berada di lokasi. Sampai berita ini diturunkan sungai Wanea dan Sario ditetapkan siaga 3, yang sebelumnya naik siaga 2.
Sementara di Kelurahan Komo Luar, sekira pukul 21.30 Wita tiba-tiba, air sungai DAS Tondano sudah meluap setinggi di atas satu meter di pemukiman. Warga yang tengah beristirahat langsung berhamburan keluar rumah. Semua barang-barang yang baru dibeli dan diperoleh dari hasil sumbangan buru-buru dipindahkan ke lantai atas setelah itu rumah ditutup rapat. Tapi ada yang langsung tutup rumah, tanpa berupaya mengamankan sisa barang mereka.
‘’Saya instruksikan ke warga supaya ke tempat lebih aman,’’ ungkap Lurah Komo Luar Abdurahim Padjo dengan kondisi basah kuyup akibat hujan.
Beruntung hujan berhenti. Air sungai pun pelan-pelan surut. ‘’Semoga tidak akan terulang,’’ kata Lurah.
Di Kelurahan Dendengan Luar (Denlu), di pos pemantau Water Front City Denlu, Ketua LPM Denlu Petrus Poluan alias Hok Naga sejak pukul 22.00 memantau ketinggian air sungai. Dua jam sesudah itu, atau pukul 23.00 Wita, permukaan air sungai meluap hingga 3 meter. Ia pun segera mengingatkan warga yang sudah kembali ke rumah. Saat pukul 23.40 Wita, air sudah melewati pengukur, itu berarti air sudah meluap ke jalan.
‘’Sambil teriak, saya ikut keluar dari pos pemantau. Kalau bertahan bisa saya jadi korban. Karena air bergerak cepat menuju ke hilir,’’ kata Hok Naga. (kly/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Emas dan Uang Ludes Terbakar
Redaktur : Tim Redaksi