JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai Golkar perlu meninjau pencalonan Aburizal Bakrie (Ical) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Alasannya, elektabiltias yang dimiliki ketua umum Golkar itu tak naik secara signifikan.
"Jadi memang elektabilitas itu harus direview," kata Siti saat dihubungi wartawan, Jumat (12/7).
Berbagai survei menyebutkan elektabilitas Ical tak pernah menyentuh angka 10 persen. Bahkan temuan terbaru CSIS hanya sampai di angka 7 persen dibanding dengan calon presiden lainnya.
Siti mengatakan dalam berpolitik tak ada yang bersifat absolut dan semuanya kemungkinan sangat terbuka. Makanya, pencalonan Ical sebagai presiden juga bukanlah hal yang pasti jika memang tingkat keterpilihannya tidak mendukung.
"Kalau dianggap absolut akan merugikan diri sendiri. Jangan sampai harga mati Aburizal sebagai capres. Dalam politik itu, kalau absolut membenturkan kepala ke tembok. Golkar ini tiga kali Pemilu, tidak pernah juara karena tidak pandai membaca psikologi masyarakat. Karena memaksakan kehendak. Pak JK kan memaksakan kehenendak pada 2009," ungkapnya.
Ia mengingatkan, 60-70 persen masyarakat Indonesia tidak golput. Umumnya pemilih berasal dari kelas bawah, baik secara pendidikan maupun kesejahteraan. Makanya akta dia, dalam menentukan capres yang akan dipilih mengandalkan visual. Bahkan, suku, apalagi agama masih dipertimbangkan meski isu SARA tidak disukai, tapi itu fakta.
"(Makanya) Lebih bagus (Golkar) mengikuti bagaimana tren, apa yang dibutuhkan negara dan bangsa, apa yang diharapkan masyarakat. Kepada siapa masyarakat ingin mempercayakan suaranya di pilpres. Itu harus dibaca terus," jelasnya.
Soal siapa yang paling digandrungi masyarakat saat ini, Board of Advisor Center CSIS, Jeffrie Geovanie, sebelumnya mengungkapkan, adalah Jokowi Widodo. Menurutnya, jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini sudah dapat dipastikan Jokowi, yang merupakan kader PDIP itu akan terpilih sebagai pemenangnya dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya.
Menurut Jeffrie, PDIP harus menggandeng tokoh senior Golkar untuk dipasangkan dengan Jokowi jika tak berhasil menggaet Demokrat dan Gerindra. Tapi, tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015. "Perlu tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015. Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya. (awa/jpnn)
"Jadi memang elektabilitas itu harus direview," kata Siti saat dihubungi wartawan, Jumat (12/7).
Berbagai survei menyebutkan elektabilitas Ical tak pernah menyentuh angka 10 persen. Bahkan temuan terbaru CSIS hanya sampai di angka 7 persen dibanding dengan calon presiden lainnya.
Siti mengatakan dalam berpolitik tak ada yang bersifat absolut dan semuanya kemungkinan sangat terbuka. Makanya, pencalonan Ical sebagai presiden juga bukanlah hal yang pasti jika memang tingkat keterpilihannya tidak mendukung.
"Kalau dianggap absolut akan merugikan diri sendiri. Jangan sampai harga mati Aburizal sebagai capres. Dalam politik itu, kalau absolut membenturkan kepala ke tembok. Golkar ini tiga kali Pemilu, tidak pernah juara karena tidak pandai membaca psikologi masyarakat. Karena memaksakan kehendak. Pak JK kan memaksakan kehenendak pada 2009," ungkapnya.
Ia mengingatkan, 60-70 persen masyarakat Indonesia tidak golput. Umumnya pemilih berasal dari kelas bawah, baik secara pendidikan maupun kesejahteraan. Makanya akta dia, dalam menentukan capres yang akan dipilih mengandalkan visual. Bahkan, suku, apalagi agama masih dipertimbangkan meski isu SARA tidak disukai, tapi itu fakta.
"(Makanya) Lebih bagus (Golkar) mengikuti bagaimana tren, apa yang dibutuhkan negara dan bangsa, apa yang diharapkan masyarakat. Kepada siapa masyarakat ingin mempercayakan suaranya di pilpres. Itu harus dibaca terus," jelasnya.
Soal siapa yang paling digandrungi masyarakat saat ini, Board of Advisor Center CSIS, Jeffrie Geovanie, sebelumnya mengungkapkan, adalah Jokowi Widodo. Menurutnya, jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini sudah dapat dipastikan Jokowi, yang merupakan kader PDIP itu akan terpilih sebagai pemenangnya dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya.
Menurut Jeffrie, PDIP harus menggandeng tokoh senior Golkar untuk dipasangkan dengan Jokowi jika tak berhasil menggaet Demokrat dan Gerindra. Tapi, tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015. "Perlu tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015. Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Staf Ahli Pimpinan DPR Dilaporkan Terima Uang Proyek
Redaktur : Tim Redaksi