Menurutnya, hingga Minggu (30/9) sebaran hotspot mengalami perubahan, dengan jumlahnya mencapai 60 titik. “Paling banyak di Ketapang. Jumlah titik apinya dalam dua hari naik beberapa kali lipat. Update data kemarin mencapai 38 titik api,” ujarnya.
Di Mempawah, pantauan BMKG ditemukan tujuh titik api. Di Sambas ada enam titik api, Kubu Raya dekat bandara Supadio enam titik api, Kayong Utara dua dan Landak hanya satu titik api. ”Data terbaru titik api Senin (kemarin), kita masih tunggu sampai malam hari,” tuturnya.
Dia menambahkan hujan yang turun dua hari belakangan hanya melanda tiga daerah. Sedangkan wilayah lainnya tidak berpengaruh. Itu berarti kabut pekat akibat pembakaran masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. ”Sebenarnya kita sudah masuk musim peralihan pancaroba, dari musim pengering ke musim hujan. Namun hujannya belum turun merata di Kalbar,” ungkap Sri.
Dengan kondisi itu, lanjutnya, sebaran kabut masih terjadi di Kalbar. Hujan diperkirakan akan turun merata pada minggu kedua Oktober. ”Sekitar pertengahanlah hujan turun merata di kabupaten/kota di Kalbar. Sebab, kalau tidak merata, kabut pekat masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan,” terangnya.
Hal serupa juga disampaikan prakirawan BMKG Supadio. “Kami prediksi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang akan turun di sejumlah wilayah, seperti Pontianak, Kubu Raya, Singkawang, dan Sanggau,” kata Prakirawan BMKG Sutikno, Senin (1/10) pagi.
Sebenarnya potensi hujan sudah ada sejak 29 September lalu, tetapi sifatnya masih lokal. Kemarin sore, hujan deras mengguyur Pontianak dan Kubu Raya. Belum dilaporkan apakah hujan juga turun di wilayah lain. Hujan ini diharapkan mampu mengurangi titik panas (hotspot) yang tersebar di sejumlah wilayah di Kalbar.
Selama lebih dari sepekan, Pontianak dan Kubu Raya diselimuti kabut asap yang ditengarai berasal dari pembakaran lahan pertanian dan perkebunan. Pada Minggu (30/09) titik panas yang terdeteksi satelit NOAA-18 mencapai 60 titik. Sebagian besar berada di Kabupaten Ketapang yakni 38 titik. Sementara Kabupaten Pontianak terdekteksi 7 titik. Kabupaten Kubu raya dan Sambas, masing-masing terdeteksi sebanyak 6 titik.
Titik panas ini dideteksi dengan menggunakan sensor suhu tertentu. Menurut Sutikno, titik panas yang terpantau satelit belum tentu menunjukkan adanya kebakaran lahan. “Karena unsurnya diukur dengan suhu, maka bisa saja dalam kondisi suhu tertentu bisa terpindai sebagai titik panas. Padahal ketika kita datang ke lokasi tidak ada kebakaran lahan di sana. Misalnya saja ada cerobong asap yang panas dan terpantau sebagai titik panas,” jelasnya.
Daerah yang terpantau sebagai titik panas biasanya adalah daerah yang sangat rawan terjadi kebakaran atau bahkan memang sudah terjadi kebakaran. Di Kalimantan Barat, yang memiliki lahan gambut cukup luas memang sangat berpotensi terjadi kebakaran lahan. Jika sudah terjadi kebakaran sangat sulit dipadamkan. Kebakaran lahan gambut juga bisa dengan mudah menyebar ke tempat lain.
Hujan dengan intensitas sedang yang turun secara merata diharapkan bisa mengurangi titik panas tersebut sehingga bisa mengurangi kabut asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Kalbar. Kecepatan angin di Kalbar pada kisaran 10-15 knot memungkinkan terjadinya hujan dalam beberapa hari ini.
Syarif Usmulyani Alkadrie, kepala Divisi Operasi Penerbangan Bandara Supadio Pontianak, sebelumnya menuturkan kalau kabut pekat terus dibiarkan tanpa ada jalan keluar terbaik, Bandara Supadio, Pontianak dipastikan lumpuh. Sebab, serangan kabut pekat selain bertambah parah, juga membuat jadwal aktivitas penerbangan amburadul.
”Hampir setiap hari selama lima hari kemarin, schedule (jadwal) penerbangan para penumpang take off dan landing harus maju lebih siang lagi. Makanya kita open bandara siang hari juga. Pasalnya kita tetap mengutamakan jarak pandang penerbangan (visibility) ideal untuk terbang,” katanya. (her/den)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelajar SMP Tewas Ditabrak Rombongan Plt Gubernur
Redaktur : Tim Redaksi