jpnn.com, JAKARTA - Salah satu masalah kesehatan yang masih banyak dialami remaja putri dan ibu adalah anemia defisiensi besi (ADB). Di Indonesia, prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) tertinggi pada ibu hamil.
Penyakit karena kekurangan nutrisi yang umum terjadi ini seharusnya tidak perlu terjadi asalkan para ibu memenuhi asupan zat besi harian mereka. ADB pada kehamilan tidak hanya berdampak negatif pada ibu tetapi juga pada bayi.
BACA JUGA: 5 Obat Sakit Gigi yang Aman Dikonsumsi Ibu Hamil
"Selama kehamilan, tubuh membutuhkan zat besi dua kali lipat lebih banyak. Kebutuhan zat besi meningkat karena selama kehamilan volume darah yang diperlukan meningkat 30 hingga 50%," kata Medical Manager PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Ega Bonar Bastari di Instagram Live GoodTalkSeries kolaborasi antara Good Doctor dan P&G Health, baru-baru ini.
Dia memaparkan tubuh membutuhkan lebih banyak darah untuk bisa membawa oksigen bagi ibu dan calon bayi.
BACA JUGA: Atasi Anemia dengan 3 Suplemen Ini
Anemia saat hamil muda dan pada trimester kedua juga dapat meningkatkan risiko kehilangan darah selama persalinan dan membuat tubuh lebih sulit untuk melawan infeksi.
Anemia yang lebih parah bisa menempatkan bayi pada risiko yang lebih tinggi untuk anemia di kemudian hari pada masa bayi. Anemia defisiensi zat besi kepada bayi juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan saraf.
BACA JUGA: 7 Manfaat Sayur Kangkung, Bikin Anemia Tidak Berkutik
"Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa memicu kelainan perilaku dan daya ingat," lanjutnya.
Gejala yang terlihat adalah pucat yang terlihat dari konjungtiva, kuku rapuh atau berbentuk sendok, bibir pecah-pecah dan sering luka, dan rambut rontok.
Namun, untuk memastikannya diperlukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hemoglobin. Kementerian Kesehatan menyatakan Ibu hamil dikatakan anemia apabila kandungan Hb < 11 gr/dl.
Sementara itu, spesialis obstetri dan ginekologi di RS Siloam Manado, dr. Grace Imelda Thungari, Sp.OG, menyebutkan data prevalensi anemia di Indonesia, bahwa 2 dari 5 orang mengalami anemia defisiensi besi (ADB). Semua berisiko terkena ADB, dari bayi sampai lansia.
Bayi berisiko mengalami ADB 39%, anak-anak 27%, remaja 32%, wanita usia reproduktif 18%, lansia 42%, dan tertinggi pada ibu hamil, yaitu 49% atau 5 dari 10 ibu hamil mengalami ADB.
"Secara umum, ADB akan menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan daya pikir, kurang bersemangat, dan kurang produktif, sedangkan ibu hamil yang ADB berisiko mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang kecil atau bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),” jelas Grace.
Orang yang ADB akan merasa lemah, letih, lesu, sulit konsentrasi, kadang sesak napas, pusing, tangan kaki terasa dingin, dan insomnia yang paling sering dialami ibu hamil.
Namun, sekalipun tidak merasakan gejala, apabila membutuhkan rekomendasi diet sehat yang menyenangkan agar terhindar dari anemia, aplikasi Good Doctor juga menyediakan Klinik Gizi Klinis secara khusus dengan dokter spesialis gizi klinis yang tepercaya.
"Sebagai penyedia layanan kesehatan terpadu berbasis teknologi, Good Doctor siap untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia, termasuk untuk mencegah dan menanggulangi anemia,” terang Ega Bonar Bastari.
Anemia adalah jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam tubuh yang menurun hingga di bawah normal. Kekurangan sel darah merah ini disebabkan kekurangan zat besi. Sekitar 62% orang yang mengalami anemia disebabkan kekurangan zat besi.
WHO juga menyatakan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius yang terutama memengaruhi anak-anak dan ibu hamil. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad