Ibukota Provinsi Kaltara "Dikirimi" Banjir dari Wilayah Perbatasan

Minggu, 08 Februari 2015 – 22:34 WIB

jpnn.com - TANJUNG SELOR - Belum genap sebulan, Kota Tanjung Selor kembali dilanda banjir “kiriman” dari Hulu Sungai Kayan. Banjir akibat dari luapan air sungai Kayan ini mulai pagi secara perlahan menggenang pemukiman warga, terutama di daerah yang selama ini rawan banjir seperti di Jalan Semangka, Skip I depan SMK 1, Gang Amal, Gapensi dan beberapa titik lainnya, Minggu (8/2).

Bahkan hingga pukul 17.00 Wita persimpangan Jalan Skip I-Jalan Pahlawan dan Kolonel Soetadji masih tergenang air, dan di beberapa titik ketinggian air masih hingga lutut orang dewasa.

BACA JUGA: Menteri Marwan Janji Segera Selesaikan Kasus Transmigran Sumut

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Bulungan Irman Sonjaya mengatakan, banjir kiriman yang terjadi di Tanjung Selor dampak dari hujan deras yang terjadi di perbatasan Kabupaten Malinau dengan Kecamatan Peso, Bulungan.

“Sudah banjir dari hulu, ditambah lagi pasang maksimal air laut, sehingga banjir dari hulu tertahan hingga meluap ke daratan Tanjung Selor, terutama daerah yang dekat dengan sungai,” jelas Irman saat dihubungi Radar Tarakan (Grup JPNN.com) melalui telepon seluler.

BACA JUGA: Diterjang Puting Beliung, Seorang Nenek Tertimpa Balok Rumah

Namun katanya, kondisi tersebut dengan sendirinya akan surut, kala air laut surut. Meski kejadian ini perlu dicarikan solusi. Apalagi Bulungan di keliling sungai.

“Jadi sistem tata kota Tanjung Selor harus dipikirkan untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Apalagi sekarang Tanjung Selor sudah jadi IbuKota Provinsi Kalimantan Utara,” ungkap Irman.

BACA JUGA: Ribuan Massa Hadiri Konsolidasi KPMP Jabar

Terkait dengan cuaca, hingga saat ini kata Irman masih akan terjadi hujan yang sering terjadi di antaranya pukul 23.00 Wita hingga dini hari.

“Pertama, hujan terjadi karena saat ini tekan tinggi di utara (Amerika Serikat) masih dingin sehingga dorongan masa udara dingin ke arah selatan (Indonesia),” jelas Irman.

“Kalau regionalnya ada pengaruh pusaran tekanan udara rendah (edy) di Laut Jawa yang mengakibatkan pola angin utara membentuk awan konvergensi di pertemuan lurus arah utara dan selatan di sekitar Kaltara arah bawah Laut Jawa,” sambung Irman.

Namun kata Irman, masa aktif awan yang terjadi di Kaltara bisa karena awan kiriman daerah lain. Hal itu dapat dilihat dari karakteristik hujan yang sering terjadi di atas pukul 23.00 Wita hingga dini.

“Kondisi itu bisa terjadi sepuluh hingga dua minggu baru hilang,” ungkapnya.(ian/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polda Riau-Polisi Malaysia Patroli Bareng di Selat Malaka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler