JAKARTA - Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Aris Merdeka Sirait mengatakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bukanlah pilihan pertama sebagai ikon antikekerasan seksual pada anak. Sebenarnya Ibu Negara Ani Yudhoyono dinilai lebih pas sebagai ikon gerakan ini.
"Tadinya kita berharap Ibu Negara yang jadi ikon. Tapi sepertinya dia tidak respek terhadap hal ini," kata Aris kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (28/3).
Aris memang belum pernah menawarkan posisi ikon gerakan antikekerasan seksual anak kepada Ani Yudhoyono. Namun, menurutnya, Ani Yudhoyono selaku Ibu Negara seharusnya mempunyai inisiatif untuk mendukung gerakan anti kekerasan seksual kepada anak.
"Dia harusnya tergerak melihat berita-berita di media cetak, elektronik. Tapi mungkin karena sibuk dengan partai ya. Jadi lebih baik Jokowi saja yang tidak sibuk dengan partainya yang jadi ikon," ujarnya.
Soal pemilihan Jokowi sebagai ikon, Aris menilainya sangat cocok. Pasalnya, politisi PDIP itu dinilai sebagai tokoh yang diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Apalagi selaku Gubernur DKI Jakarta, kasus kekerasan terhadap anak menjadi salah satu masalah berat yang harus diperangi Jokowi. "Kebanyakan kejahatan terhadap anak banyak di wilayah DKI," imbuhnya.
Gerakan antikekerasan terhadap anak akan diluncurkan pada tanggal 21 April bertepatan dengan Hari Kartini. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan ulang tahun Raisa, gadis yang meninggal dunia beberapa bulan lalu akibat dicabuli bapaknya. "Waktu Raisa itu kan sebelum meninggal dia bikin undangan buat teman-temannya," tandas Raisa.
Seperti diberitakan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T.Purnama mengungkapkan bahwa pelecehan terhadap anak sering terjadi di Jakarta. Wagub yang biasa disapa Ahok itu bahkan menilai jumlah kasus pelecehan anak di Jakarta terbanyak se-Indonesia.
Pemprov DKI mendukung penuh gerakan anti kekerasan seksual pada anak yang diusung Komnas PA. Gubernur Jokowi diusung sebagai ikon gerakan ini.
"Kita mau inilah, minta Pak Gubernur jadi ikon untuk gerakan menyetop kekerasan seksual terhadap anak," ungkap Ahok. (dil/jpnn)
"Tadinya kita berharap Ibu Negara yang jadi ikon. Tapi sepertinya dia tidak respek terhadap hal ini," kata Aris kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (28/3).
Aris memang belum pernah menawarkan posisi ikon gerakan antikekerasan seksual anak kepada Ani Yudhoyono. Namun, menurutnya, Ani Yudhoyono selaku Ibu Negara seharusnya mempunyai inisiatif untuk mendukung gerakan anti kekerasan seksual kepada anak.
"Dia harusnya tergerak melihat berita-berita di media cetak, elektronik. Tapi mungkin karena sibuk dengan partai ya. Jadi lebih baik Jokowi saja yang tidak sibuk dengan partainya yang jadi ikon," ujarnya.
Soal pemilihan Jokowi sebagai ikon, Aris menilainya sangat cocok. Pasalnya, politisi PDIP itu dinilai sebagai tokoh yang diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Apalagi selaku Gubernur DKI Jakarta, kasus kekerasan terhadap anak menjadi salah satu masalah berat yang harus diperangi Jokowi. "Kebanyakan kejahatan terhadap anak banyak di wilayah DKI," imbuhnya.
Gerakan antikekerasan terhadap anak akan diluncurkan pada tanggal 21 April bertepatan dengan Hari Kartini. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan ulang tahun Raisa, gadis yang meninggal dunia beberapa bulan lalu akibat dicabuli bapaknya. "Waktu Raisa itu kan sebelum meninggal dia bikin undangan buat teman-temannya," tandas Raisa.
Seperti diberitakan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T.Purnama mengungkapkan bahwa pelecehan terhadap anak sering terjadi di Jakarta. Wagub yang biasa disapa Ahok itu bahkan menilai jumlah kasus pelecehan anak di Jakarta terbanyak se-Indonesia.
Pemprov DKI mendukung penuh gerakan anti kekerasan seksual pada anak yang diusung Komnas PA. Gubernur Jokowi diusung sebagai ikon gerakan ini.
"Kita mau inilah, minta Pak Gubernur jadi ikon untuk gerakan menyetop kekerasan seksual terhadap anak," ungkap Ahok. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen Kominfo: Tidak Ada Pengalihan Frekuensi
Redaktur : Tim Redaksi