HUT TNI, Hidayat Nur Wahid Ingatkan Sosok Jenderal Besar Soedirman

Selasa, 05 Oktober 2021 – 17:48 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan Yayasan Ulil Albab Batam secara daring, Selasa (5/10). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyampaikan peringatan HUT TNI hari ini (5/10) tidak terlepas dari sosok yang teramat berjasa kepada bangsa ini.

Dia adalah Jenderal Besar Soedirman, seorang muslim yang taat yang memimpin perang gerilya saat para pemimpin Indonesia ditangkap penjajah Belanda.

BACA JUGA: Puji Berbagai Terobosan Pak Ganjar, Ketua IDI Teringat Sosok Jenderal Besar Soedirman

Hidayat saat mengisi acara sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan Yayasan Ulil Albab Batam secara daring menyampaikan kisah perjuangan Jenderal Besar Soedirman.

"Jenderal Soedirman beserta pasukannya sukses menyulitkan tentara Belanda. Berkali-kali, Soedirman yang kala itu ditandu oleh prajuritnya karena sedang sakit, lolos dari sergapan kolonialis Belanda," kata HNW, sapaan karibnya.

BACA JUGA: Penumpang Pesawat ini Dapat Sambutan Istimewa saat Mendarat di Bandara Jenderal Soedirman

HNW juga menyampaikan rahasia di balik keberhasilan Soedirman lolos dari sergapan tentara Belanda seperti dikisahkan Soeparjo Rustam, salah satu ajudan jenderal besar itu.

"Pertama karena tidak pernah batal. Kedua adalah salat tepat waktu. Salat tepat waktu adalah amal paling baik yang disukai Allah. Ketiga ikhlas berjuang tanpa pamrih," sebutnya.

BACA JUGA: TKA China Serbu Indonesia, Komunisme Bangkit Lagi?

Menurut HNW, belajar dari sosok Jenderal Soedirman sepantasnya umat Islam senantiasa turut menjaga dan melestarikan hasil-hasil kesepakatan yang diambil para pendirii negara ini, termasuk kesepakatan tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam kesempatan itu Hidayat juga kembal mengingatkan pengalaman buruk bangsa Indonesia terkait Partai Komunis Indonesia (PKI), yaitu peristiwa Madiun pada 18 September 1948 dan pemberontakan G30S/PKI 1965.

Kedua pemberontakan itu bertujuan mendirikan negara komunis dan menggantikan dasar serta ideologi Pancasila dengan komunisme.

"Pada peristiwa pertama banyak ulama, santri, pesantren dan masjid yang menjadi korban kekejaman PKI. Mereka juga sudah memproklamirkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Sedangkan pada 1965, PKI melakukan pemberontakan, penculikan serta pembunuhan yang menyebabkan tewasnya tujuh pahlawan revolusi," kata HNW.

HNW mengatakan saat ini pengaburan tentang kekejaman PKI sudah mulai bisa dirasakan, seperti kekerasan terhadap ulama yang pelakunya kerap divonis menderita gangguan jiwa.

"Peristiwa terakhir bahkan terjadi di Batam pada September lalu. Ustaz Abu Syahid Chaniago yang tengah berceramah di siang hari tiba-tiba diserang oleh oknum yang mengaku komunis," beber HNW.

Oleh karena itu HNW menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI sangat penting karena masih banyak orang yang mau mengaburkan, merusak dan mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain, termasuk komunisme.

Hadir dalam sosialisasi itu Anggota MPR dari FPKS Syahrul Aidi Maazat dan Sigit Sosiantomo, Ketua Yayasan Ulil Albab Syaifuddin Fauzi, Anggota MUI Kepri Ustaz Bakhtiar, Ketua IKADI Kepri Ustaz Zenal Satiawan, dan Ketua IKADI Batam Ustaz Irwandi Al Busthomy. (mrk/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler