Hutan Produksi Kemampo, Tumpuan Harapan Warga Banyuasin

Selasa, 14 Agustus 2018 – 20:05 WIB
Waluyo, warga Banyuasin yang menjadi honorer penjaga Hutan Produksi Kemampo. Foto: Tim Ditjen PDASHL KLHK.

jpnn.com, BANYUASIN - Hutan Produksi Kemampo di UPTD KPH Wilayah III Banyuasin yang dikelola Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah I bukan hanya berhasil menyelamatkan benih tanaman asli tapi juga menjadi tumpuan nafkah warga desa sekitarnya.

Hal ini terbukti dengan kegiatan penyiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan hutan dan lahan yang dilakukan BPTH Wilayah I yang selalu melibatkan warga sekitar.

BACA JUGA: Indonesia dan Jerman Kerja Sama Wujudkan Kelestarian Hutan

Menurut Waluyo (43), warga Desa Kayu Ara Kuning, Kabupaten Banyuasin, sejak BPTH Wilayah I mengelola HP Kemampo, sudah banyak warga yang dilibatkan untuk melindungi, merawat, dan memelihara tanaman.

"Warga bisa mendapat upah dengan membantu berbagai kegiatan penyiapan , penanaman dan pemeliharaan tanaman yang dikelola BPTH," ujar Waluyo yang sudah menjaga hutan Kemampo sejak tahun 1990.

BACA JUGA: KLHK Pasang Nano Bubble di Kali Sentiong

Warga yang dilibatkan beragam jumlahnya. Terkadang hingga 30an orang dalam beberapa waktu untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan.

Kebanyakan yang dilibatkan adalah pemuda desa. Mereka diminta membantu membuka lahan untuk BPTH Wilayah I membangun Kebun Benih Semai bagi tiga tanaman asli Sumsel sejak 2012 lalu.

BACA JUGA: KLHK Tangani Limbah Medis dan B3 Asian Games 2018

Tiga benih tanaman yang dimaksud adalah Bambang Lanang atau Cempaka, Jabon dan Pulai yang menjadi primadona warga Sumsel.

Para pemuda ditugaskan membantu membuka lahan tiap tanaman tersebut masing-masing dua hektar dan melakukan pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan antara lain dengan penyiangan, pemupukan dan penyemprotan rumput dan gulma yang mengganggu tanaman pokok tersebut.

Setiap kegiatan yang dilakukan, mereka akan mendapatkan upah. Bukan hanya upah, para pemuda itu juga mendulang ilmu di tengah kerja merawat hutan.

Penyemaian bibit merbau untuk pembangunan sumber benih 2018. Foto: Natalia/JPNN

Pemuda, warga desa juga mendapat ilmu baru mengenai prosedur perbenihan dan persemaian untuk menjaga kualitas genetik benih yang dikelola BPTH.

"Makanya mereka sangat berterima kasih dengan kegiatan ini bisa cari nafkah dan pengetahuan. Ada yang dibayar per hari atau per bulan. Dengan adanya BPTH mereka merasa diciptakan lapangan kerja," imbuh Waluyo.

Selain itu intensifnya kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan sumber benih dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi menjadi sarana bagi BPTH Wilayah I untuk menyosialisasikan tentang pentingnya fungsi hutan.

Masyarakat semakin paham bahwa hutan tidak saja berfungsi sebagai penghasil kayu.

Melainkan juga menjaga ketersediaan serta sebagai tempat hidupnya satwa lainnya seperti burung, tupai dan hewan lain.

Tidak kalah pentingnya sebagai hutan produksi Kemampo yang mereka bantu pelihara juga penting sebagai penghasil benih dan bibit berkualitas di masa mendatang.

Waluyo sendiri bukan satu-satunya putra daerah asal Kayu Ara Kuning, Banyuasin yang sudah mengabdi sebagai honorer penjaga hutan.

Sejak era 1990an dia sudah ditemani dua rekan honorer sebayanya yang terpanggil untuk menjaga hutan di Kemampo. Yaitu Wandi dan Supri.

Bertiga, Waluyo, Wandi dan Supri bahu membahu menjaga hutan Kemampo seluas 125 hektar tersebut.

"Kami lakukan patroli bergantian pada pagi, siang, dan sore hari. Kami lakukan setiap hari dengan membawa motor keliling jalanan hutan yang rusak," tutur Waluyo.

Dia berharap semua warga desa di sekitar Kemampo juga tetap konsisten berpartisipasi menjaga hutan tersebut. Karena tak mudah bagi ketiganya untuk mengontrol hutan luas tersebut.

Terutama membantu menjaga Kebun Benih Semai yang menjadi wadah melestarikan tanaman asli Sumatera Selatan itu.

Sementara itu, menurut Kepala BPTH Wilayah I Nelsi Adelina dalam hal pemanfaatan benih dan bibit nantinya setelah berproduksi, pihaknya akan mendorong masyarakat membentuk kelompok tani dan koperasi masyarakat.

Kepala BPTH Wilayah I Nelsi Adelina dan Dewi Susanti, staf fungsional PEH BPTH Wil I . Foto: Natalia/JPNN

"Itu sebagai wadah dalam pemanfaatan dan pemasaran benihnya melalui kerjasama antara BPTH Wilayah I dengan Koperasi dimaksud dan akan terus dibina hingga nantinya menjadi Penangkar atau Pengedar benih dan bibit dibawah binaan BPTH Wilayah I," ujar Nelsi.

Harapannya, dengan membentuk kelompok tani dan koperasi masyarakat akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebun Benih Semai, Selamatkan 3 Tanaman Asli Bumi Sriwijaya


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler