TAK perlu lagi menyoal pembatalan New York Marathon 2012 itu. Buat apa pula? Toh, momentum itu lewat waktu dan tidak mungkin diputar ulang kembali. Orang pintar selalu memanen hikmah di balik badai kegaduhan. Tak larut dalam kepedihan yang tak berujung.
Dulu, saat gedung Twin Tower WTC di Ground Zero dihantam pesawat teroris, waktunya juga dekat. Tak sampai dua bulan, dari skedul marathon itu, persisnya 11 September 2001. Panpel tetap melanjutkan secara reguler, minggu pertama November tanpa cancellation. Bahkan even itu menjadi sarana dukungan moril yang simpatik, sekaligus solidaritas yang amat bermakna buat keluarga korban tragedi di Wall Street itu.
Lagi-lagi, it's ok. Itu kisah masa silam yang tidak bisa dibandingkan suasana batinnya dengan masa kini. Even legendaris New York Maraton itu sendiri, bagi saya, menyimpan banyak mutiara yang bisa diunduh. Ibarat sistem dalam softwere, tidak ada salahnya kita "download" ke Indonesia.
Sudah 42 tahun, trend pesertanya terus meningkat. Peminat dari luar AS juga semakin antre. Pamornya bertambah kuat, sebagai lomba marathon terbesar, terheboh, dan terpopuler di dunia. Padahal jumlah pesertanya hanya di kisaran 50 ribu? Saya jamin 1000 persen, jika dikemas yang cantik, Jakarta bisa jauh lebih heboh, lebih dahsyat, lebih massif, lebih atraktif.
:TERKAIT Inilah saatnya Kemenparekraf RI menimba ilmu dan trik untuk naik level menjadi host even marathon internasional. Back bone-nya bukan sport dan prestasi, karena itu menjadi domainnya Kemenpora. Isu yang dibangun adalah berlari untuk berwisata, menghadirkan banyak orang asing, menata kota, memamerkan kota, dengan segala eksotisme alam dan kelebihan budayanya. Bukan lagi catatan waktu, speed, dan teknik berlari yang ditonjolkan. Tetapi suasana, kerahaman, kenyamanan, crowd, fun, investasi, image, menuju The Real Wonderful Indonesia.
Wamen Parekraf Sapta Nirwandar sudah kenyang pengalaman saat menarik organizer bersepeda legendaris dunia, Tour de France menjadi steering committee Tour de Singkarak, di Sumatera sana? Awalnya, orang tidak percaya, bahkan cenderung mencibir. Termasuk beberapa pemerintah daerah yang dilalui jalur balap sepeda itu? sekarang, siapa yang tidak kenal Tour de Sngkarak? Barbasis olahraga sepeda, menjual keindahan panorama alam, sawah, pegunungan, hijau dedaunan di sebagian potongan Bukit Barisan. "Ide Itu sudah kami pikirkan, dan terus kami matangkan. Dibutuhkan kerjasama yang sangat baik dengan pemerintah daerah, gubernur, walikota, dan bupati yang dijadikan lokasi," jawab Nia Niscaya, Direktur Promosi Luar Negeri Kemenparekraf, ketika dilempar gagasan itu.
Bahkan, bisa dikembangkan bersama kemendikbud sekaligus kemenpora. Disosialisasika, dibudayakan, dan betul-betul disupport, agar lari sepanjang 42.195 km ini menjadi olahraga populer, olahraga keluarga, olahraga fun, yang murah, meriah, menghibur, dan banyak even di tanah air, di lokasi-lokasi objek wisata.
Menjelang New York Marathon, panitia pelaksana betul-betul mengemas dengan model promosi yang amat cantik. Mereka memasang banyak baliho, beriklan di media, memasang materi promo di liflet, interenet, sampai membuat film kreatif di TV dan taxi kuning khas New York itu. Kata-katanya sangat filosofis, "Run for Life." Slogan itu ada di mana-mana, dengan back ground biru dan tulisan putih proporsional.
Ada juga poster gambar pelari, in actions, dengan message besar: "Run to be Strong." Di bawahnya dijelaskan dengan amat tegas, "Running takes your body, mind and spirit to a better place. This simple act on putting one foot in front of the other and moving forward can make you healtier, happier, and more confidence."
Di mana-mana, banyak tema-tema tentang filosofi lari, yang murah, meriah, massal, menyenangkan, dan menyehatkan. Demam marathon, demam lari, dan suasana "demam" itulah yang pertama kali harus digeber. Potensinya, besar sekali. Tinggal political will saja yang harus lebih serius. Kalau tren sepeda yang bermodal besar saja cepat melejit, tidak ada alasan berlari yang hanya modal sepatu dan baju olahraga saja menjadi lebih rumit.
Bagi saya, itulah mutiara di balik New York Marathon.
Apa yang sudah dilakukan Kemenparekraf dua tahun ini sudah sangat positif. Berselancar di puncak gelombang terbesar bernama ING New York Marathon. Berpromosi "Wonderful Indonesia" di tengah lautan manusia penghobi olahraga fun, yang diikuti lebih dari 130 negara, dan menjadi even marathon terakbar di saentero jagad.
Bayangkan kalau harus merancang promo sendiri di AS? Dengan impact dan resonansi yang sekelas? Dengan coverage media berskala internasional? Di lokasi pusat perdagangan dunia, jantung bisnis AS, di New York City? Berapa miliar dolar harus diinvestasikan? Berapa jumlah manusia yang harus dikerahkan?
Nah, ke depan, tinggal ditemukan konsep yang cepat, dengan impact yang wow. Bagaimana menciptakan momentum gelombang sendiri? Menciptakan crowd, coverage media, perhatian publik, pre event, post event, promo berskala internasional? Kemasan acara yang kreatif dan konsisten? Atraktif dan tetap "wow" di atas percikan buih gelombang itu? (dk/habis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Iskan Puji Spirit Kerja Bakti Warga
Redaktur : Tim Redaksi