jpnn.com, MAMUJU - Kondisi hutan mangrove di Dusun Saluleang, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) terawat dengan baik.
Konservasi dan penataannya sangat rapi dengan hiasan kata-kata terpasang di sudut-sudut hutan.
Komisi IV DPR RI sempat melihat dari dekat kondisi mangrove, dalam rangkaian kunjungan kerja ke Sulbar.
BACA JUGA: Komisi X DPR Sayangkan Pariwisata Sumba Belum Terekspose
Anggota Komisi IV Kasriyah mengapresiasi kondisi mangrove tersebut.
"Saya melihat konservasi mangrove di sini baik, dilihat dari penataanya yang rapi dengan simbol kata-kata yang menarik yang dipasang di kawasan hutan," ungkapnya usai melakukan peninjauan.
Setidaknya ada 30 ribu bibit mangrove yang bisa dilestarikan di hutan teesebut.
BACA JUGA: Pemerintah Harus Serius Kembangkan Komoditas Hortikultura
Keberadaan hutan mangrove, lanjut politisi PPP ini sangat penting untuk menahan abrasi.
Apalagi, banyak nelayan masih tinggal di bantaran laut. Para nelayan itu juga diimbau ikut melestarikan mangrove.
BACA JUGA: Komisi X DPR Sayangkan Pariwisata Sumba Belum Terpublikasi
Karena penataannya yang baik, hutan mangrove di Mamuju sudah menjadi destinasi wisata.
Para aktivis lingkungan setempat ikut menciptakan hutan mangrove kian menarik.
Dengan menjadi destinasi wisata, tentu bisa menambah sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.
"Saya mengharapkan para aktivis lingkungan yang menciptakan wisata mangrove ini tidak hanya membudidayakan saja, tapi bisa menjadi sumber pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat di sini. Saya lihat ini baik dan positif," kata Kasriyah.
Namun, masih ada kendala akses jalan menuju hutan yang belum memadai.
Kondisi infrastruktur jalan masih kecil dan kurang bagus.
Kementerian Pekerjaan Umum perlu membantu membangun akses jalan yang memadai menuju objek wisata.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Bunga Karang, Munajib yang melestarikan hutan mangrove menjadi desinasi wisata" menagkui, awalnya dia bekerja sendiri melestarikan hutan sebelum akhirnya dibantu teman-temannya.
Munajib mengatakan, pengelolaan lokasi wisata mangrove Saluleang ini dikerjasamakan dengan pemerintah daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Luas lahan hutan mangrove yang dijadikan objek wisata ini sekitar 30 hektare. 75 hektare lagi tergolong masih produktif.
"Memang ada yang mati, jadi yang masih ada itu sekitar 75 hektare," terang dia.
Kelompok Bunga Karang, ungkap Munajib, telah menerima bantuan dari program Kebun Bibit Rakyat (KBR).
Lewat program ini, Kelompok Bunga Karang mendapat sekitar 50 ribu batang mangrove untuk ditanami di lahan seluas 35 hektare.
"Jadi 35 hektare lewat swadaya masyarakat baik lembaga ataupun yang lain, dan kami juga dibantu oleh bakti sosial dan TNI," jelas dia.
Ditambahkannya, hutan konservasi di Bebanga memang punya potensi menjadi lokasi wisata mangrove.
Karena itu, sejak awal, Munajib yakin melalui mangrove akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceh Miliki Potensi Pariwisata Luar Biasa
Redaktur & Reporter : Natalia