Humphrey Djemat: Wacana Islah PPP Jangan Sekadar Basa-basi Politik

Minggu, 24 Maret 2019 – 05:35 WIB
Dr Humphrey Djemat. Foto: Twitter

jpnn.com, JAKARTA - Humphrey Djemat selaku pimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hasil Muktamar Jakarta merespons wacana islah yang digulirkan Plt. Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.

“Islah itu sangat baik menurut agama Islam tapi janganlah dibuat mainan basa-basi politik,” kata Humphrey kepada wartawan, kemarin.

BACA JUGA: Dukung Fatwa Mbah Moen dan Keputusan Mukernas PPP Bogor

Humphrey menyatakan dirinya sejak awal memang ingin PPP bisa bersatu kembali. Dia mengaku mengupayakan hal itu ketika PPP dipimpin oleh Romahurmuziy. Namun, kata Humphrey, Romi sapaan Romahurmuziy menolak ajakan itu hingga akhirnya PPP versi muktamar Jakarta berganti ketum.

BACA JUGA: Soal Pengembalian Lahan HGU, Humphrey: Prabowo Seorang Kesatria

BACA JUGA: Romahurmuziy Mengaku Insomnia

Pada kesempatan itu, Humphrey membantah isu yang menyebutkan Djan Faridz selaku mantan Ketua Umum PPP Hasil Muktamar Jakarta memberikan dukungan kepada Plt Ketum PPP Suharso Monoarfa.

“Kabar Pak Djan Faridz mendukung Suharso Manoarfa menyesatkan. Itu sama sekali tidak benar,” tegas Humphrey.

BACA JUGA: Waketum PPP: Uang yang Disita KPK di Kantor Menag adalah Honor sebagai Pembicara

Humphrey mengaku sudah bertemu Djan Faridz (DF) dan langsung menanyakan kabar tersebut.

Dari penjelasan Djan Faridz, menurut Humphrey, beberapa waktu yang lalu Suharso Monoarfa menemuinya mantan Ketum PPP versi Muktamar Jakarta.

“Dalam kesempatan tersebut Suharso Monoarfa meminta kesediaan Djan Faridz bergabung dengannya di PPP. Namun, Djan Faridz secara halus menolaknya dengan alasan saat ini lebih fokus mengurusi bisnisnya. Djan Fraidz tidakmau lagi terjun ke dunia politik,” kata Humphrey menutip penjelasan Djan Faridz.

Lebih lanjut, Humphrey menjelaskan Djan Faridz sudah menawarkan islah PPP kepada Suharno Monoarfa. “Djan Faridz akan memperkenalkan kepada Humphrey Djemat selaku Pimpinan PPP Hasil Muktamar Jakarta,” kata Humphrey lagi.

Menurut Humphrey, saat itu Suharno tidak memberikan tanggapan apa pun terhadap tawaran Djan Faridz. Oleh karena itu, Humphrey Djemat menilai tawaran islah dan penyatuan PPP oleh Suharno di media hanya basa-basi politik alias lips service untuk menaikkan citra dirinya di publik sebagai orang concern terhadap kondisi PPP saat ini.

Humphrey menegaskan penyatuan PPP itu harus bermartabat dan penuh iktikad baik. “Jangan mengulangi lagi sepertti yang dilakukan di Muktamar Pondok Gede dengan ditempeli kata Islah dengan mengundang beberapa pengurus PPP Hasil Muktamar Jakarta. Namun secara hakekatnya tidak ada islah dengan sesungguhnya, malah Djan Faridz disingkirkan posisinya sebagai Ketum PPP Muktamar Jakarta saat itu,” kata Humphrey.

Humphrey mengingatkan sekarang bukan saatnya bermain-main dengan cara seperti itu semua mata sudah terbuka dan bisa menilai.

Humphrey menyatakan PPP Romahurmuzij sudah hancur berantakan, tidak ada lagi kredibilitasnya di mata umat Islam, konstituen PPP, para ulama dan para pengurus di struktur PPP.
Sebaliknya, kata Humphrey, yang kuat saat ini bahkan sebelum Romahurmuziy kena OTT KPK adalah PPP Hasil Muktamar Jakarta yang dipimpinnya.

“Terbukti hasil survei terakhir ini posisi Jokowi semakin tergerus, posisi Prabowo semakin merangsek naik,” katanya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PPP Klaim tidak Terlibat Kasus Jual Beli Jabatan di Kemenag


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler