BACA JUGA: Real Madrid Tersungkur
I Gusti Made Oka Sulaksana atau akrab disapa Oka bukan saja seorang atlet, tapi lebih dari itu
BACA JUGA: Ofisial Gampang Protes, Laga Ricuh
Sejak kemunculannya pada 1985, dia seolah tidak mempunyai rival yang bisa menggeser posisinya sebagai andalan Merah PutihBahkan, hingga kini ketika usianya menginjak 37 tahun, anak pasangan I Gusti Putu Raka Adi dan Ni Gusti Ketut Oka itu tetap menjadi orang terdepan di setiap even selancar angin
BACA JUGA: Debut Internasional Febri Tertunda
Epos tentang Oka bertambah jika kita bicara Asian Beach Games (ABG)Dia menjadi orang pertama yang menyulut api di kaldron ABGNamanya tentu akan terus dicatat seperti halnya Indonesia yang sanggup menjadi tuan rumah dan juara umum pertama"Jangan menyebut saya legendaSaya ini bukan apa-apaMasih banyak atlet yang sebenarnya jauh lebih hebat daripada sayaMalah, saya harus belajar dari atlet lain," kata Oka merendahDia memang tipe orang yang rendah hatiSifat rendah hati itulah yang melekat erat pada dirinyaMeskipun suami Agung Made Dewi Arini tersebut sudah berlabel atlet internasional, kesehariannya tak ubahnya seperti seorang "rakyat jelata"
Dia tak segan bercengkerama dengan para nelayan yang banyak ngendon di Pantai SanurDia juga tak jaim (jaga image) untuk ngobrol ngalor-ngidul dengan wajah-wajah baru yang mampir ke tempat persewaan selancar anginnya
Bagi Oka, nelayan dan Pantai Sanur berhubungan erat dengan lika-liku hidupnyaBergaul dengan para pengais rezeki itu tak hanya mempererat persahabatanNamun, pergaulannya dengan para pencari kehidupan di Pantai Sanur pun mengingatkannya tentang masa kecilnya
Ya, Oka merupakan atlet yang berasal dari alamBagi dia, alam telah membimbingnya untuk tumbuh dan berkembangNalurinya mengendalikan papan selancar angin pun terbentuk oleh persahabatannya dengan Pantai Sanur
Di Pantai yang indah itulah, ketertarikan Oka terhadap selancar angin dimulai"Bapak saya adalah nelayan di sini (Pantai Sanur)Dulu, tiap kali beliau pulang menangkap ikan, saya yang terkadang menjualnyaAda ikan laut, kerang atau yang lainnya," kenang Oka
Karena itu, ayah dari Chandra Pertiwi Sulaksana dan Bagus Gopala Sulaksana tersebut tidak ingin berpindah dari SanurBagi dia, Sanur merupakan rumah sekaligus tempat yang membawa berkah.
"Saya mendapat gelar pertama di Sanur jugaItu terjadi pada 1984Padahal, dulu saya tidak punya keinginan untuk menjadi atletBisa makan saja saya bersyukur sekaliPantai ini seperti sudah mendarah daging dengan hidup sayaSaya hafal dengan ombak dan angin jika sedang ingin bermain selancar di sini," ujar Oka
Kesulitan hidup yang membelit memang membuat Oka harus belajar arti sebuah realitasNamun, Oka sepertinya memang ditahbiskan untuk menjadi bintang besarSetahun setelah berkenalan dengan selancar angin, dia langsung merebut gelar juara dalam kompetisi selancar angin di BaliItu gelar pertamanya sekaligus awal dari rentetan prestasi Oka
Selanjutnya, dia langsung berlari kencangBerbagai gelar dia sabetDi antaranya, dua emas di Asian Games 1998 di Bangkok, Thailand, dan 2002 di Busan, KorselPrestasinya di level Asia Tenggara malah lebih dahsyatOka selalu merebut emas sejak 1993 hingga 2001Namun, di SEA Games 2005 di Filipina, dia hanya merebut medali perak
"Sekarang saya merasa lebih enak kalau tidak jadi atletIstilahnya, bermain selancar angin hanya untuk senang-senang sajaTidak ada beban, juga tidak ada tuntutan untuk terus berlatih," tutur Oka seraya tertawaTak hanya itu, dia juga menjadi salah satu atlet Indonesia yang paling banyak tampil di OlimpiadeSudah empat Olimpiade diikuti oleh OkaMasing-masing pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika (peringkat 11), Olimpiade 2000 Sydney, Australia (peringkat 13), Olimpiade 2004 Athena, Yunani (Peringkat 15) serta Olimpiade 2008 Beijing, Tiongkok (peringkat 27).(ragil ugeng/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Unggulan Melenggang di Piala Carling
Redaktur : Tim Redaksi