Ibarat Pohon, Pancasila Harus Dipupuk dan Dipelihara

Sabtu, 30 September 2017 – 01:16 WIB
Lambang Garuda Pancasila dan bendera Merah Putih. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia akan memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober.

Pancasila telah terbukti sebagai 'pohon' bangsa yang kukuh dan sakti dari berbagai gangguan selama 72 tahun berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BACA JUGA: Panglima TNI: Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa

Kendati demikian, Pancasila harus selalu dipupuk dan dipelihara agar tetap tumbuh mengayomi NKRI di sepanjang masa.

"Perkembangan Pancasila itu seperti 'pohon' kehidupan Indonesia. Perjalanan bangsa ini dengan ideologi Pancasila tidak akan selamanya baik bila tidak dirawat dan dipelihara. Karena itu melalui momentum Hari Kesaktian Pancasila, mari kita rawat dan kita amalkan Pancasila agar bangsa ini terus tumbuh baik dan kukuh," kata Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif di Jakarta, Jumat (29/9).

BACA JUGA: Panglima TNI Yakini Rakyat Indonesia Kesatria Tak Takut Mati

Yudi mengungkapkan, Pancasila itu titik di mana segala kemajemukan Indonesia bersatu.

Pancasila sebagai titik temu dan titik pijak di mana kebijakan negara, hukum, kebijakan nasional harus berlandaskan Pancasila.

BACA JUGA: UKP-PIP Mengapresiasi Gelar Dr HC dari UNP untuk Megawati

Pancasila juga sebagai titik tuju pemberi orientasi ke mana bangsa ini akan diarahkan.

Dengan demikian, bila nilai-nilai Pancasila itu tidak dibudayakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, negara majemuk seperti Indonesia dengan keanekaragamanan agama, ras, suku, partai, lapisan sosial, sampai kapan pun akan sulit mencari titik temu atau kesepahaman bagaimana ini negara ini ke depan.

Fakta itu dinilai bukti pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia.

Hal itu sudah disadari oleh para pendiri bangsa saat menyepakati Pancasila sebagai dasar negara yang isinya gabungan dari nilai agama dan nilai luhur bangsa Indonesia.

Untuk itu, Yudi mengajak seluruh bangsa untuk belajar dari perjalanan bangsa Indonesia.

Terutama apa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, di mana banyak terjadi gangguan baik politik maupun sosial.

Hal itu tidak lepas dari adanya sesuatu yang putus dalam pembelajaran dan pengamalan Pancasila di masa lalu.

Dia menilai pada masa Orde Baru, penataran Pancasila itu sifatnya vertikal mengerucut pada peranan negara.

Negara yang menaksir, negara yang mengambil inisiatif, negara yang menatar, sehingga seolah-olah Pancasila itu hanya kepentingan negara. Sementara rakyat hanya diminta melaksanakan.

"Sekarang Pancasila tidak bisa lagi dikembangkan secara horizontal. Pancasila itu kepentingan kita semua. Negara majemuk seperti Indonesia kalau kita tidak sama-sama mengamalkan Pancasila akan rugi. Mari semua kita berperan merawat dan mengamalkan Pancasila," jelasnya.

Selain itu, selama ini, negara hanya memikirkan pembangunan fisik sehingga pembangunan jiwa bangsa ini agak dilalaikan.

Hal itulah yang kini banyak menimbulkan krisis kebangsaan. Menurutnya, membangun fisik seperti gedung, jembatan, dan lain-lain itu penting.

Namun, membangun jiwa bangsa ini juga tidak kalah penting.

Gedung, jembatan bisa dirobohkan bila terjadi amuk massa. Namun, Yudi merasa gembira karena di balik krisis itu, kesadaran masyarakat kepada Pancasila mulai bangun kembali.

Dia berharap ini menjadi titik balik dalam membangkitkan nilai-nilai luhur Pancasila di tengah-tengah masyarakat menuju bangsa Indonesia yang kuat, bersatu, damai, adil, dan makmur.

"Pancasila sudah terbukti menyelamatkan kita dari berbagai ujian sejarah. Itulah titik keseimbangan Indonesia sebagai negara majemuk. Kita tidak perlu mencari ideologi lain. Marilah kita jalankan saja Pancasila secara sungguh-sungguh dan konsisten," tegas Yudi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pancasila dan Kearifan Lokal Terbukti Ampuh Bentengi NKRI


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler