jpnn.com, SEMARANG - Siswa-siswi SMK Negeri 9 Semarang, Jawa Tengah (Jateng) terpaksa belajar di rumah seusai eternit kelasnya ambrol, pada Kamis (30/1) pagi.
Pantauan reporter JPNN.com di lokasi, ruangan yang langit-langitnya roboh tersebut merupakan kelas nomor 9, berada di lantai dua. Tampak serpihan plafon berbahan gipsum itu menimpa bangku-bangku kelas.
BACA JUGA: Kecelakaan KA Kertajaya Vs Sepeda Motor di Semarang, Pengendara Wanita Tewas
Kepala SMK Negeri 9 Semarang Arif Ediyanto mengatakan peristiwa tersebut terjadi setelah hujan yang mengguyur sejak Rabu (29/1) kemarin.
Saat itu, terdapat 36 siswa Kelas X Jurusan Pemasaran sedang mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
BACA JUGA: Kemudahan & Kecepatan dalam Pelayanan jadi Prioritas PT Pegadaian
"Ruangan kami ternitnya ambrol ketika pelaksanaan KBM," kata Arif ditemui di kantornya, Kamis (30/1).
Runtuhnya atap kelas yang terletak di Jalan Peterongansari itu juga menyebabkan puluhan siswa syok.
BACA JUGA: Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 30 Januari, Pagi Sudah Hujan
Dua siswa yang luka dilarikan ke Rumah Sakit Roemani Kota Semarang.
"Ada dua orang siswa terluka terkena runtuhan, dibawa ke RS Roemani, setelah dirontgen alhamdulillah hasilnya baik-baik saja," katanya.
Akibat insiden tersebut, pihaknya menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi seluruh siswa yang berjumlah 1.067 anak.
"Kami koordinasikan wali kelas, dan orang tua murid untuk menjemput anaknya," katanya.
Arif mengaku telah berkoordinasi dengan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Jateng untuk menerapkan pembelajaran secara daring tersebut.
Tidak menutup kemungkinan pelaksanaan PJJ juga akan diterapkan keesokan harinya.
"Kami akan izin dengan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Jateng," ujarnya.
Arif menjelaskan runtuhnya terban kelas tersebut merupakan insiden pertama kali. Kendati begitu, bangunan tersebut sudah berusia 20 tahun.
Kini pihaknya telah mengajukan proposal perbaikan ruangan kepada Unit Pengelola Zakat (UPZ) Provinsi Jateng.
"Semoga dapat cepat tertangani, dan tidak terulang lagi peristiwa seperti ini," kata Arif.
Peristiwa ini juga terjadi di SMA Negeri 6 Semarang.
Sebanyak dua kelas X terpaksa tak bisa digunakan karena ternitnya ambrol. Namun, pembelajaran langsung tetap dilakukan.
Kepala SMA Negeri 6 Semarang Dian Milasari mengatakan insiden ini merupakan bagian dari musibah setelah diterpa cuaca ekstrem beberapa hari terakhir.
"Kita tidak bisa mengelak karena Semarang akhir-akhir ini hujan deras, se-Jateng juga begitu. Jadi ini dampak dari hujan angin semalam yang memang deras sekali," kata Dian.
Kejadian itu diketahui pagi hari sebelum berlangsungnya KBM. Meski begitu, aktivitas pembelajaran tetap dilakukan seperti biasanya.
"Tidak ada korban jiwa, hanya ternit saja yang ambrol. Beberapa kelas bisa belajar laboratorium," ujar Dian.
Untuk diketahui, Kota Semarang telah dilanda cuaca ekstrem berupa hujan berdurasi panjang disertai angin kencang seharian sejak Rabu (29/1).
Kondisi itu menyebabkan banjir, tanah longsor, pohon tumbang hingga bangunan roboh.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperediksi cuaca ekstrem yang berdampak bencana hidrometeorologi akan berlangsung hingga awal Februari 2025.(mcr5/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Pertumbuhan Ekonomi, TDN Ekspansi ke Semarang
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Wisnu Indra Kusuma