jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus memberi makna Indonesia dalam perjalannya selama 126 tahun berkarya.
Dirut BRI Sunarso menyatakan sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, perseroan mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk mendongkrak pemulihan ekonomi.
BACA JUGA: HUT ke-126, BRI Bangkitkan UMKM hingga Rights Issue Luar Biasa
"Terutama segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Upaya itu diiringi oleh sederet transformasi yang dilakukan BRI untuk memperkuat lini bisnisnya," ujar Sunarso.
Sunarso menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh insan BRILian (Pekerja BRI) atas semangat dan upayanya.
BACA JUGA: BRI Jadi BUMN Terbaik versi Majalah Investor, Sunarso Sabet Top National Banker
Berkat semangat itu, kata dia, BRI berhasil mempertahankan kinerja positif meski dalam situasi yang penuh tantangan akibat pandemi.
Perayaan yang dihadiri lebih dari 125 ribu pekerja di seluruh Indonesia secara daring tersebut, Sunarso memberikan apresiasi terbesarnya bagi insan BRILian yang senantiasa bekerja dan mengawal proses transformasi BRI sejak 2016.
BACA JUGA: Dirut BRI Sunarso Jadi CEO Terbaik versi CNBC Indonesia Awards 2021
“Transformasi ini kami susun dengan blueprint BRIvolution. Bayangkan, kami bisa mentransformasi digitalisasi dan culture bahkan sebelum pandemi Covid-19, sehingga lebih siap menghadapi ‘tsunami’ COVID-19,” ucap Sunarso Pada sambutannya di acara perayaan HUT BRI ke-126, Kamis (16/12).
Sunarso menyebut tulang punggung BRI yakni UMKM berhasil melewat pandemi Covid-19 berkat transformasi digital.
"Hingga September 2021, BRI secara konsolidasi mencatatkan pertumbuhan aset 11,87 persen year on year (yoy) Rp 1.619,77 triliun," kata dia.
Sunarso mengatakan kepercayaan nasabah untuk menempatkan dananya di BRI masih terjaga dengan baik, sebagaimana tampak dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh menjadi Rp 1.135,31 triliun.
“Dana yang masyarakat simpan sebagian besar kami salurkan kredit untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, sehingga pada posisi September 2021, kredit di BRI menembus Rp 1.026 triliun atau tumbuh 9,74 persen (yoy)," bebernya,
Menurutnya, capaian tersebut terjadi di tengah situasi melambatnya kredit,
"kami masih tumbuh kuat," ucap Sunarso.
Aset-aset itu, lanjutnya, dikelola dengan sangat hati-hati, dengan prudential principal yang tinggi, sehingga di tengah tekanan kualitas kredit akibat dampak pandemi dan melambatnya perekonomian.
"BRI berhasil melalui berbagai program restrukturisasi dan BRI juga masih tetap tumbuh secara selektif,” ungkap Sunarso.
BRI secara aktif meneruskan komitmennya untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional. Melihat kinerja keuangan yang solid saat ini, Sunarso menjelaskan terdapat ruang bagi perseroan untuk memantik pertumbuhan ekonomi lewat ekspansi kredit.
Kemampuan BRI untuk melakukan ekspansi tercermin dari Loan to Deposit ratio (LDR) yang masih berada di angka 83 persen.
Kemampuan ekspansi ini ditopang oleh permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 24 PERSEN atau tiga kali lipat di atas threshold yang diatur Bank Indonesia (BI).
“Bagaimana kita melihat peluang ke depan? LDR kami berada di kisaran 83 persen sedangkan yang optimal, bahkan regulator memberikan batasan atas 92 persen, artinya BRI masih punya ruang yang cukup secara likuiditas untuk menumbuhkan kredit. Maka, BRI masih punya kesempatan untuk tumbuh secara agresif ke depan, tentu agresif yang disertai dengan kehati-hatian,” ungkapnya.
Selain pertumbuhan bisnis secara organik dan sejalan dengan visi BRI menjadi The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion Of Financial Inclusion, BRI juga terus melakukan pengembangan bisnis melalui pertumbuhan anorganik.
Sunarso mengungkapkan bahwa selama pandemi, setidaknya BRI telah melakukan 3 aksi korporasi besar. Pertama, melalui konsolidasi bank syariah Indonesia.
"Saham BRI Syariah mengalami peningkatan hingga 4 kali lipat, dari sebelum konsolidasi sekitar Rp 500 saham BRIS naik mencapai kisaran harga Rp 3.000,"kata dia.
Anak usaha di bidang asuransi jiwa, BRI Life
Sunarso menjelaskan valuasi BRI Life telah meningkat mencapai Rp 7,5 triliun pada 2021. Padahal, lanjut dia, BRI sebelumnya mengakuisisi BRI Life dengan nilai Rp 1,6 triliun pada 2015.
Di luar itu, BRI masih mendapatkan extra cash berupa access fee sebesar Rp 4,4 triliun yang dibayar secara bertahap di tahun 2021-2024.
Bri juga telah melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Rights Issue dalam rangka pembentukan ekosistem ultra mikro.
"Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp 95,9 triliun, yang terdiri dari Rp 54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai pemerintah berupa inbreng saham Pegadaian dan PNM, Rp 41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik," jelas Sunarso.
Pencapaian tersebut menjadikan Rights Issue BRI menorehkan sejarah sebagai Rights Issue terbesar di kawasan asia tenggara, menduduki peringkat ke-3 Rights Issue di Asia dan nomor tujuh di seluruh dunia.
“Maka kita makin memaknai bahwa perusahaan anak itu ada karena untuk menjalankan fungsi dalam rangka value creation terhadap BRI Group. Perusahaan anak setidaknya kita fungsikan, kita perankan untuk men-diversifikasi income. Yang kedua adalah melakukan spreading risk, supaya resiko kita tidak menumpuk di satu item-item. Terakhir, rasanya yang kami sadari ialah untuk memperkuat dan memperluas customer base,” papar Sunarso. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... CAR BRI Solid di 24,54 Persen, Kekuatan Tumbuh Berkelanjutan Makin Kokoh
Redaktur & Reporter : Elvi Robia