PONTIANAK - Malam perayaan Tahun Baru Imlek 2564, di Pontianak kemarin (9/2) didera hujan deras. Namun cuaca tersebut tidak menghilangkan kemeriahan masyarakat Tionghoa Pontianak dalam menyambut datangnya tahun ular air ini.
Jalan-jalan protokol tetap ramai dilalui. Kembang api mewarnai sudut-sudut langit, turut menghibur warga lainnya yang juga tengah menikmati malam Minggu. Di Jalan Gajah Mada dan Tanjungpura hujan yang mulai reda sekira 22.30 wib, tampak sesak dengan kendaraan.
Jalanan yang dijadikan satu arah itu macet. Letupan kembang api di udara menjadi daya tarik warga menonton. Mengacu malam perayaan Imlek tahun lalu, biasanya pesta kembang api berlangsung hingga subuh hari.
Keramaian juga tampak di rumah-rumah warga yang merayakan malam pergantian tahun yang dalam bahasa Mandarin disebut Chuxi ini. Malam tahun baru memang biasanya dihabiskan untuk kumpul bersama keluarga, menikmati hidangan makan besar yang telah disiapkan sejak pagi hari. Sesuai tradisi, kumpul-kumpul sanak keluarga dan kerabat adalah satu hal yang tidak boleh dilewati.
Ng Pwe Kun (52), salah seorang warga Jalan Surya Pontianak misalnya. Malam tahun baru dilewatkannya dengan berkumpul dengan suami dan anak-anaknya. "Setiap tahun, malam tahun baru memang harus sama keluarga. Saya masak dari pagi bersama anak-anak," ujarnya.
Menurutnya, tahun baru imlek tidak lagi milik kaum tertentu. Tahun baru imlek bisa dirayakan berdasarkan persepsi keagamaan dan tradisi. Namun paling penting adalah menikmati hidup dan bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa. "Dulu tahu baru Imlek dimaknai mengusir roh jahat atau quo nien. Makanya digunakan mercon dan kembang api untuk menguris roh itu. Sekarang zaman sudah berubah, roh jahat bisa dimaknai okum aparat, birkokrat dan siapapun yang menyeleweng," sebut dia.
Ada banyak perbedaan, menurut dia, tradisi yang dilakukan leluhur dengan kondisi di tanah Kalbar. "Di Tionglok tahun baru Imlek sejatinya adalah festival menyambut musim semi. Dirayakan besar-besaran setelah melalui musim-musim yang berat. Berbeda dengan di kita yang musim seminya abadi. Jadi kami tidak terlalu larut dalam kemewahan merayakannya, yang penting kumpul keluarga dan bersyukur."
Sama halnya dengan Jacky (23), seorang petugas pemadam kebakaran dari Yayasan Panca Bhakti. Dia juga menghabiskan waktu bersama keluarga. Anggota keluarganya yang pergi merantau ke luar daerah kini datang semua. "Paling penting adalah kumpul bersama orangtua dan keluarga. Baru setelah itu saya pergi kumpul bersama teman-teman sesama pemadam. Kami juga ada acara menyambut tahun baru di yayasan," ungkapnya. (ars)
Jalan-jalan protokol tetap ramai dilalui. Kembang api mewarnai sudut-sudut langit, turut menghibur warga lainnya yang juga tengah menikmati malam Minggu. Di Jalan Gajah Mada dan Tanjungpura hujan yang mulai reda sekira 22.30 wib, tampak sesak dengan kendaraan.
Jalanan yang dijadikan satu arah itu macet. Letupan kembang api di udara menjadi daya tarik warga menonton. Mengacu malam perayaan Imlek tahun lalu, biasanya pesta kembang api berlangsung hingga subuh hari.
Keramaian juga tampak di rumah-rumah warga yang merayakan malam pergantian tahun yang dalam bahasa Mandarin disebut Chuxi ini. Malam tahun baru memang biasanya dihabiskan untuk kumpul bersama keluarga, menikmati hidangan makan besar yang telah disiapkan sejak pagi hari. Sesuai tradisi, kumpul-kumpul sanak keluarga dan kerabat adalah satu hal yang tidak boleh dilewati.
Ng Pwe Kun (52), salah seorang warga Jalan Surya Pontianak misalnya. Malam tahun baru dilewatkannya dengan berkumpul dengan suami dan anak-anaknya. "Setiap tahun, malam tahun baru memang harus sama keluarga. Saya masak dari pagi bersama anak-anak," ujarnya.
Menurutnya, tahun baru imlek tidak lagi milik kaum tertentu. Tahun baru imlek bisa dirayakan berdasarkan persepsi keagamaan dan tradisi. Namun paling penting adalah menikmati hidup dan bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa. "Dulu tahu baru Imlek dimaknai mengusir roh jahat atau quo nien. Makanya digunakan mercon dan kembang api untuk menguris roh itu. Sekarang zaman sudah berubah, roh jahat bisa dimaknai okum aparat, birkokrat dan siapapun yang menyeleweng," sebut dia.
Ada banyak perbedaan, menurut dia, tradisi yang dilakukan leluhur dengan kondisi di tanah Kalbar. "Di Tionglok tahun baru Imlek sejatinya adalah festival menyambut musim semi. Dirayakan besar-besaran setelah melalui musim-musim yang berat. Berbeda dengan di kita yang musim seminya abadi. Jadi kami tidak terlalu larut dalam kemewahan merayakannya, yang penting kumpul keluarga dan bersyukur."
Sama halnya dengan Jacky (23), seorang petugas pemadam kebakaran dari Yayasan Panca Bhakti. Dia juga menghabiskan waktu bersama keluarga. Anggota keluarganya yang pergi merantau ke luar daerah kini datang semua. "Paling penting adalah kumpul bersama orangtua dan keluarga. Baru setelah itu saya pergi kumpul bersama teman-teman sesama pemadam. Kami juga ada acara menyambut tahun baru di yayasan," ungkapnya. (ars)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Politisi PPP Diperiksa Polisi
Redaktur : Tim Redaksi