MANADO - Pemerhati lingkungan Prof Mithel Kumajas menilai salah satu faktor yang memicu banjir dan tanah longsor di Kota Manado Sulawesi Utara (Sulut) adalah beralih fungsi hutan sebagai daerah tangkapan hujan menjadi kawasan perumahan. Ditambah lagi dengan kondisi tanah di Sulut yang mudah longsor sehingga bencana banjir dan tanah longsor tak bisa terhindarkan ketika intensitas hujan meninggi.
“Kalau curah hujan tinggi, sudah pasti banjir,” kata Kumajas seperti yang dilansir Manado Post (JPNN Group), Senin (18/2).
Kumajas mengatakan beralihnya fungsi hutan ini menyebabkan kestabilan tanah yang mudah terganggu. Dicontohkan, pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan kestabilan tanah sehingga mengakibatkan tanah di sekitar rawan longsor. Kemiringan lereng yang menjadi jalur pembangunan jalan juga menjadi salah satu faktor terjadinya longsor. “Banyak topografi tanah yang terlalu miring di sekitar pemukiman warga yang ada di Sulut,” katanya.
Tinggi pertumbuhan penduduk di Manado mendesak lahan-lahan tangkapan air menjadi kawasan pemukiman. Serbuan penduduk luar Manado, khususnya pengusaha, telah mendesak juga penduduk asli meninggalkan tempat tinggal mereka di kota dan mencari perumahan di pinggir kota. Dan tentu saja, yang menjadi kawasan pemukiman penduduk kota adalah daerah tangkapan hujan yang dialih fungsikan.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan memperparah dampak banjir. Menurut Dosen Universitas Negeri Manado (Unima) ini, aliran sungai yang terhambat akibat sampah mengakibatkan luapan air semakin parah. “Ini menjadi peringatan untuk kita semua agar lebih peduli dengan lingkungan,” ujarnya.
Terpisah, Boy Waturandang petugas pemantau air di Kelurahan Dendengan Luar mengatakan, setiap hari sampah yang melewati sungai sangat banyak. “Ini membuktikan bahwa kesadaran membuang sampah masyarakat masih rendah dan menjadi salah satu penyebab banjir,” kata Waturandang, saat di temui di pos pemantau air, Minggu (17/2).
“Sungai juga sudah terjadi pendangkalan, ditambah dengan sebagian warga sekitar tepi sungai marak membangun keramba ikan sehingga mempersempit jalur air. Akibatnya, saat curah hujan tinggi air meluap,” tambahnya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manado Max Tatehede mengatakan, banjir dan tanah longsor yang terjadi kali ini disebabkan cuaca ekstrim yang melanda Manado beberapa hari ini. ”Awan terkumpul di khatulistiwa, sebagian besar pembentukan awan di atas Sulut. Ini bukan banjir tahunan namanya, tapi karena cuaca,” ujarnya saat dihubungi via Ponsel. (mnd/awa/jpnn)
“Kalau curah hujan tinggi, sudah pasti banjir,” kata Kumajas seperti yang dilansir Manado Post (JPNN Group), Senin (18/2).
Kumajas mengatakan beralihnya fungsi hutan ini menyebabkan kestabilan tanah yang mudah terganggu. Dicontohkan, pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan kestabilan tanah sehingga mengakibatkan tanah di sekitar rawan longsor. Kemiringan lereng yang menjadi jalur pembangunan jalan juga menjadi salah satu faktor terjadinya longsor. “Banyak topografi tanah yang terlalu miring di sekitar pemukiman warga yang ada di Sulut,” katanya.
Tinggi pertumbuhan penduduk di Manado mendesak lahan-lahan tangkapan air menjadi kawasan pemukiman. Serbuan penduduk luar Manado, khususnya pengusaha, telah mendesak juga penduduk asli meninggalkan tempat tinggal mereka di kota dan mencari perumahan di pinggir kota. Dan tentu saja, yang menjadi kawasan pemukiman penduduk kota adalah daerah tangkapan hujan yang dialih fungsikan.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan memperparah dampak banjir. Menurut Dosen Universitas Negeri Manado (Unima) ini, aliran sungai yang terhambat akibat sampah mengakibatkan luapan air semakin parah. “Ini menjadi peringatan untuk kita semua agar lebih peduli dengan lingkungan,” ujarnya.
Terpisah, Boy Waturandang petugas pemantau air di Kelurahan Dendengan Luar mengatakan, setiap hari sampah yang melewati sungai sangat banyak. “Ini membuktikan bahwa kesadaran membuang sampah masyarakat masih rendah dan menjadi salah satu penyebab banjir,” kata Waturandang, saat di temui di pos pemantau air, Minggu (17/2).
“Sungai juga sudah terjadi pendangkalan, ditambah dengan sebagian warga sekitar tepi sungai marak membangun keramba ikan sehingga mempersempit jalur air. Akibatnya, saat curah hujan tinggi air meluap,” tambahnya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manado Max Tatehede mengatakan, banjir dan tanah longsor yang terjadi kali ini disebabkan cuaca ekstrim yang melanda Manado beberapa hari ini. ”Awan terkumpul di khatulistiwa, sebagian besar pembentukan awan di atas Sulut. Ini bukan banjir tahunan namanya, tapi karena cuaca,” ujarnya saat dihubungi via Ponsel. (mnd/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa SD Diterkam Buaya
Redaktur : Tim Redaksi