Peristiwa berdarah itu terjadi di Jalinsum Siantar-Medan persisnya di Nagori Jaya I Kecamatan Bandar Huluan, Simalungun sekira jam 13.00 WIB. Jumlah kendaraan yang memang padat setelah bubarnya upacara di Monumen Tugu Letda Sudjono di Perkebunan Bandar Betsy. Ditambah lagi ada rombongan Plt Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho serta iringan pejabat Pemprovsu dan prajurit TNI-Polri.
Bersamaan itu pulalah, peserta upacara yang turut dihadiri ratusan pelajar se-Kabupaten Simalungun juga turut membubarkan diri. Tak ubahnya Riski Syahputra yang mengendarai sepeda motor Yamaha Mio bernopol BK 4174 TX . Saat itu terlihat bersama dua orang temannya yang juga mengendarai satu sepeda motor Honda Supra. Baru saja meninggalkan jalan menuju lokasi upacara dan memasuki jalan umum, rombongan Gubsu datang dari arah belakang. “Lebih 100 meter kami sudah keluar dari lokasi upacara, rombongan itu datang dari belakang menggunakan patroli menggunakan sirene Bang. Kami pun minggir,” cetus Albani (14), teman korban yang turut bersama mengendarai sepeda motor.
Menurutnya, saat terdengar sirene pengawal atau mobil patrol polisi, baik kendaraannya maupun Risky memilih menepi ke pinggir jalan mempersilahkan mobil rombongan lewat. Bahkan laju rombongan saat itu cukup kencang dan tiba-tiba. Risky yang sedikit kaku mengendarai sepeda motor tetap melaju di pinggir jalan atau di luar badan jalan. Namun tiba-tiba satu unit mobil Toyota mirip Fortuner di antara rombongan tersebut terlalu ke kiri hingga menyambar stang sepeda motor Risky.
Tak ayal membuat Risky oleng, hingga terjatuh ke arah badan jalan. Saat itu mobil Truk milik TNI-AD yang belum diketahui dari kesatuan mana, langsung menggilas kepala Risky yang posisinya sudah terjatuh. “Sudah menepi ke kirinya kami Bang, di luar aspal jalan itu. Tapi ada mobil seperti Fortuner menyenggol stang kereta (sepeda motor, Red) Risky. Itulah yang membuatnya jatuh ke sebelah kanan. Bahkan belum sempat bangkit, kepalanya sudah digilas truk tentara warna hijau itu Bang,” cetus Albani.
Seketika itu, Albani dan teman-teman serta beberapa guru yang menyaksikan itu sontak menjerit memanggil kendaraan tersebut. Ironinya malah tak dihiraukan. Begitu juga rombongan mobil yang berada di belakang truk TNI tersebut. Pergi tanpa ada yang bertanggung jawab. “Sudah keras kali kami berteriak manggil Bang, tapi tak satupun yang mau berhenti,” tambah Albani yang menyebut Risky tergolong satu kampungnya di Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Simalungun.
Seketika, lokasi kejadian dikerumuni warga terutama para guru dan pelajar yang kebanyakan dari Serbelawan. Terlihat pula kondisi kepala korban pecah hingga mengeluarkan isinya. Setelah korban dievakuasi Polantas dari Pos Polisi Dolok Malangir, ayah korban datang dan histeris menyaksikan putra keduanya tewas secara mengenaskan. Nyaris jatuh pingsan hingga akhirnya dibawa ke RSU Mina Padi untuk kepentingan visum. Selanjutnya dibawa pulang dan langsung disemayamkan.
Ketika kejadian itu di konfirmasi ke Kasat Lantas Polres Simalungun, AKP Hendrawan justru tidak merespon alias bungkam. Namun Iptu Alsen Sinaga selaku Kanit Lantas, membenarkan peristiwa laka-lantas yang menyebabkan tewasnya Risky. Bahkan mengaku masih menyelidiki terkait terjadinya laka-lantas tersebut. “Kita belum bisa mengatakan penyebabnya rombongan Gubsu atau TNI karena masih pengembangan penyelidikan,” cetus Alsen seraya memberitahu jenazah korban sudah diserahkan ke pihak keluarga untuk segera dimakamkan. (ndo/smg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri PU Tak Mau Disambut Demo
Redaktur : Tim Redaksi